Membangun Kembali(Hendra/Ahsan)

2.8K 177 76
                                    

Lagi2 chap Hendra/Ahsan ya, wkwkwkwkwk....

.
.
.

Ahsan hanya terlalu banyak berpikir. Rasanya hari ini seperti sebuah kecelakaan yang mendadak begitu saja. Karena itulah ia nyaris tak mampu berpikir karena begitu banyak hal yang menggelayuti pikirannya.

Pintu kamarnya terbuka perlahan. Amat perlahan seolah yang membukanya enggan menimbulkan suara. Ahsan mengawasinya hingga seseorang itu masuk dengan gestur canggung yang kentara. Seorang pria jangkung dengan setelan baju yang sama dengan Ahsan, hitam dan putih.

"Maaf, saya membangunkan kamu ya, San?" sesalnya.

Hendra Setiawan berdiri canggung dan menunduk merasa bersalah.

Ahsan hanya bisa menggeleng lalu beranjak dari sofa kecil di dekat jendela yang sejak tadi didudukinya. Ia lantas membuka lemari kayu yang sangat Ahsan ingat pernah ia beli lima tahun lalu. Diambilnya setelan baju beserta celana rumahan yang nyaman. Ahsan juga ingat baju ini ia beli tiga tahun lalu.

Setelahnya ia meletakkan baju itu di ranjang king size mereka yang masih bertabur bunga. "Ko Hendra mandi saja dulu, aku mandi di bawah saja."

Ketika Ahsan akan beranjak meninggalkan kamar mereka, Hendra menahan tangannya. "Saya saja yang mandi di bawah, kamu di sini saja."

Ahsan hanya memandang tangan Hendra yang menahan lengannya. Ada rasa ingin melepaskannya namun Ahsan tahu, ia tak seharusnya begitu, Hendra adalah suaminya lagi sekarang.

"Ga usah, koh, aku sekalian lihat Kevin."

Dengan itu, Ahsan melepaskan tangan Hendra lalu bergegas menuruni tangga. Bahkan ia melewati begitu saja kamar Kevin yang tepat di sebelah kamar mereka.

Ahsan hanya mencuci wajahnya lalu menggulung kemeja putih sisa pesta pernikahannya siang tadi. Ia menghempaskan diri di sofa ruang tamu. Menumpuk lengannya di jidat lalu memandang langit-langitnya dengan pandangan kabut oleh air mata. Bukan sedih, hanya asing.

Ahsan terbangun di ranjang Hendra-ranjangnya juga- yang sisi satunya telah tertata rapih. Matanya mengerjap lalu menatap sekitar kamar itu. Ada selimut terlipat di sofa single yang menghadap pada ranjang di sisi Ahsan tidur. Ia berani bertaruh jika Hendra tidur semalaman di sofa sambil memandanginya. Pria itu pula yang membawanya dari sofa entah jam berapa.

Ahsan menghela napas lalu menyugar rambutnya ke belakang. Hendra tak pernah berubah semenjak dahulu mereka pernah bersama.

Suara di dapur mau tak mau memaksa Ahsan turun. Secanggung apapun, Hendra telah kembali menjadi suaminya sekarang. Sudah kewajibannya untuk menyediakan kebutuhan Hendra.

Namun pertama kali yang dituju adalah kamar Kevin. Ia justru tak melihat sosok putranya itu di sana. Ahsan mengernyit, sedikit was-was takut terjadi sesuatu. Dengan segera ia menuruni tangga menuju satu-satunya asal suara pagi itu.

Di dapur, ia melihat Kevin kecilnya duduk di meja makan dengan mangkuk di hadapannya. Bajunya telah rapih dengan seragam hari ini. Anak itu nampak canggung dengan punggungnya yang tegak dan cerewetnya yang absen hari ini. Sementara Hendra, ia menggaruk kepalanya di depan lemari es, nampak bingung setengah mati. Pria itu telah mengenakkan setelan baju kantornya yang konvensional.

ClusterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang