BAB 19 [Hampir]

3.9K 270 19
                                    

HOLA 👐 SELAMAT MINGGU MALEMAN, YAH 😃

ALHAMDULILLAH KITA MASIH DI PERTEMUKAN LAGI 😌 TAPI KALI INI DIKIT, YAK, GAK PAPA KAN? 😅 JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT-NYA, YAK, APALAGI DARI KALIAN-KALIAN YANG TANYA KAPAN UPDATE LAGI DAN JUGA YANG MINTA NEXT 😆 UDAH AKU BELA-BELAIN NGETIK, NIH, DEMI KALIAN PARA PEMBACA SETIA 😌😆 JANGAN LUPA JUGA DI TUNGGU KELANJUTNYA, YAK, KARENA BAKALAN GITU, DEH 😂

SEMOGA KITA DI PERTEMUKAN DI PART SELANJUTNYA ❤ BYE 👻

•••••

"Udah tau lagi sedikit gak enak badan, kenapa milih masuk sekolah segala?" Seorang gadis dengan cepit rambut berbentuk bunga berwarna putih tersebut berkata dengan nada kesal. Nada kesal yang bukan mengarah kepada sebuah kemarahan, namun mengarah kesebuah kekhawatiran.

Sedangkan gadis lain berwajah pucat yang berjalan sambil di papah oleh gadis tadi itu hanya bisa menghela napasnya pelan. Tubuhnya sudah terasa begitu lemas, sehingga hanya sekedar untuk membela dirinya sendiri saja terasa begitu susah. Andaikan dirinya sedang dalam kondisi sehat, dia tidak akan segan-segan membalas segala ucapan yang di lontarkan dari orang lain untuk dirinya seperti tadi.

"Kalo kaya gini siapa yang repot, siapa yang kesakitan, huh?" Gadis yang masih menggandeng erat lengan gadis berwajah pucat tersebut kembali berujar. "Gue yang repot, lo yang kesakitan, kan?" Lanjutnya sambil menatap gadis disampingnya dengan tatapan kesal.

"Mei!" Suara lirih itu terdengar dari bibir pucat gadis tersebut. "Omongan lo ngambarin kalo lo gak ikhlas bantuin gue."

Meira, gadis bercepit rambut tersebut mendengus kasar tanpa berucap apapun. Hingga di beberapa saat kemudian, dengan teganya dia melepaskan lengan hangat milik Qia, membuat Qia sempoyongan dan hampir saja terjatuh jika saja tangannya tidak segera bertumpu pada tembok disampingnya.

"Gue ngomong kaya gini bukan berarti gue gak ikhlas bantuin elo ya." Meira berujar sambil kembali meraih lengan Qia. "Gue itu khawatir, dan gue ngomong kaya gitu supaya lo gak maksa diri sendiri buat sekolah kalo kesehatan lo lagi nurun."

Meira dapat melihat Qia yang memejamkan kedua kelopak matanya. Selain tubuh Qia yang hangat, Qia juga mengeluh sakit kepala. Meira tahu jika Qia sudah merasa tidak enak badan sejak dari rumah. Namun seperti biasa, Qia akan lebih memilih untuk tetap berangkat daripada beristirahat di rumah.  

"Jangan sampai pingsan disini, loh, ya! Disini gak ada orang lain yang bisa ngangkat tubuh besar lo itu."

Qia yang mendengarnya hanya membuka kedua kelopak matanya secara perlahan. Sebenarnya ucapan Meira barusan itu menyebalkan, namun mau bagaimana lagi jika tubuhnya lemas seperti ini, mau marah susah tapi diam saja juga membuat lidahnya gatal ingin berbicara.

Di koridor panjang ini yang akan membawa mereka ke UKS, memang hanya ada mereka berdua saja karena sekarang jam pembelajaran sedang berlangsung dan tentu membuat siswa siswi yang lainnya sibuk didalam kelas.

"Mei!"

Mereka berdua, Meira dan Qia menghentikan langkah kakinya secara bersamaan ketika mendengar ada yang memanggil nama Meira dari arah belakang. Mereka berdua secara bersamaam juga memutar tubuh mereka untuk melihat pemilik suara tadi.

Mata Meira melihat ada dua orang yang berbeda jenis kelamin itu mendekati dirinya dan juga Qia, yang sampai membuat Meira tersenyum kecil tanpa sadar. Dan hal ini sangat berbeda dengan ekspresi Qia yang justru terlihat malas.

"Kenapa kalo sakit malah tetap pergi sekolah?" Seorang lelaki berseragam rapi bertanya dengan tangan kanan yang menyentuh dahi Qia.

Meira melepaskan lengan Qia disaat lelaki yang tidak lain adalah Rizky tersebut meraih lengan Qia. "Dia, mah ngeyel, kak." Meira berujar apa adanya.

MarvelMeira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang