BAB 32 [After]

865 78 6
                                    

Semenjak Meira sampai di sekolah, Meira langsung merasa risih. Bukan karena tangannya yang di genggam Marvel, tapi karena tatapan siswa siswi yang di lewatinya. Itu yang membuat Meira risih.

Berbeda dengan Meira, Marvel justru terlihat biasa-biasa saja sampai membuat Meira mendengus sedikit kesal. Ia juga ingin seperti Marvel yang terlihat acuh dengan sekitar. Seperti tidak ada malunya meski sadar jika orang-orang sedang memperhatikannya. Parahnya lelaki itu justru menyempatkan diri mengulas senyum kepada mereka yang menyapanya.

"Vel, malu." Meira melirik Marvel sambil menggoyang-goyangkan tangannya yang di genggam Marvel.

Marvel balas menatap Meira dengan dahi berkerut bingung. "Kok malu, sih?" tanyanya penasaran. "Kita cuma gini doang, loh tapi kamu udah malu."Marvel mengangkat genggaman tangannya dengan Meira.

"Ih, tetep aja malu. Banyak yang liatin dari tadi."

"Bagus dong. Ini bisa jadi ajang biar kamu terkenal di sekolah ini." Marvel sempat-sempatnya terkekeh pelan.

Meira merengut kesal. Dengan sekali hentakan, ia berhasil melepaskan tangan Marvel dari tangannya. "Di pikir lucu, apa?" Meira tidak segan-segan memukul lengan Marvel sampai tubuh Marvel terdorong kesamping. "Senyum aja terus. Sana!" Meira memilih meninggalkan Marvel karena lelaki itu terus saja tersenyum lebar, sesekali juga terkekeh.

Meira sempat menengok kebelakang dan mendapati Marvel yang masih saja tersenyum. Senyuman Marvel itu membuat Meira menghentikan langkahnya sambil mendelik menatap Marvel. "Gak sadar apa itu senyum bisa buat orang jatuh cinta?" Meira terlihat benar-benar kesal. "Sengaja terus senyum, ya biar pada naksir kamu?"

Marvel berlari kecil menghampiri Meira. Lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Merasa gemas dengan ekspresi marah Meira, Marvel mencubit pelan hidung Meira yang langsung di tampar oleh Meira.

"Kamu marah aja tetep lucu."

"Gak usah gombal!" Meira membuang muka karena tidak mau melihat Marvel.

"Aku gak pernah gombal, ya. Semua yang aku omongin itu beneran, bukan sekedar gombalan."

"Iyain, biar cepet." Meira kembali berjalan.

Marvel tentu tidak diam saja. Lelaki itu segera mengejar Meira. Jari-jari Marvel menyentuh jari-jari tangan Meira sebelum kembali menautkan tangan mereka berdua. Tindakan ini membuat Meira terkejut, dan langsung mendelik kearah Marvel.

"Tau gak?"

"Gak mau tau."

Marvel tersenyum kecil mendapat respon acuh dari Meira. "Kalo pertengkaran kecil kita ini justru buat mereka semakin liatin kita."

Meira memundurkan wajahnya dengan mata yang menatap horor Marvel. Sepertinya sejak tadi ia memang melupakan hal tersebut. Dan berkat ucapan Marvel ini, Meira segera menatap ke sekelilingnya. Benar saja, mereka yang ada disekitarnya terus saja menatapnya dengan berbagai ekspresi yang tidak bisa Meira jelaskan satu persatu.

"Aku bener, kan?"

"Kamu, sih." Meira mendelikan matanya lagi saat menatap Marvel.

Marvel yang di tatap seperti itu, mengangguk-anggukan kepalanya. "Iya, iya. Semuanya emang salah aku. Kamu emang yang paling bener," tangan Marvel yang bebas, mengusap lembut rambut Meira.

Meira membuang wajahnya. Pipinya sudah bersemu merah hanya karena ucapan Marvel barusan.

"Iya, dong. Perempuan emang selalu benar," lirih Meira yang masih di dengar Marvel.

Dengan bibir yang masih tersenyum, Marvel berhenti mengusap rambut Meira. "Ayok, aku antar ke kelas sekalian."

•••••

MarvelMeira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang