BAB 17 [Ancaman]

4.5K 308 44
                                    

HOLAAAAAAA 👋

BTW AKU TELAT UPDATE GAK, SIH? 😶

MAAF KALO TELAT 🙏 DAN ALHAMDULILLAH KALO ENGGAK 😁

SEBELUM MENUJU KE CERITA, AKU MAU KASIH PEMBERITAHUAN SEDIKIT BUAT KALIAN SEMUA. BUKAN CUMA READERS MARVELMEIRA, TAPI JUGA READERS CERITA AKU YANG ON GOING LAINNYA 😊 SEJAK MINGGU INI SAMPAI TIGA TAHUN KEDEPAN, AKU AKAN DI SIBUKAN DENGAN AKTIFITAS-AKTIFITAS YANG GAK BISA AKU ATUR SENDIRI 😞 OLEH KARENA ITU, DARI SEKARANG AKU MEMBERITAHUKAN KALO AKU TELAT UPDATE SAMPAI SATU MINGGU ITU BUKAN KARENA AKU GAK MAU NEXT, TAPI EMANG JADWALNYA KEBENTROK SAMA KEGIATAN AKU DI DUNIA NYATA 😭

AKU AKAN TERUS BERUSAHA NEXT TANPA TELAT. MINIMAL SETIAP CERITA UPDATE SATU MINGGU SEKALI 😉 TAPI KALAU MISAL AKU TELAT BANGET, TOLONG MENGERTILAH 🙏 DO'AKAN JUGA SEMUA YANG AJU JALANKAN LANCAR, DAN JUGA AKU NULISNYA LANCAR TERUS, YA 😇

UDAH GITU AJA. HARAP MAKLUM! DAN SEMOGA KITA DI PERTEMUKAN DI PART SELANJUTNYA ❤

BYE 👻

•••••

Rencana Meira yang ingin memaafkan Marvel lebih lama dari biasanya ternyata sirna begitu saja hanya karena sikap Marvel yang begitu dewasa. Dimana dari yang Meira tahu, kebanyakan yang terjadi jika si gadis sedang marah, si lelakinya justru ikut marah entah itu lelaki remaja maupun yang sudah dewasa.

Marvel berbeda dari mereka. Itu terbukti disaat lelaki itu terus saja berusaha membuat perasaan Meira kembali seperti biasanya, tidak marah, tidak pula sedih dengan cara yang bahkan tidak terpikirkan oleh Meira sendiri. Bahkan Marvel terlihat tidak peduli jika Meira marah-marah didepannya, mengatakan hal yang tidak seharusnya dia katakan. Mungkin bagi Marvel, perasaan Meira itu lebih penting dari perasaannya sendiri. Bukan kah ini patut di puji?

Jika di tanya apakah Meira merasa beruntung mendapatkan cinta Marvel, sudah tentu Meira akan menjawab iya dengan begitu lantang.

Sejak dulu, Marvel selalu bisa mengimbangi sifat dan sikap Meira ini. Dimana Meira yang masih bersikap kekanak-kanakan sedangkan Marvel yang selalu bersikap dewasa. Hal ini lah yang selalu membuat pertengkaran antara mereka hanya berlangsung paling lama beberapa jam saja, tidak sampai hari berganti.

Ceklek

Mendengar pintu kamarnya terbuka, Meira yang tengah tengkurap di atas tempat tidurnya dengan ponsel Marvel di tangannya pun segera menatap kearah pintu kamar Meira yang berada di sebelah kanan.

"Mei!"

Meira mengangkat kedua alisnya dengan dahi yang berkerut bingung melihat Kaka perempuannya, Gita dengan raut wajah yang terlihat tidak begitu semangat. "Ada apaan?" Meira bertanya sambil membenarkan posisinya yang tengkurap dengan boneka beruang besar berwarna putih salju pemberian Marvel waktu itu. "Masuk kamar orang lain gitu aja, gak sopan tau."

"Lo gak sopan juga sama gue. Marah-marah sama kakaknya sendiri!" Gita berkata sambil menghempaskan tubuhnya untuk rerebahan di samping adiknya yang usianya lebih muda lima tahun darinya.

Meira menggerutu pelan dengan bibir yang mengerucut kesal. Namun hal itu hanya sampai beberapa detik saja, karena setelahnya Meira justru tersenyum kecil sambil mendekatkan wajahnya kearah wajah Gita. "Oh, iya. Kakak, kan, udah tua banget." Meira terkekeh sambil menjauhkan kepalanya. Dan kekehannya menjadi tawa ketika melihat Gita yang melotot kearahnya. Perempuan berusia dua puluh satu tahun itu memang paling tidak suka di katakan tua.

"Durhaka, lo." Gita berucap kesal sambil mendengus, lalu perempuan itu menatap langit-langit kamar adiknya yang berwarna putih bersih. "Gue kesini pengin cerita sesuatu." Suara Gita berubah menjadi lirih seketika.

MarvelMeira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang