BAB 30 [Tidak Mungkin]

1K 86 8
                                    

Sebuah motor ninja melaju cepat membelah jalan menuju tempat parkir khusus siswa siswi. Disebuah tikungan, motor itu memelankan kecepatannya, dan akhirnya ia berbelok kearah kanan yang mana di sana lah tempat parkir khusus motor.

Disaat mulai memasuki area parkir, sang pengendara sempat menengok kearah kanan kiri secara pergantian. Ia mencari tempat kosong untuk motor merah kesayangannya itu. Dan ia mendapati tempat kosong di paling ujung parkiran. Wajar saja jika parkiran sudah hampir penuh, karena ia memang hampir saja terlambat datang sekolah. Masih baik ia tidak benar-benar terlambat, kalau ia sampai terlambat bisa bahaya nantinya karna yang akan ia hadapi hari rabu pagi ini adalah guru super ribet dan susah.

Helm merah yang sejak tadi menutupi wajahnya, kini sudah terlepas dan tergeletak di tangki motor. Tidak ingin terlihat jelek pagi ini walaupun ia kesiangan dan akhirnya hanya mandi seperti bebek, lelaki itu melihat wajahnya lewat kaca spion motor. "Tetep cakep anak mama papa ini." pujinya sambil membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Duh, jam berapa sih?" Daniel turun dari motornya sambil menatap jam tangan yang selalu ia pakai jika sekolah.

"Bangke, mampus gue!"

Tidak menunggu lebih lama lagi, Daniel segera berlari cepat keluar dari parkiran menuju koridor kelas sepuluh yang masih terlihat ramai. Ia merasa akan celaka jika tidak buru-buru, karna sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi. Masalah terbesarnya sekarang adalah tugas matematika yang semalam belum sempat ia kerjakan, dan parahnya tugas itu untuk hari ini dan juga jam pertama ini. Sudah guru matematikanya adalah pak Wisnu, guru killer dalam ucapan, tatapan, dan hukuman yang bisa langsung membunuh siswa siswinya. Daniel rasa, harinya ini tidak akan bisa diselamatkan.

"Eh, Dan!"

Daniel hanya meringis kecil dan menganggukan kepalanya pelan saat berpapasan dengan teman-temannya. Ia tidak bisa berhenti berlari jika sudah dalam keadaan kritis seperti ini.

"Dan, balapan sama siapa lo?"

Daniel berdecak sambil terus berusaha menghindari siswa siswi yang ia lalui. "Brisik lo." Daniel menyembur dengan teriakan. Menatap sebal kearah teman laknatnya yang sedang pacaran dengan adik kelas di depan mading. Ia adalah Andi.

"Balapan sama anjing, lo?"

Plak

Daniel berhasil memukul keras bahu Andi saat melewati lelaki itu. Andi bahkan sampai meringis kesakitan dan menatap sebal kearah Daniel.

Didepan sana, Daniel tertawa puas. Dan karena merasa ingin lebih puas lagi, Daniel membalikan badannya menatap Andi yang masih kesakitan dengan pacar lelaki itu yang sedang mengusap lembut bekas pukulan Daniel. "Lo anjingnya, ya!" ledek Daniel.

"Sialan lo."

Daniel kembali berlari. Ia mulai menaiki anak tangga menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Napasnya sampai tidak stabil karena sedari tadi ia terus berlari. Di tengah larinya, ia teringat sesuatu. Membuat ia segera meraih tas sekolahnya, dan membukanya. Ia sedang mencari dasi sekolahnya sambil berlari kecil.

"Mana, si, lo dasi!"

Tidak lama kemudian, Daniel menemukan dasinya. Ia segera memakai dasi sambil melanjutkan larinya. Perlu di ketahui, selain pak Wisnu menakutkan dalam masalah mengajar, beliau juga dikenal sebagai guru yang sangat bahkan sangat mengutamakan kedisiplinan termasuk tentang atribut sekolah. Ia tidak akan membiarkan siswa yang sedang diajarnya tidak memakai atribut sekolah seperti dasi yang sedang Daniel usahakan agar membentuk sebuah simpul di kerah bajunya.

"Daniel!"

Daniel mendongakan kepalanya. Ia menatap seseorang yang baru saja ia lewati. Tidak ada anggukan, atau sekedar senyuman karna Daniel tidak memperdulikan sapaan  tersebut. Lelaki itu terus berlari.

MarvelMeira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang