Lima Belas

311 3 0
                                    

.Lima Belas.

"Karena suatu alasan perwakilan Indonesia berkurang menjadi 3 " Bisik seorang gadis dari meja seberang Hilda.

Hilda yang mulai dapat menerima kenyataan tidak menanggapi dan mengoleskan rotinya dengan mentega. Sedangkan Zaki dan Valentino menatap meja disekitarnya dengan garang.

"Psst tidakkah kau pikir mereka tampak menakutkan? " Tambah teman sebelah gadis itu.

"Menakutkan? Aku bahkan meragukan mereka dapat menyelesaikan ini semua dan dianugrahkan ability. " Balas gadis itu membesarkan suaranya.

Prangg!! , Zaki membanting sendoknya dan berniat mendatangi meja gadis itu namun tiba-tiba..

"Semuanya duduk ! Perwakilan Indonesia, Hilda! Maju dan antar mereka ke kamar kalian! " Seru pria yang diikuti Ru Yi dan Anri yang berbaring terikat di atas ranjang dorong.

"Oh My God!! Ru Yi!!! Dia sungguh cantik dan menawann... " Pekik gadis yang bernama Wendy , yang juga memprovokasi Hilda sedari tadi.

Hilda dengan segera bangkit dan menunjukkan Ru Yi kamarnya.

Suasana malam itu menjadi ricuh karena kedatangan Anri dan Ru Yi, tepatnya kedatangan Ru Yi.

"Aku Ru Yi dengan ini mengumukan , temanku Anri akan berada di asrama ini untuk beberapa waktu untuk penelitianku. Dengan kata lain aku juga akan sering datang kemari untuk memeriksanya, ku harap kalian menyambutnya dengan baik. Demikian yang kuucapkan, terima kasih. "

Dengan kalimat itu , akhirnya suasana menjadi makin ricuh dan beberapa mengeluarkan ponselnya untuk merekamnya.

Tiba-tiba matanya memicing ke arah Wendy yang merekamnya secara terang-terangan.

"Bukankah di asrama ini dilarang menggunakan ponsel sebelum jam 10 malam? "

Wendy dengan gemetaran menutup kamera ponselnya.

"Aku bercanda, kau boleh memakai ponselmu sesuka hatimu di waktu selain latihan asal kau tidak berlebihan saja. " Ucap Ru Yi kemudian tersenyum lembut.

Setelah itu semua orang di ruang makan itupun di perbolehkan kembali kekamar mereka.

.

"Tuan Ru Yi, apa kau akan menginap di sini? " Tanya Lyto menyadarkan lamunan Ru Yi.

"Mungkin aku akan tinggal sehari dulu disini untuk memastikan apakah besok dia sudah sadar. " Jawab Ru Yi di balkon kamar perwakilan Indonesia.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Lyto mengambil tempat di samping Ru Yi.

" Kostum yang ku buat dengan batu yang tak pernah kutemui sebelumnya, ternyata memancing tubuhnya untuk melakukan upgrade secara cepat. Bodohnya aku! Seharusnya ku coba dulu sebelumnya.."

"Bukankah semakin dia upgrade akan semakin baik?"

Ru Yi menutup matanya, "seandainya semudah itu.. Semakin dia upgrade, memory otaknya akan ter-refresh berulang-ulang. Hingga nanti suatu hari.. Ia mungkin tidak dapat mengenal siapapun bahkan dirinya." 

Lyto tersentak singkat, kemudian menyelimuti bahu Ru Yi dengan mantelnya.

"Apakah ada cara untuk memperlambat upgradenya atau membuatnya kembali seperti semula?"

"Itu..tergantung.."

"Tergantung apa?" 

* * * * *

'Plik..' 

Mata Anri terbuka perlahan dan di hadapannya kini berdiri seorang anak bermata coklat emas dengan ekspresi bingung.

" Siapa kau? Aku dimana? "

" Kenalkan namaku Hilda, kakak sekarang ada di Asrama XX." Jawab Hilda sambil menjulurkan tangannya.

" Asrama XX?! Emm.. Salam kenal, panggil aku Anri jangan kakak. "

"Anri, apa kau merasa pusing? " Tanya Ru Yi yang baru selesai mandi diekori Lyto yang memakaikannya pakaian.

"Ru Yi.. Em.. Sedikit.. Apa yang terjadi? Kenapa kau membawaku kembali kemari? " 

"Ssh.. Sebelum kau menyerangku dengan berbagai macam pertanyaan, aku ada sesuatu untukmu. " Ru Yi menyerahkan sebuah kotak beludru lumayan besar.

Di dalam kotak itu terdapat berbagai macam pakaian unisex yang rapi dan sopan.

"Kenapa kau memberikanku ini?"

"Aku ingin.. Mengambil kembali kostum yang ku buat untukmu."

Mata Anri melebar, "Bukankah katamu kostum itu diciptakan untukku?"

"Tidak bisa... Kostum itu membawa malapetaka untukmu!"

" Tidak! Itu karena belum waktunya saja, suatu hari aku pasti akan memenuhi kekuatan yang diperlukan kostum itu."

" Kalau begitu.. Bisakah kau berjanji, untuk tidak memakai kostum itu sebelum kau menjadi kuat?"

Anri mengangguk yakin, "Aku berjanji."

Mata Ru Yi berkaca-kaca, ia kemudian membalikkan badan dan menghela nafas berat "baiklah kau boleh tetap menyimpannya."

" Lalu untuk apa kau membawaku kemari?"

"Untuk melatih cara mengontrol kekuatan barumu of course.."

Hilda yang sedari tadi menonton mereka , tiba-tiba mengeluarkan suara "Kekuatan baru?"

Ru Yi terdiam karena Ia tidak menyadari keberadaan Hilda sedari tadi.

"Aa.. I iya.. Terus berlatih ya adik kecil, sampai kau diberikan Ability yang pas dari God."

"Apa orang yang telah diberikan ability sejak lahir, masih akan mendapatkan ability lagi ?"

Ru Yi kembali terdiam dan begitu Ia menatap mata Hilda, raut wajahnya berubah. "Kau.."

"Matamu.. sama seperti-" 

Ucapan Ru Yi terpotong begitu Lyto memasuki ruangan. "Mobil sudah siap."

Lyto menatap Hilda sekilas kemudian bergegas ke arah Ru Yi dan membisikkannya sesuatu, kemudian dengan cepat keluar.

" Ada apa dengannya? " Tanya Anri dan Ru Yi pun bergegas meninggalkan mereka.

.

TBC

A N R I  SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang