Dua Puluh

298 6 0
                                    

Dua Puluh . 

" Tuan Kuro, kita telah sampai di asrama. " Panggil sang supir sambil menoleh ke belakang. 

Kuro yang baru saja menyelesaikan bisnisnya di Inggris melangkahkan kakinya dan mengambil koper yang di taruh di bagasi mobil. 

Ia berjalan menyusuri lift asrama yang sudah sepi itu kemudian menekan tombol berwarna hitam.

Sesampainya di lantai yang hanya terdapat 1 ruangan itu, Kuro berjalan dan membuka pintu. 

Ia meletakkan kopernya sambil melepaskan sepatunya, tiba-tiba matanya mendapati sebuah sepatu yang tak asing. 

Dia berjalan dengan tenang dan melepaskan jas dan dasinya. 

Ia mengambil pakaian dan membasuh diri. 

Setelah membersihkan dirinya , Kuro berjalan ke sisi kiri ranjangnya. 

Saat Ia menarik selimut yang menutupi orang yang dengan santainya tertidur di ranjang miliknya, Ia terkejut saat mendapati Anri tertidur sangat lelap hingga tidak menyadari kehadiran Kuro. 

" Mmnn.. " Erang Anri saat Kuro mengusap rambutnya. 

Kuro tersenyum lembut dan hendak membiarkan Anri menguasai ranjangnya, namun saat Ia beranjak dari tempatnya Anri menahan tangannya. 

" Pa...nas... " Erang Anri dengan nafas tersengal-sengal. 

Dengan cepat , Kuro mengecek suhu tubuh Anri dan betapa terkejutnya begitu mengetahui Ia demam tinggi. 

Kuro dengan terpaksa melepaskan tangan Anri dan mengambil obat  demam dari lacinya kemudian menyiapkan handuk basah putih . 

" Anri, bangunlah kau harus minum obat "

Anri tidak membuka matanya dan terus menggeliat. 

Kuro menghela nafas dan menaruh obat di lidahnya dan ditransferkan ke mulut Anri. " Mmfggh.. "

Dan akhirnya obat itu berhasil tertelan oleh Anri. 

" Sekarang.. Bagaimana caraku meletakkan handuk basah ini kalau kau terus menggeliat begitu ? " Gumam Kuro sambil menahan tangan Anri yang berusaha melempar handuk basah itu dari dahinya. 

" Nhhh.. "

Kuro tersenyum kecil karena tiba-tiba Ia terbayang sesuatu , ' Kau sangat mirip dengan kucing Anri.. '

Plik.. 

Akhirnya Anri membuka matanya , namun matanya terlihat sangat sayu dan kosong. 

" Marcus.. Badanku sedang tidak enak. Mungkin besok aku tidak pergi kerja. "

Kuro sedikit kesal karena Anri mengiranya lelaki lain. 

Anri mengambil ponselnya untuk meminta izin pada Kuro dan ingatannya perlahan kembali, " Oh iya.. Aku kan sudah tidak bekerja dengan 'Dia' "

Eh... 

" Waaaa!! K.. kenapa kau di sini ?! "

Kuro mendekat dan Anri menjauhkan dirinya. 

" Aku yang harusnya bertanya, kenapa kau berada di kamarku? "

" R.. Ruyi bilang karena besok aku akan melakukan percobaan dengan kostumku aku harus tidur di sini agar Ia mudah menjemputku. "

Kuro langsung mengerti begitu Anri menjelaskannya. 

" Tunggulah sedikit lagi, kostum barumu akan segera datang. Besok kau tidak usah mencoba kostummu itu. "

Mata Anri melebar dan berapi-api , " Apa yang kau bilang? Akusudah berlatih sampai saat ini- "

" Tidakkah kau mengerti alasan Ruyi menitipkanmu di kamarku? Karena Dia tau aku akan menahanmu untuk besok. "

Anri mengepalkan tangannya dan Ia ingin beranjak pergi, namun Kuro langsung menahan tubuhnya. 

" Anri , aku tidak- " 

Anri berusaha menepis, namun karena kondisi kesehatannya Ia tidak berhasil. " Kau tidak mengerti Kuro.. Kau tidak akan mengerti perasaanku. "

Kuro semakin mengeratkan pegangannya, " Aku tidak mau kau melupakanku ! "

Anri tersentak dan tertawa sinis " Justru bagus .. Aku jadi melupakan apapun yang kau lakukan padaku. Aku tidak usah membunuhmu dan- "

Kuro memotong ucapan Anri dengan bibirnya. 

Ciuman itu dimulai dengan lumatan kasar dan perlahan menjadi lembut. 

Saat Kuro mengira Anri menyerah Ia memasukkan lidahnya sedikit , namun tiba-tiba.. 

Kaup... 

" Tck.. " Anri menggigit lidah dan bibir Kuro. 

" Aku jijik diperlakukan seperti ini! "

Kalimat itu membuat Kuro tersentak dan Ia terdiam. Anri segera keluar dari ruangan itu. 

* * * * *

Tok.. Tok.. 

Kuro yang duduk terdiam di lantai sambil memegang secarik foto dengan luka di bibirnya yang sudah mengering. 

Tok.. 

" Anri , bangun! "

Kuro berdiri dan membuka pintu dengan berat hati. 

" An- eh Kuro ? " Alis Waltz langsung terangkat miring. 

Buk! 

Kuro langsung meninju pipi Waltz dan membiarkannya masuk seperti tidak terjadi apa-apa. 

" Oii Kuro~ kenapa kau frustasi begitu ? " Tanya Waltz dengan ekspresi yang berbeda. 

Kuro meneguk gelasnya dan menatap tajam " Kau yang membuatnya berharap untuk memakai kostum itu kan? Apa tujuanmu ? "

Waltz tersenyum menyeringai , " Hihi... Tentu saja , aku sangat ingin melawannya saat Ia terupgrade ! "

Kuro melemparkan gelas kacanya ke arah Waltz namun ditangkapnya dengan mudah .

" Hey Kuro, jangan lupa apa yang kau lakukan padanya. Karenamu, hidupnya berubah total ! "

Kuro terdiam. 

" Kau yang memilihnya untuk menjadi kelinci percobaan Ability itu kan? "

Mata Kuro melebar dan Ia segera mencengkram kerah Waltz , " Jangan bicara sembarangan! Aku bukan menjadikannya kelinci percobaan ! "

" Hh.. Dengan alasan itu dari God , padahal sebelumnya God menanyakanmu mengenai orang yang akan menjadi percobaan untuk ability itu . " Waltz tidak memerdulikan amarah Kuro dan Ia terus berbicara. 

" Dan.. Kau kira aku tidak tau bahwa kaulah yang membunuh ibunya? " Kuro tersentak , Ia mengeratkan cengkramannya. 

" Aku memiliki alasan- "

Brwakk!!! 

Pintu ruangan itu terbanting dan Anri yang telah memakai kostumnya berdiri sambil menatap tajam Kuro. 

" Aku memang tidak pernah salah untuk membencimu , Kuro ! "

Kuro melepaskan Waltz lemas. Rahasia yang tak pernah Ia harapkan untuk diketahui oleh Anri kini terbongkar dengan mudahnya. 

Anri membalikan badannya dan memecahkan kaca yang mengarah ke lapangan . 

Dan sekali lagi, Anri berhasil melarikan diri dari pengawasan Kuro. 

Dengan dendam yang suatu hari akan Ia balaskan. 

Yakkk akhirnya season 1 tamatt~

Ditunggu ya cerita baru yang akan datang dan Season 2 dari Anri~

A N R I  SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang