The promise

47 4 0
                                        

Janji tercipta karena dua hal.

Satu, karena ada rasa percaya antar pribadi..

Dua, karena sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi.

≠===============================

6 tahun kemudian

Siang itu, sebuah dering telpon kembali meramaikan suasana rumah bercat biru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang itu, sebuah dering telpon kembali meramaikan suasana rumah bercat biru. Dengan terpaksa sang pemilik pun mengangkat gagang telpon tersebut.

"kapan kau akan berhenti bekerja disana? Steve sudah mengatur diri mu sebagai salah satu direksi rumah sakit keluarga kita"

jelas seorang wanita dari ujung telpon. Nada bicaranya mulai meninggi seolah tak mau mengalah.

"Aku tidak berminat! "

"Ronald Oliver!"

"Berhenti memanggil ku seperti itu!" teriaknya frustasi.

"Biarkan aku hidup semau ku. Kau paham!" Gertaknya yang segera menutup telponnya cepat.

Tangannya bergetar hebat sekarang. Tangis tak tertahankan akhirnya kembali mengalir deras dari matanya. Pria ini hanya mau ketenangan, iyah hanya itu saja. Tapi, mengapa akhir-akhir ini hanya untuk bernafas pun sulit.

Tok! tok! tok!

"Pak dokter! Dokter Nima! Misi pak!"

Dengan cepat ia pun menghapus jejak air matanya dan berlari ke depan untuk membuka pintu apartemennya.

"om swastyastu pak dokter!"

"Iyah, kenapa bli? " tanyanya bingung.

"Anak saya dokter, jatuh dari pohon duren! dokter bisa tolong saya?" tanya pria itu cemas

"I-iyah sebentar bli saya siapin barang barang dulu ya bli. Bli, Tunggu disini"
Titah Ronald yang tergopoh gopoh mencari peralatan medisnya.

Setelah siap ia pun bersama Bli Bagus bergegas menuju rumah tersebut.

Nimathea Arthawiguna, begitulah Ronald saat ini dikenal. Niatnya berganti nama dengan harapan agar hidupnya menjadi lebih tenang. Namun sepertinya rencana itu mulai terasa sulit untuk terlaksana.

"Hallo UGD puskesmas! saya dokter Nima, iyah tolong yah jemput ada korban jatuh dari pohon. Iyah posisinya di ubud yang dekat bla bla bla"

Nima mulai memberi instruksi. Setelah dirasa jelas Nima pun mematikan telponnya.

"Bli saya minta kain yang gak kepake sama papan panjang ada?"

"Gak ada pak dokter!"

" batang pohon bli, batang pohon gede buat menyangga kaki dimas"

GreensleevesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang