duapuluhsatu

2.5K 390 16
                                    

Setelah kelas terakhir Hera di bubarkan, seperti biasa Hera ke kafe untuk menyelesaikan tugasnya.

Sudah lebih dari lima belas menit Hera nyari nyari gojek dan hasilnya pun nihil.

Hera ngehela nafas dan memasukan handphonenya kedalam saku celananya sebelum jalan kearah kafe didepan kampus.

Sebelum Hera memasuki kafenya, ia melihat sekeliling di dalam.

"Bagus, kak Hangyul gaada."Pikir Hera dan langsung masuk ke dalem buat mesen makanannya.

Seperti biasa, Hera memesan satu es teh dan satu porsi kentang goreng. Setelah memesan, Hera jalan kearah meja yang biasa Hera tempatin.

Hera senyum puas saat melihat bangkunya masih kosong.

Hera langsung duduk di bangkunya dan ngeluarin tugasnya yang dia simpan di dalam tas.

Hera meletakan handphonenya diatas meja dan pesanan Hera juga datang beberapa saat kemudian.

"Terima kasih."Ucap Hera ke pelayannya sebelum meminum es teh yang ia pesan tadi.

Hera ambil salah satu kentang gorengnya lalu memakannya sebelum mulai ngerjain tugasnya.

Sekitar dua puluh menit berlalu, handphone Hera menyala, tanda notif masuk.

"Lee Hangyul: hera"

Hera kembali ngerjain tugasnya, tidak peduli dengan notif yang muncul.

"Lee Hangyul: boleh ketemuan? Saya mau ngomong."

Sekali lagi, Hera merasa tidak peduli kepada notif yang muncul di handphonenya. Ia merasa malas untuk berhubungan dengan Hangyul beberapa waktu ini.

Drrtt

Drrtt

Drrtt

Handpone Hera bergetar dan layarnya pun nyala, nama Hangyul bisa dilihat dengan jelas di layar.

"Lee Hangyul is calling. . ."

"Ck."Decak Hera kesal dan langsung memasukan handphonenya kedalam tasnya, agar dia bisa fokus menyelesaikan tugasnya.

Baru saja lima menit setelah Hera bisa mengerjakan tugas lagi, kefokusannya langsung buyar saat seorang memanggil namanya.

"Hera? Kenapa ga jawab telfon saya?"

Ya, Hangyul baru saja sampai dan duduk di depan bangku Hera.

Hera yang tadi lagi niat banget untuk mengerjakan tugas, sekarang moodnya langsung buyar.

"Maaf, aku ga denger."Ucapnya bohong.

Hera langsung beres beres tugasnya dan memasukan tugasnya kedalam tas.

"Jangan pergi, saya mau ngomong."Ucap Hangyul saat lihat Hera mulai beres beres.

Deg.

Hera ga tau harus merasa senang atau sedih dengar kata kata itu.

Entah karena mungkin mereka berdua bakal kembali seperti dulu, atau mereka akan lebih menjauh dari sekarang.

Mereka berdua hanya saling diam, gaada yang mau mulai bicara.

Kentang goreng yang tadi Hera pesan sudah mulai dingin, es yang ada di gelas Hera pun juga sudah mulai meleleh.

"Saya—"

Drrtt

Drrtt

Drrtt

Layar handphone Hangyul menyala dan nama Yuna terlihat jelas.

Harapan Hera untuk ngobrol dengan Hangyul pun langsung pupus begitu saja.

"Maaf, saya angkat dulu."Ucap Hangyul dan Hera hanya mengangguk. Hangyul berdiri dan berjalan sedikit jauh dari Hera.

Melihatnya pun bikin Hera merasa sesak.

"Sepenting apa Yuna sampe dia harus jalan pergi cuman buat angkat telfon?"Pikir Hera.

Niat untuk pergi pun semakin bulat, tapi Hera hanya bisa duduk sambil menunggu Hangyul kembali.

Di satu sisi, Hangyul mengangkat telfon dari Yuna.

"Halo Yun? Kenapa?"Tanya Hangyul

"Lo dimana? Ayo dong jalan. Gua bosen nih sendirian."Ucap Yuna dari sambungan telefon.

"Gua hari ini gabisa deh kayaknya. Lagi ketemuan sama temen."

"Oh ya? Bagus dong. Gua samperin deh. Sekalian kenalan sama temen lo."

"Gausah Yun, gua lagi mau ngobrol bareng sama temen gua."

"Lo bosen ya jalan sama gua terus?"

"Ga gitu Yun—"

"Sini ih makanya, lo dimana? Gua samperin deh."

"Yun—"Hangyul hanya bisa ngehela nafas dan ngelirik ke arah Hera, yang sekarang mulai keliatan bosen.

"Besok ya? Hari ini beneran gabisa. Maaf Yun."

"Ih lo mah gitu deh. Siapa sih? Hera ya jangan jangan?"

"Iya Hera, tapi lo tau dari mana?"Tanya Hangyul bingung.

"Ga, gapapa. Gua samper yaaa? Pengen kenalan nih sama Hera. Keliatannya seru orangnya."Hangyul sekali lagi terdiam dan ngehela nafas.

"Yaudah. Di kafe depan kampus. Inget kan? Gua matiin ya."Ucap Hangyul dan langsung memutuskan sambungannya.

Hangyul kembali ke tempat duduk nya dan menaruh handphonenya kembali diatas meja.

"Maaf lama."Ucapnya dan Hera mengangguk.

Hera merasa sedikit kecewa.

Kecewa kepada diri sendiri.

Kecewa karena dia sempet berharap untuk Hangyul tidak mengangkat telfon dari Yuna.

"Mau ngmong apa kak? Aku gabisa lama lama."

Alesan.

Itu hanya alesan agar Hera bisa cepet cepet pergi dari tempat itu.

"Akhir pekan ini, kamu ada acara?"

"Gaada. Kenapa emang?"

"Saya mau—"

"Lee Han!"

Tanpa Hera sadar, kedua tangannya mengepal di kedua sisinya saat dengar suara itu.

Yuna.

Hera diam saat melihat Yuna memeluk Hangyul langsung.

Dada Hera seketika merasa sesak, dan Hera hanya bisa berdecih dalam hati.

"Eh, Hera! Halo!"Ucap Yuna dengan senyumnya.

Hera tau jelas apa arti senyuman dari Yuna.

Hera hanya mengangguk dan ngambil tasnya yang ada di sebelah kanan dirinya.

"Duluan kak. Yun."Ucap Hera dan langsung berdiri.

"Ra, tunggu."

Hera dengan cepat langsung keluar dari tempat itu.

"Kenapa sakit liat mereka berdua?"Tanya Hera kepada dirinya sendiri.

"Ga, gua gaboleh suka kak Hangyul. Menjauh ra, menjauh."

kaku - lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang