Kalibata, 1891.
Karel dan Johann dipindah tugaskan dari garnisun Batavia ke suatu tempat di selatan Batavia. Daerah tersebut bernama Kalibata. Lokasinya jauh apabila dibandingkan dengan jarak Konigsplein-Meester Cornelis. Para kandidat tentara Marechaussee, termasuk Karel dan Johann dipindahkan ke Kalibata dengan menggunakan kereta kuda. Di sana, mereka ditempatkan dalam sebuah mess yang dibangun khusus untuk calon tentara Marechaussee.
Mereka dilatih untuk bertempur dengan gaya yang tidak pernah dipraktekkan sebelumnya dalam dunia peperangan kolonial. Mereka dilatih untuk menggunakan karabin, sebuah senapan yang berlaras pendek dan dirancang khusus untuk peperangan jarak dekat. Mereka juga dilatih untuk menggunakan klewang, sebuah pedang pendek, untuk perkelahian jarak dekat. Sesuatu yang asing bagi Karel dan Johann yang dahulu dilatih untuk bertempur bersama-sama dengan kesatuan mereka di KNIL. di Marechaussee, mereka dipaksa untuk mampu bertempur sendirian tanpa dukungan logistik yang memadai. Persis seperti lawan yang akan mereka hadapi di Aceh.
Pendidikan mereka berdua sangat keras. Setelah dilatih di Kalibata selama empat bulan, kandidat yang lulus seleksi pertama akan diberikan pelatihan lanjutan di Batudjadjar, Bandoeng. Sisanya akan dikembalikan kepada kesatuan masing-masing. Di Batudjadjar, mereka akan diberi pelatihan kemampuan bertahan hidup. Sesuatu yang akan mereka perlukan apabila mereka ingin selamat di palagan perang Aceh.
"Hei, Karel! Berengsek kau! Kau sama sekali tidak bilang bahwa pelatihannya akan seburuk ini. Ini bahkan jauh lebih buruk dibandingkan kondisiku ketika di penjara di Bonn dulu!"
"Kalau kau tidak ikut aku, nanti siapa yang akan menjaga belakangku nanti ketika bertempur melawan orang-orang Aceh sialan itu?"
"Ahh sialan kau!"
Bentuk pelatihan yang begitu keras tersebut dengan sendirinya hanya menyisakan orang-orang yang bertekad baja. Semenjak kepindahan dari Kalibata ke Batudjadjar, tersisa hanya dua puluh orang calon tentara dari sekitar delapan puluh orang. Sebagian sakit, dua orang meninggal karena tifus dan malaria, sisanya menyatakan untuk mengundurkan diri. Kedua puluh orang itu akan terus digembleng oleh tentara-tentara Marechaussee veteran dan sersan dari Prussia. Tentara yang terbaik dari yang terbaik.
"Kalian semua bodoh apabila tetap bertahan disini! Buat apa kalian bertahan disini?", tanya sersan Prussia.
"Semua demi Raja dan Negara!"
"Raja dan Negara tidak akan ada untuk mendampingimu ketika leher kalian digorok oleh tentara Aceh dan sekarat! Lakukan untuk orang-orang di samping kalian! Lindungi mereka! Mereka saudaramu yang akan ada di sebelahmu dan akan membela mayatmu nanti!"
"Jadi, buat apa kalian bertahan disini?"
"Demi saudara-saudara kami, Herr!"
Bentuk pelatihan di Batujajar menghasilkan sesuatu yang baru. Menghasilkan manusia-manusia baru yang hanya tahu cara bertempur yang baik untuk melindungi sesama mereka. Prinsip itulah yang menjadikan Korps Marechaussee menjadi korps terbaik dari seluruh kesatuan yang ada di KNIL.
Selama hampir dua tahun, mereka dilatih untuk menjadi tentara Marechaussee terbaik, baik di Kalibata maupun di Batudjadjar. Mereka lulus dengan nilai yang baik dan mendapatkan brevet Marechaussee. Dengan demikian, mereka siap untuk ditempatkan dimana pun di Hindia Belanda untuk membela Raja dan Negara apabila diperlukan.
Setelah lulus, mereka ditempatkan di Brigade William, salah satu brigade Korps Marechaussee yang paling sering ditugaskan untuk bertempur di pedalaman Aceh. Mereka dikirim ke sebuah kota kecil di Sumatra bagian barat, yang bernama Fort de Kock. Kota kecil di perbukitan Sumatra yang dibangun oleh Belanda sebagai pusat peristirahatan perwira-perwira tinggi Belanda. Namun, di dekat balai kota Fort de Kock, terdapat sebuah mess yang berisi tentara-tentara terbaik yang siap dikirim kemana pun untuk bertempur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Ufuk Meulaboh
Historical FictionTahun 1895. Perang paling dahsyat di Hindia Belanda sedang berkecamuk di ujung pulau Sumatra. Seorang prajurit Korps Marsose yang terkenal, Karel van Dyke ditugaskan untuk menundukkan Kesultanan Aceh. Selama penugasannya, Karel bertemu Intan, seoran...