Meulaboh, 1873.
Dunia Intan berubah seketika. Seketika langit runtuh. Delapan bulan setelah penyerbuan Banda Aceh, Belanda dengan tiba-tiba menyerbu kembali. Kali ini Belanda berhasil. Belanda menerjunkan ribuan tentara kolonial untuk menguasai kota-kota penting di Aceh. Banda Aceh kembali dikuasai. Istana Sultan kembali diratakan. Ribuan anak kedua bangsa mati membela panji-panji negerinya.
Meulaboh pun tak luput dari sasaran. Belanda berusaha menguasai perairan Meulaboh dengan mengirim dua puluh lima kapal perang dan dua ribu pasukan infantri untuk mendarat di kota itu. Penguasaan Meulaboh oleh Belanda menjadi tugas utama bagi pasukan pendarat Belanda karena lokasinya yang strategis. Menguasai Meulaboh berarti menguasai jalur perairan dan perdagangan pesisir barat Aceh dan menguasai pintu masuk untuk menguasai pedalaman Aceh.
Dua puluh lima kapal perang Belanda mengelilingi pesisir pantai Meulaboh. Enam kapal perang Aceh yang sedang bersandar di Pelabuhan Meulaboh hancur seketika. Lima kapal perang lainnya yang berusaha menggagalkan pendaratan dua ribu pasukan Belanda tersebut juga gagal menunaikan tugasnya.
Di hari celaka itu, Intan dan ayahnya sedang melaut di lautan lepas. Mereka bertemu dengan kapal-kapal perang itu. Tanpa aba-aba, ditembaklah peluru meriam kepada sampan kecil yang sial itu.
"Abi!"
Ayah Intan menjadi salah satu korban pertama dari cerita panjang penderitaan rakyat Aceh oleh pemerintah Belanda selama masa penaklukan.
Salah satu awak kapal perang Belanda, "De Houtman" melihat seorang gadis belia terombang-ambing pada sepotong kayu. Kapten kapal tersebut kemudian menyuruh awak kapalnya untuk mengangkat gadis tersebut.
"Een meisje uit Atjeh!" (Seorang gadis Aceh!)
Tangan Intan diikat di belakang punggungnya. Diikatnya kemudian di geladak kapal.
"Wat is jouw naam? Wat doe je midden in de oceaan?" (Siapa nama kamu? Apa yang kamu lakukan di tengah lautan?)
"....."
"Misschien kan ze geen Nederlands spreken, Kapitein" (Mungkin dia tidak bisa berbahasa Belanda, Kapten)
Intan diperlakukan dengan baik oleh kapten dan awak kapal "De Houtman". Dia diberi makanan dan minuman yang layak, dua buah barang yang mewah bagi seorang awak kapal. Kebetulan kapten tersebut bisa berbahasa Melayu. Hasil dari perjalanannya selama bertahun-tahun sebagai kapten kapal dagang.
"Siapa nama kamu?"
"..."
"Siapa nama kamu?"
"Kamu membunuh Abi saya!"
Intan meronta-ronta. Tiba-tiba dia merasakan adanya dorongan dari dalam dirinya. Dorongan dari rasa amarah, sedih dan bingung. Tenaganya begitu kuat sehingga tali yang mengikat kedua tangannya melukai pergelangan tangannya. Akan tetapi, tali tersebut masih lebih kuat dibandingkan kekuatan Intan.
Dengan mata kepala sendiri Intan menyaksikan desa tempat tinggalnya dibombardir. Meulaboh yang dahulu indah, sekarang rata dengan tanah. Tak terdengar lagi suara tawa anak-anak di sana. Hanya ada teriakan dan ronta pemuda dan orang tua yang terkena bara.
Ketika Intan diikat, dia melihat sepuluh kapal perang Aceh dengan gagah berani berusaha menghadang dua puluh lima kapal perang Belanda tersebut. Satu kapal perang Belanda tenggelam. Namun, mungkin nasib baik lebih masih menghinggap Belanda. Meriam-meriam kapal Belanda dengan mudah meluluh lantakan kapal-kapal Aceh itu. Delapan kapal perang Aceh tersebut berhasil ditenggelamkan dan sisanya menyelamatkan diri. Intan hanya mampu berteriak dan menangis, melihat dari jauh saudara sebangsanya mati membela negerinya, sementara dia tidak dapat berbuat apa-apa.
![](https://img.wattpad.com/cover/194100727-288-k264413.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Ufuk Meulaboh
Ficción históricaTahun 1895. Perang paling dahsyat di Hindia Belanda sedang berkecamuk di ujung pulau Sumatra. Seorang prajurit Korps Marsose yang terkenal, Karel van Dyke ditugaskan untuk menundukkan Kesultanan Aceh. Selama penugasannya, Karel bertemu Intan, seoran...