14

164 23 2
                                    

Halo semua!

Pertama-tama sebelum kalian membaca cerita ini, aku ingin kalian mengingat satu dua hal, bahwa:

1. Jika aku menulis seperti ini berarti tokoh dalam cerita sedang berbicara menggunakan Bahasa Korea.

2. Jika aku menulis seperti ini berarti tokoh dalam cerita sedang berbicara menggunakan Bahasa Inggris.

⚗⚗⚗⚗⚗

Korea, 2014

Sejeong melihat ke jendela di sisi kanannya. Seoul sangat indah saat malam hari, terlihat seperti lautan bintang yang sangat luas.

Rumahnya tidak terlalu jauh dengan sekolah dan juga agensinya, hanya berjarak tiga pemberhentian Bus saja.

Dia melihat ke sisi kirinya, Dongmin sedang tertidur pulas.

Dia mengingat beberapa menit yang lalu mereka naik Bus ini untuk pulang, dan betapa beruntungnya mereka masih tersisa dua kursi kosong yang berada di paling belakang.

Mereka mendudukkan diri disana dan tidak sampai hitungan menit Dongmin sudah tertidur.

“Apa lehernya tidak pegal ya?”

Sejeong sedikit khawatir karena Dongmin tertidur dengan posisi kepala menunduk bersandar pada tasnya sembari tangannya  memeluk tasnya.

Tiba-tiba telephone genggamnya berbunyi, dia melihat nama yang tertera di layar.

Li🌺

Sejeong pun menekan tombol berwarna hijau dan mendekatkan telephone genggamnya ke telinganya. Tetapi sedetik kemudian Sejeong menyesali perbuatannya karena suara teriakan di sebrang sana membuat telinganya sakit.

Pelan-pelan dong, Lily!

Terdengar suara kekehan dari Lily membuat Sejeong memutar bola matanya kesal.

Kamu sedang dimana?

Sedang di dalam Bus akan pulang.

Lily terdiam sebentar, terdengar seperti sedang berpikir.

Kenapa baru pulang? Bukankah disana sudah pukul 21.38?

Sejeong terdiam, dia tidak mungkin bilang mencari kalungnya yang hilang kan? Bisa-bisa Lily akan menceramahinya sampai kupingnya panas.

Kenapa diam saja?

“Kamu berbicara dengan siapa?”

Sejeong tersentak mendengar Dongmin berbicara, untung saja dia tidak berteriak.

Suara siapa itu? Wah Geneva, apa yang kamu lakukan dengan laki-laki selarut ini?

Tidak usah berpikir macam-macam! Nanti akan aku telephone lagi. Dadah, Lily!

Belum sempat Lily menjawab, Sejeong sudah mematikan telephone itu sepihak.

“Temanku, Sunbae. Semenjak kapan Sunbae bangun?”

“Baru saja.”

Sejeong menganggukkan kepalanya pelan.

“Ayo, itu Halte Bus kita.”

Dongmin memakai tasnya dan berdiri, dia diam beberapa saat menatap Sejeong yang juga menatapnya.

“Ayo bangun, kenapa malah diam saja?”

“Ah iya, Sunbae.”

Sejeong pun berdiri dan berjalan menuju pintu keluar Bus, diikuti oleh Dongmin di belakang.

P O T I O N STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang