☆Wishing This isn't Over Yet☆
•°°•°°•Kim Yunseo menghela napas pelan ketika akhirnya ia dapat melepas kemudi yang sedari tadi berada di genggamannya. Gadis itu berderap memasuki rumahnya dan sesekali merespons beberapa asisten yang bekerja di rumahnya, menunduk ketika melihatnya. Ia langsung menuju ke suatu ruangan berada di lantai dua.
Setelah berada di depan pintu putih polos ruangan kerja ayahnya, gadis itu mendadak berat melangkah. Bukan karena takut menerima konsekuensi yang memang harus ditanggungnya, tetapi lebih kepada kegelisahan akibat rasa penyesalan belum usai dirasakannya.
Akibat dari kecelakaan yang dialami dirinya berkaitan dengan Raehun beberapa hari lalu, berimbas kuat kepada reputasi ayahnya sebagai politisi yang cukup disegani. Padahal Yunseo tidak sengaja membuat masalahㅡyang menyebabkannya menjadi pusat perhatian dan sempat masuk pemberitaanㅡitu semua murni kecelakaan.
Ayahnya sudah berulang kali menegaskan, kondisi politik yang memanas membuatnya sangat diawasi oleh banyak orang, dan tentu saja ia tidak mengharapkan Yunseo mengalami kecelakaan setelah tiga hari memiliki SIM dan mobil baru.
Gadis berambut cokelat tua itu menarik napas. Ia sangat menyesal, merasa bersalah dan akan menerima hukuman sebagai konsekuensinya. Meskipun ia tidak seharusnya berlarut-larut merasakannya.
Jadi, itu semua sudah cukup.
Sudah cukup ia menerima itu semua.
Berharap masalah ini bisa selesai secepatnya dan segala perasaan yang memberatkannya juga sirna. Gadis itu mulai memberanikan diri mengetuk pintu itu dan masuk, menghadapi ayahnya yang masih menampilkan raut tertekan akibat tuntutan pekerjaannyaㅡYunseo bisa melihat ituㅡmeskipun lelaki itu berusaha menyembunyikannya di balik senyum seulas.
"Semuanya sudah selesai." Yunseo meletakkan kunci mobilnya di meja kerja sang ayah, tepat di sebelah laptop yang menyala.
Lelaki paruh baya itu melirik benda yang diserahkan putrinya, menanggapi dengan raut tenang. "Dia tidak akan menuntut lagi, 'kan?"
"Tidak, Aboeji. Dia hanya memintaku menjelaskan kronologi kejadiannya karena ternyata ... dia sampai mengalami amnesia," papar Yunseo. "Tapi dia tidak akan menuntut apapun."
"Kau sudah memastikannya?"
"Tentu saja." Yunseo mengangguk yakin. "Jangan khawatir lagi," lirih Yunseo pelan. Pasalnya sang ayah memang terlewat cemas sejak insiden itu.
"Syukurlah," ungkap lelaki itu sambil menghela napas lega. Dia tersenyum tipis, nyaris terlihat jelas beban di matanya yang belum surut. "Maafkan aku yang membuatmu berada di posisi sulit ini."
"Tidak, tidak. Jangan bilang begitu."
"Jadi, ini kau kembalikan padaku?" Ayahnya kembali beralih pada kunci mobil hitam yang masih tergeletak di meja. Sebelum mendapat jawaban, ia menimpal lagi. "Sebagai konsekuensi di awal, aku akan mengambilnya sementara, sambil menunggu keadaan stabil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Big Dream Called 'Normal Life' × 97ℓ
General FictionKetika berhasil meraih mimpiㅡmemiliki harta dan ketenaran sebagai seorang idol, ia baru sadar bukan itu sumber kebahagiaan sebenarnya. Jelas, ada bagian yang hilang dari hidupnya. Ingin dicari, tapi entah apa. Lalu tercetus pertanyaan, "Bagaimana ji...