☆Who am I?☆
•°°•°°•Pelajaran pertama mengingat masa lalu bagi Raehun dimulai hari itu juga.
Pada jadwal mata kuliah selanjutnya, Raehun tidak bersama Jaewon lagi. Keduanya mengambil kuliah yang berbeda sehingga durasi jamnya juga tidak sama. Raehun menghela napas panjang saat profesor yang mengisi kelasnya siang ini akhirnya beranjak juga keluar kelas.
Lelaki itu mengamati jam hitam yang melingkar di tangannya sambil berderap menuju lorong tempat deretan loker pribadi para mahasiswa di sini. Tiga puluh menit lagi Jaewon keluar kelas. Namun dia tidak bisa menunggu lagi selama itu.
Sejak tadi, pikirannya sudah tidak fokus. Kata-kata Jaewon terbayang-bayang bahkan hal itu sukses membuatnya tidak menangkap apapun selama pelajaran kuliah terakhirnya tadi.
Semua berawal dari lokermu sendiri. Sayangnya, aku tidak tahu dimana kau menyimpan kunci dan apa passcode yang kau gunakan.
Kini lelaki dengan setelan kemeja garis-garis dan celana jeans hitam itu berdiri temangu di lorong deretan loker para mahasiswa. Masalahnya, dia juga tidak tahu pasti sebelah mana loker miliknya apalagi kunci dan passcode-nya.
Raehun menggerang sejenak, merutuki dirinya sendiri. Sambil berjalan asal, ia mencoba mengorek isi ranselnya, berharap menemukan sesuatu yang membuatnya bisa membuka lokernya sendiri. Namun, nihil. Ransel itu tidak terdapat benda penting seperti kunci atau semacamnya. Dia hanya menemukan id card mahasiswanya.
Akhirnya, Raehun tidak punya pilihan selain bertanya ke pusat informasi mengenai lokernya. Dia beralasan sudah lama tidak membukanya lagi dan kini passcode-nya error. Setelah mengupayakan, akhirnya mereka memberi kartu akses cadangan kepada Raehun dengan syarat id card-nya harus ditahan sampai lelaki itu sudah mengganti passcode baru.
Kini Raehun tiba di depan lokernya sendiriㅡyang terasa sangat asing baginyaㅡmenggesek kartu akses cadangan hingga akhirnya pintu abu-abu dari besi itu terbuka. Rasa penasaran semakin membuncah dalam dada Raehun.
Tidak banyak yang ia temukan, meskipun keadaan lokernya yang sangat tidak tertata itu, sudah sesuai dengan dugaannya. Hanya ada beberapa buku kuliah dan cetakan foto-foto aesthetic tertempel di dinding loker. Ia sempat takjup sendiri jika menyadari foto-foto itu miliknya. Kini sapuan pandangan Raehun terhenti pada satu benda yang diharapkan mampu menjawab berbagai pertanyaannya.
Kamera.
Raehun meraihnya, menyalakan benda itu untuk melihat isinya. Beruntung kamera itu masih memiliki daya yang cukup. Lelaki itu jadi tenggelam karenanya, menyelami kehidupannya sendiri di masa lalu yang lebih pantas disebut seperti hidup orang lain.
Tepatnya, hidup yang selama ini ia idamkan.
Raehun memiliki banyak momen yang terekam di kamera itu. Dia sempat traveling ke alam terbuka dan menjalani aktivitas fotografi lainnya. Beberapa foto pemandangan yang berhasil dibidik membuatnya terkagum-kagum sendiri. Sesekali sudut bibirnya tertarik tanpa sadar. Tercetus satu kesimpulan di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Big Dream Called 'Normal Life' × 97ℓ
Ficção GeralKetika berhasil meraih mimpiㅡmemiliki harta dan ketenaran sebagai seorang idol, ia baru sadar bukan itu sumber kebahagiaan sebenarnya. Jelas, ada bagian yang hilang dari hidupnya. Ingin dicari, tapi entah apa. Lalu tercetus pertanyaan, "Bagaimana ji...