"Itu cowok ke delapan yang nembak kamu, lho. Kenapa masih ditolak juga?" Sabrina mendelik ke arah Kiran yang santai meminum es teh di kantin kampus.
"Ya sebodo. Orang nggak suka juga." Kiran mengibaskan rambut panjangnya. "Hari ini ada tugas nggak sih, Brie?"
Brie, panggilan kesayangan Kiran untuk Sabrina, semakin melotot. Sementara yang dipelototi hanya melengos.
"Nggak usah mengalihkan pembicaraan, Malih! Gue tuh heran ya sama lo. Banyak cowok berusaha ngedeketin lo, tapi lo cuekin gitu aja. Emang lo mau cari yang kayak gimana lagi sih, Ran?" omel Brie panjang kali lebar.
"Gini lho, Brie, cinta itu nggak bisa dipaksain. Mau tuh cowok jungkir balik, bawain aku kue bolu dari Mars juga, kalo aku nggak suka sama dia, gimana coba? Terus kamu ngomel-ngomel gini buat apa, apa kamu mau nyuruh aku pacaran dengan cowok yang nembak aku? Gila, masak aku pacaran sama puluhan orang?" Kiran mengangkat bahu cuek.
Sabrina Wasserman
"Delapan, Neng. Lo nggak sefemes itu untuk ditembak puluhan cowok." Brie duduk dengan kesal di hadapan Kiran seraya mengunyah batagornya. Kiran menatapnya dengan ekspresi cute. Gadis itu sedang menirukan ekspresi aegyo yang sering dilakukan oleh artis-artis Korea itu. Ini untuk orang yang bermental baja, yang siap di-bully. Nggak siap bully, apalagi kagok, mending nggak usah pake aegyo. Dijamin gagal kalo gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Kitchen [Sudah Diterbitkan]
General FictionKiran ngefans dengan Chef Janesh sejak lama. Sampai suatu saat kompetisi memasak bertajuk Hard Kitchen dengan Janesh sebagai jurinya dibuka, gadis itu nekat untuk ikut agar bisa bertemu Chef yang terkenal galak di televisi itu, tanpa tahu apa yang a...