Nathan termenung di kursinya. Ruang sekretariat yang sedikit gelap membuatnya juga sedikit merasa tenang. Ia membayangkan seseorang di pikirannya. Apakah semua ini akan berakhir? Pikirnya.
Namun, secercah cahaya matahari masuk menyinari ruang sekretariat saat pintu dibuka oleh seorang gadis. Nathan menoleh melihat siapa yang masuk.
Seorang gadis dengan langkah tegasnya memasuki ruangan. Nathan sampai menaikkan alisnya, "Ada apa?" tanya Nathan.
Gadis yang notabennya adalah wakilnya itu langsung menyilangkan tangan ke dada. Wajahnya sedikit ketus, "Cerita sama gue sekarang! Apa gara-gara Rizky, lo jadi nggak berani memperjuangkan Icha?"
"Bukan," Nathan menatap Rea, "Tapi gara-gara gue Rizky gagal memperjuangkan Icha!" ucapnya sedikit lirih.
"Maksud lo?" Rea menjeda kalimatnya. "Apa, ... Icha juga suka sama Rizky?" tanya Rea tidak menyangka.
Perlahan Nathan mengangguk.
"Lo laki-laki yang lebih dulu dikenal Icha. Masa Icha sukanya sama Rizky? Lagian, lo juga yang lebih sering bareng Icha, bukannya Rizky?" Rea bertanya-tanya.
"Hati itu nggak bisa ditebak Re. Yang pasti mereka dua saling mencintai,"
"Dan lo?" Rea melayangkan tatapan tajam.
"Gue cuma bagian dari cerita mereka. Gue harap pertemuan mereka sekarang bisa merubah apa yang terjadi," jeda Nathan.
"Ada lagi yang gue nggak tahu sekarang?" kesal Rea.
"Gue kira lo cukup peka dengan keadaan sahabat lo sendiri, Re." jawab Nathan lalu meninggalkan Rea sendiri di sana.
Rea berbalik badan, menatap kesal kepergian Nathan yang seenaknya. Padahal ia sedang menginterogasi pria itu.
****
Rea dan Icha duduk bersama di bangku halaman belakang sekolah. Rea menatap Icha yang sekarang duduk di sampingnya. Ia tidak berani memulai perbincangan lebih dulu karena takut suasana hati Icha masih buruk.
Rea teringat kejadian di ruang sekretariat tadi bersama Nathan. Ia meruntuki diri, bisa-bisanya ia tidak pernah melihat bagaimana perasaan Icha terhadap Rizky? Dan dia terus saja menjodoh-jodohkan Icha dengan Nathan? Itu pasti sakit buat Icha atau Rizky sendiri. Lalu bagaimana dengan Nathan? Pria itu juga tahu perasaan kedua sahabatnya. Apa Nathan juga ikut tersakiti atau malah berbahagia mendapat kesempatan memiliki Icha? Rea merasa bimbang. Semoga Nathan tidak seburuk yang ada di pikirannya.
"Nggak papa kita di luar kelas gini, Re? Bukannya udah jam masuk?" tanya Icha memulai perbincangan.
"Gue udah chat Gita, dia bilang Fisika nggak belajar. Mereka juga santai-santai di kelas. Jadi nggak papa lah kita sebentar di sini, buat nenangin perasaan," jawab Rea.
"Cha,?" panggil Rea. "Lo nggak marah kan selama ini gue jodoh-jodohin sama Nathan? Lo nggak sakit hati kan?"
Icha menggeleng lalu tersenyum tipis. "Harusnya kamu tanya itu ke Nathan,"
Rea sedikit tersentak, ia menatap Icha dalam. "Apa lo tahu kalau Nathan tahu tentang perasaan lo ke Rizky, Cha?"
Icha mengedikkan bahu. "Entah, tapi aku merasa sikapnya beda. Bukan Nathan kayak biasanya,"
Rea mengangguk. Ia jadi teringat kejadian dulu, waktu dia menyuruh Nathan mengungkapkan perasaanya pada Icha. Ah, kenapa tidak terpikir untuk meminta maaf pada Nathan tadi? Pria itu tidak mungkin bahagia sekarang, pasti dia juga ikut terluka. Rea akan menemuinya setelah selesai dengan Icha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kamu dan Dia [TAMAT]✔
Teen FictionRANK 3: Fantasi Remaja (16/03/2020) RANK 14: Romance Islami (16/03/2020) *- Cukuplah rasa ini ku simpan di dalam dada, dan tak harus ku perlihatkan pada dunia. Melihat kehadirannya bagiku sudah cukup, aku merasa senang akan dirinya walaupun aku buka...