"Beberapa kata mungkin menyembunyikan yang lain"
(Anonim)
▪◾▪
Mobil Sakti berhenti didepan gerbang Nusa Bangsa. Sama seperti hari sebelumnya, Sakti lah yang mengantar Icha ke sekolah hari ini. Setelah berpamitan, dan mencium punggung tangan sang kakak, Icha keluar dari mobil. Ia tersenyum seraya melambaikan tangan pada mobil Sakti yang mulai mengecil lalu hilang di pandangannya.
Icha melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolahnya. Baru beberapa langkah, ia sudah disambut oleh pak Agus, yang sedari tadi siap siaga di pos jaganya. Icha tersenyum simpul, Pak Agus pun ikut membalas senyuman Icha seraya mengangguk.
"Pagi, neng." sapa pak Agus seperti biasa.
"Pagi, pak." jawab Icha singkat.
Icha berlalu dari hadapan pak Agus. Kini kakinya sudah menginjak koridor sekolah. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti saat ia melihat Rea yang berada tidak jauh darinya sedang berbicara dengan seorang adik kelas, Icha mengenali wajah adik kelas itu. Ah, Icha ingat. Dia adik kelas yang sama dengan yang memberikan Rizky cokelat kemarin, cokelat yang dititipkan padanya.
Icha berdiam diri ditempatnya, memperhatikan apa yang sedang mereka bicaran. Bukan ingin menguping, atau apa. Tapi Icha melihat tangan Rea yang berkacak di pinggang. Pasti gadis itu sedang marah. Icha sangat kenal gadis itu.
"Saya yang kakak kelas kamu aja, masih biasa penampilannya. Lah, kamu?" kata Rea sedikit membentak.
"Kita kan beda, kak." jawabnya.
"Kamu itu, dikasih tau juga. Mau saya laporin ke guru BK kamu? Aturan itu ditepati, bukan dilanggar!" sarkas Rea lagi.
Melihat percakapan yang sepertinya semakin sengit membuat Icha akhirnya memutuskan untuk menghampiri keduanya.
"Assalamualaikum ... " sapa Icha. Rea dan adik kelas itu menoleh dan menjawab salam Icha. "Kenapa, Re? Kok marah-marah gitu?" tanya Icha.
Rea melirik adik kelas itu tajam, ia melipat tangannya ke dada. "Ini nih, si Chika. Masih jadi adik kelas aja penampilannya heboh kayak mau ke kondangan, lipstiknya merah banget lagi, dikira dia lagi dimana? Ini sekolah kali," ucap Rea tajam.
Icha memperhatikan adik kelas itu, akhirnya ia ingat nama adik kelas itu, Chika. Ya, dia juga yang kemarin menitipkan cokelat untuk Rizky padanya. Belum sempat Icha berkomentar, Chika menyambung ucapan Rea. "Kakak kalau merasa tersaingi, ya usaha dong ka. Jangan marah-marah gini,"
Rea langsung melotot mendengarnya, "Ini bukan masalah tersaingi, tapi masalah aturan. Saya yakin, waktu kamu di SMP juga ada tuh aturan buat nggak dandan yang berlebihan!"
Chika menghela, "Serah kakak aja deh,"
"Kamu ini, dikasih tau juga. Masih syukur saya yang ngasih tau kamu, coba bu Rita? Bisa habis tu bibir," ucap Rea menahan kesal.
Icha mengelus pundak Rea, memberi ketenangan untuk gadis itu. "Sudah Re. Kamu juga sudah negur dia, kan? Selanjutnya konsekuensi dia sendiri. Yang penting kamu udah negur dia,"
Rea mengangguk singkat, "Saya ingatin lagi ya, kalau mau dandan itu jangan di sekolah. Sekolah itu niatnya belajar, bukan yang lain." ucapnya pada Chika.
"Iya, iya, kak." jawab Chika.
"Saya ke kelas dulu kak Rea, kak Icha. Permisi" timpalnya. Icha ikut mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kamu dan Dia [TAMAT]✔
Ficção AdolescenteRANK 3: Fantasi Remaja (16/03/2020) RANK 14: Romance Islami (16/03/2020) *- Cukuplah rasa ini ku simpan di dalam dada, dan tak harus ku perlihatkan pada dunia. Melihat kehadirannya bagiku sudah cukup, aku merasa senang akan dirinya walaupun aku buka...