Acara "Kimchi Kaffee" di Hamburg empat tahun lalu adalah kali kedua gue ketemu Chaeyoung tapi kali pertama gue tau namanya. Park Chaeyoung. Nggak berasa apa-apa sih gue waktu Sooyoung Noona ngenalin dia dan dia mengangguk singkat sambil senyum. Oh nggak deng, habis dia senyum itu gue kepikiran kalau itu cantik. Namanya cantik.
Oh dan sure name-nya yang Park bikin gue sedikit kaget. Nggak nyangka kalau dia orang Korsel juga. Wajahnya emang Asia tapi rambut Chaeyoung dulu ebony. Kayak bawaan lahirnya emang ebony. Gue kira dia campuran. Mana cara ngomong Korea-nya waktu itu juga kaku dan dia jarang keliatan ikut acara komunitas diaspora Korea. Belakangan gue tau kalau dia lama tinggal di Melbourne bahkan warga negaranya Aussie, cuma etniknya aja Asia. Tapi kata dia,
"I'm Korean and I love Korea, that's it"
Iya. Kamu juga sayangnya sama cowok Korea ini.
Setelah kenal Chaeyoung, gue juga jadi kenal sama temennya. Namanya Lisa yang ternyata temennya Bambam, kenalan gue juga, dan mereka orang Thailand. Dari situ, gue jadi sedikit flirting ke Lisa. Haha.
Tapi serius, dulu, daripada ke Chaeyoung, gue lebih tertarik ke Lisa. Basically, dia tipe gue. Dia energik, semangat, sedikit boyish tapi cute untuk waktu tertentu. Gue ngobrol sama dia juga lumayan nyambung dan dia juga enak diajak explore jalanan. Intinya gue tertarik sama Lisa saat itu.
Soal Chaeyoung, gue nggak tau banyak sih soalnya ketertarikan gue cuma sebatas sama namanya yang bagus dan dia yang dari Aussie. Apalagi Chaeyoung orangnya cukup awkward ke orang baru, padahal kalau gue perhatiin, dia kalau sama circle-nya bisa dorky. Jadi gue berkesimpulan kalau dia orang yang sulit (ya kenyataannya emang sulit) dan gue nggak deketin dia lebih jauh untuk motif tertentu kayak gue ke Lisa. Asal nyapa aja kalau ketemu dan ngobrol dikit kalau lagi di bubble yang sama. Sebatas itu waktu itu.
Gue nggak pernah kepikiran atau ada bayangan kalau gue bakal menghabiskan tiga tahun belakangan gue sama dia. Sama sekali nggak ada bayangan gue bakal ngeluhin kuliah gue ke dia. Ngobrolin kelanjutan hubungan Hagrid sama Madame Maxime sampai abortion ban di Alabama, ditemenin dia belanja ke toko Asia karena gue nggak tau beras murah tapi enak, ngetawain dia yang jelek kalau nangis apalagi gara-gara nonton 500 days of summer atau terharu bareng waktu nonton musikal di Liepzig. Juga, berantem soal hal remeh sampai masalah perspektif yang ujung-ujungnya selalu bikin gue merenung dan menyadari gue sebagai manusia reckless.
Iya, gue emang manusia reckless. Banyak mau, banyak ngeluh, sering lupa arah dan tujuan, dan gue nggak akan bilang kalau Chaeyoung itu kompas gue karena nyatanya dia juga labil. Kita berdua sama-sama reckless dan sama dia, gue belajar dewasa bareng, bukan cuma nambah umur bareng. Itulah kenapa Chaeyoung nggak pernah sederhana buat gue.
Thick and thin, up and down, black and white, ying yang, segala padanan kontradiktif rata-rata gue lewatin sama dia. Dan entah sejak kapan gue nggak pernah mikirin deketin Lisa atau mikirin kabar Jiho, mantan gue di Korea, lagi.
Chaeyoung is fullest me and I won't complain.
KAMU SEDANG MEMBACA
dear, chaeyoung ✓
Fanfictionchaeng itu lebih dari arabiata pasta atau bobanya boboQ -jaerose au (in sequence with dear jaehyun)