Park Chaeyoung, selain nggak jauh-jauh dari kata cengeng, juga nggak jauh-jauh dari labeling 'manusia terlalu baik'. Bahkan dari luarnya aja keliatan kan kalo Chaeyoung punya hati selembut sutra cina?
Kenyataannya emang gitu.
Chaeyoung emang baik dan baiknya itu menyeluruh ke segala penjuru mata angin. Timur, barat, tenggara, barat laut, you name it.
Ke gue, Chaeyoung selalu nggak masalah saat gue jalan sama cewek lain walaupun gue nggak bilang dulu ke dia. Misal, kayak gue pergi sama Jisoo Noona kemarin. Atau, dia maklum kalo gue kebablasan nyeritain Jiho. Justru dengan senang hati dia akan dengerin. Bukan cuma pemaklumannya ke gue aja, tapi juga ke orang-orang yang seenak jidat minta tolong ke dia.
Kadang gue bertanya-tanya, itu orang-orang punya malu gak sih minta tolong berkali-kali? Tapi gue lebih heran sama Chaeyoung. Kenapa dia mau nolong orang berkali-kali dengan alasan yang sama? Kenapa dia mau nolong orang padahal dia sedang dalam posisi yang nggak bisa menolong? Kenapa dia harus berkorban buat orang yang belum tentu akan melakukan hal yang sama buat dia?
Aneh.
Menurut gue, orang-orang baik semacam Chaeyoung itu aneh. Mereka cenderung penurut, defensif, pasif, dan nggak asik.
Gue lebih suka orang yang meledak-ledak sekalian. Orang yang tau cara membela diri dan sadar kalo dunia itu nggak hitam putih. Nggak semua orang itu pantas dapat perhatian gue, sama kayak nggak semua orang beneran tulus ke gue.
Dari situ gue sadar kalo gue nggak beneran cocok sama Chaeyoung. Cara pandang kita ke dunia beda, dan gue rasa nggak ada yang bisa menjembatani itu. Setidaknya waktu itu, gitu cara gue berpikir.
Waktu itu hari Sabtu di bulan Juli, nggak tau gimana tapi tau-tau gue udah ada di panti jompo tempat Chaeyoung kerja. Jadi waktu itu adalah liburan summer, biasanya mahasiswa banyak yang kerja part time di waktu itu, termasuk Chaeyoung. Dan iya, gue bertanya-tanya lagi, dari sekian banyak pilihan pekerjaan mulai dari di gastronomi sampai di publisher, Chaeyoung milih gantiin temennya kerja di panti jompo. Kurang baik apa cewek gue? Kerja aja milih kerja sosial.
Waktu gue jemput itu, dia lagi nangis di depan panti. Gue panik. Ya gue tau Chaeyoung emang cengeng, tapi masa' liat daun gugur dari pohon bikin dia nangis juga?
"Nenek yang biasanya ngajak ngobrol aku, meninggal tadi pagi" katanya waktu gue tanya kenapa.
Gue menghela napas waktu itu. Here we go again, Chaeyoung and her soft heart.
"Ya udah, nggak apa-apa. Udah bahagia neneknya disana" kata gue asal. Gue emang nggak mikir waktu ngomong gitu. Yang ada di pikiran gue adalah gimana cara biar Chaeyoung nggak nangis lagi dan kita bisa buruan pulang.
"Kamu tau darimana kalo nenek Carmen udah bahagia setelah meninggal?" tanya Chaeyoung setelahnya. Bikin gue gelagapan sesaat.
"Y-ya kan udah nggak ngerasa sendirian lagi kan?" Saat itu, Chaeyoung mengernyit denger jawaban gue yang lagi-lagi mindless.
"Maksudnya?"
"Hm ya...ya kalo orang tua dititipin di panti jompo berarti kan dia jauh dari keluarga. Pasti kangen sama keluarganya, ngerasa kesepian kan?"
Chaeyoung nggak memberi respon apapun sama pernyataan atau pertanyaan gue itu. Dia cuma hapus air matanya, terus ngangguk ke gue sebelum ngajak gue jalan. Pulang.
Kita pulang naik bus waktu itu, nggak naik u-bahn seperti yang gue prediksikan. Kata Chaeyoung dia lagi pingin liat jalanan.
"Di panti itu aku kenalan sama banyak Oma Opa. Ada Opa Dominik yang jago banget nyulam. Ada Opa Hendrik yang jarang ngomong tapi kalo senyum bisa bikin Oma Catherine yang jarang senyum, ikutan senyum juga. Ada Oma Carmen juga, yang meninggal tadi pagi..." cerita Chaeyoung tiba-tiba, dengan memunggungi gue. Dia emang suka cerita mendadak dan itu random. Gue udah biasa, jadi gue dengerin aja.
"Oma Carmen itu sering ngajak ngobrol. Dia pernah cerita kalo dia sangat berharap waktu pagi dia nggak perlu buka mata lagi... dan hari ini harapan dia kesampean," tambah Chaeyoung. Terdengar menyedihkan di telinga gue.
"I guess, bener kata kamu. Dia bahagia. Tapi bukan bahagia karena nggak kesepian lagi, tapi karena harapannya kesampaian"
Waktu ngomong gitu, dia noleh menghadap gue. Gue masih inget liat bekas air matanya yang kering tapi masih ada sisa-sisa basah di bulu matanya. Maka, sekedar insting, gue hapus jejak air mata itu.
"Kamu tau gak sih kalo sebenernya orang tua di panti jompo itu nggak semenyedihkan yang kita kira?" tanyanya tiba-tiba waktu gue masih hapusin air matanya.
"Hm?" respon gue cengo.
"Orang tua itu juga sama kayak kita. Mereka masih punya banyak hal yang mau dilakuin dan aslinya mereka capable untuk semua hal itu. Sayangnya kita terlalu stereotyping kalo orang tua itu pasti lemah, kesepian dan nggak punya harapan"
"Kamu mungkin bakal kaget kalo liat Oma Carmen main gitar, keren banget. Beneran. Sayangnya kamu nggak akan pernah bisa liat.... Makanya, aku seneng kerja di panti jompo Jaehyun. Repot emang, tapi sangat sebanding dengan apa yang aku liat. Dengan apa yang mau aku liat"
Chaeyoung cuma ngomong gitu doang tapi gue masih kepikiran bahkan inget omongan dia itu sampai sekarang.
Dunia yang mau dia liat.
Dunia macem apa yang mau dia liat?
Gue terus bertanya-tanya, sampai akhirnya gue ngerti. Betapa bagusnya dunia yang Chaeyoung liat. Dunia yang orang-orang lain nggak mau liat bahkan nggak kepikiran buat sekedar ngelirik. Dunia yang dia liat lalu dia pelajari, bukan sekedar liat lalu kemakan stereotype.
Misalnya gue. Kayaknya gue termasuk manusia kemakan stereotype dunia, yang ngeliat tipikal orang baik kayak Chaeyoung itu ngebosenin dan tertindas. Padahal belum tentu juga. Gue aja yang males nyari tau, dan bahkan nggak mau tau.
Makanya gue selalu ngerasain urgensi untuk dengerin Chaeyoung cerita. Gimana dia memandang sesuatu, gimana dia ngomentarin drama kehidupan yang selalu ada-ada aja, gimana dia ngebayangin suatu skenario (termasuk skenario yang ada gue di dalemnya). Karena, bukan cocok atau nggak-nya antara yang gue liat dan yang dia liat, tapi ngeliat dunia dari mata Chaeyoung itu selalu membuka hal baru buat gue. Dan itu menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
dear, chaeyoung ✓
Fanfictionchaeng itu lebih dari arabiata pasta atau bobanya boboQ -jaerose au (in sequence with dear jaehyun)