Bab 15

2.3K 331 17
                                    

"Lagi nyari siapa, Mbak?" Indra mengagetkan Adriani yang duduk di meja nomor 2. Mereka sedang menghadiri pertemuan rutin komunitas.

Menyadari Indra akan memosisikan diri duduk di sampingnya, Adriani menggeser sedikit kursi yang ia duduki. Masih merasa perlu menjaga jarak dengan mantan kurirnya.

"Pras nggak bisa datang hari ini. Keluarganya ada yang sakit," lanjut Indra tanpa ditanya.

Adriani terkejut mendengar ucapan Indra. Pantas saja Pras tak pernah lagi menghubunginya. Ternyata sedang kesusahan. Namun, kenapa tak bilang. Jika Adriani diberitahu, pasti dia juga segera menjenguk.

"Kalau kamu mau, nanti bisa bareng sama aku ...," tawar Indra. Lelaki itu menjeda ucapannya. Menunggu reaksi lawan bicaranya. "Tenang saja, aku ngajak adikku. Dia ada di meja 5," lanjutnya karena Adriani masih tak menanggapi ucapannya. Namun, meski begitu, Indra tahu Adriani mendengarkan ucapannya dengan baik.

"Tapi, kalau kamu nggak mau, nggak apa-apa." Indra bangkit dari duduknya. Biar saja Adriani tak menanggapi ucapannya. Yang terpenting, dia sudah memberi tahu.

"Aku ikut, Mas," ucap Adriani setelah Indra menyelesaikan langkah pertamanya. "Setelah ini, 'kan?" lanjutnya bertanya.

Indra menyembunyikan senyumnya. Lega karena umpannya dimakan. Indra merasa cukup hanya diam. Tak peduli jika nantinya dianggap menusuk teman sendiri. Dia hanya ingin membuka fakta.

"Iya. Setelah acara ini kita langsung ke sana."

💞💞💞

Indra membelokkan mobilnya ke kiri. Gang yang akan mereka lalui ini hanya cukup untuk satu mobil saja. Sepertinya sudah diatur oleh aparatur desa hanya untuk satu arah. Setelah masuk beberapa meter, Indra menghentikan mobil di depan rumah berpagar semen setinggi satu meter. Gerbangnya berbahan besi dengan cat yang sudah mengelupas. Tingginya juga semeter. Jarak antara pagar dan rumah kira-kira cukup untuk dua mobil. Bangunannya tampak masih kuat meskipun terlihat agak tua.

"Ini rumahnya." Indra melirik Adriani yang duduk di kursi tengah dari kaca depan.

Adriani mengangguk kemudian membuka pintu dan keluar. Indri sudah keluar lebih dulu sesaat setelah mobil menepi. Adik Indra itu memang tak betah lama-lama berada di dalam mobil.

Saat Adriani menjejakkan kaki di tanah, kepalanya menoleh ke belakang mobil yang dia tumpangi. Tampak beberapa motor dan 1 mobil ikut menepi dan berhenti. Dia mengenal beberapa pengendara motor itu, sama-sama anggota komunitas yang juga diikuti Indra, Pras, dan dirinya. Setelahnya, dia melihat wajah-wajah familiar juga keluar dari mobil yang berhenti di belakang mobil Indra. Ada Selvi dan Siska juga.

"Pertemuan sebelum hari ini kamu nggak ikut, 'kan?" tanya Indra. Lelaki itu sudah berdiri di sisi kanannya. "Teman-teman sudah merencanakan ini sejak pertemuan sebelumnya, tapi baru terkumpul dana hari ini," lanjutnya.

"Galang dana? Aku kok nggak tahu?"

Indra mengedikkan bahu. "Kamu terlalu sibuk mungkin. Nggak ngecek grup."

Adriani ingat. Dia sibuk menyelesaikan masalah rumah produksinya atas ulah Aulia. Selama itu dia memang tidak membaca satu per satu percakapan dalam grup. Ternyata dia melewatkan hal penting.

Indra memimpin rombongan tamu. Lelaki itu langsung membuka pagar ketika semua sudah siap masuk. Adriani berjalan di antara Indri, Selvi, dan Siska.

Dari dalam rumah, muncul Pras yang tampak memaksakan senyum saat bersalaman dengan Indra. Pras menyapa dan menyalami tamunya satu per satu. Saat matanya menemukan Adriani, senyum itu seketika menghilang bersamaan dengan matanya yang melebar. Adriani mempertahankan senyumnya meskipun agak heran melihat Pras yang seakan terkejut.

"Maaf, ya, Mas Pras. Baru bisa nengok setelah pulang dari RS." Salah satu anggota rombongan membuka percakapan setelah.

Pras mengangguk. "Terima kasih karena menyempatkan waktu," jawabnya. Adriani mengamati sikap Pras tidak seperti biasanya. Bahkan, seolah tidak mengenal dirinya. Pras bahkan tidak mengatakan apa-apa saat bersalaman dengannya tadi. Lalu, sekarang, seperti menghindar dan ... tak nyaman.

"Sudah berapa lama istri Mas Pras sakit?"

Seperti ada guntur menggelegar bersama petir yang menyambar. Hati Adriani seketika ngilu. Debar jantungnya menimbulkan denyut perih. Istri. Pras sudah beristri. Pantas saja dirinya dianggap teman. Namun, kenapa harus sedekat itu dengannya? Bahkan, Pras tidak pernah membahasnya. Malahan, pada pertemuan itu .... Adriani kembali mengingat tentang gandengan tangan.

Segala praduga Adriani belum usai ketika tirai pintu penghubung ruang depan dan tengah terbuka. Matanya melebar sempurna ketika menangkap sosok yang sangat dia kenal melewati tirai itu sambil membawa nampan minuman. Aulia. Mantan adminnya yang terpaksa dia berhentikan karena terbukti mengacaukan rumah produksinya.

Drama apa yang sedang dimainkan Pras terhadapnya selama ini. Adriani tak bisa jika hanya menduga-duga. Namun, pemilik konveksi ini masih merasa aman karena kedekatan antara dirinya dan Pras tidak diketahui teman-teman komunitasnya. Adriani tak bisa membayangkan jika teman-temannya tahu tentang dia dan Pras. Memalukan karena Adriani menjadi pihak ketiganya. Lebih baik bertahan sendiri daripada menjadi duri. Adriani masih punya hati untuk tidak menyenangkan diri sendiri di atas derita perempuan lain.

Adriani ingat seseorang. Indra. Lelaki itu pasti tahu banyak tentang Pras karena, setahu Adriani, mereka berteman cukup dekat. Adriani bisa saja bertanya pada Indra setelah ini tentang mereka. Namun, untuk apa. Tidak ada gunanya.

Setelah tahu kecurangan yang dilakukan Aulia, dia sudah memutuskan memaafkan dengan menghentikan gadis itu. Lalu, Pras. Adriani memilih tak lagi mau berdekatan dengan pria itu setelah pengakuan pertemanan kemarin. Jadi, tak ada yang perlu dia bahas lagi meskipun dia sebenarnya tebersit tanya tujuan mereka berlaku demikian pada dirinya.

Percakapan di ruang tamu Pras didominasi teman-teman lelaki. Adriani tak menyimak dengan baik. Selama di sana, dia hanya diam.

Saat pulang, Indra mengantarnya sampai rumah. Mobil yang dia tinggalkan di gedung pertemuan komunitas, diantar suami Indri.

💞💞💞

27 Juli 2019

Jangan Dekat-dekat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang