Jeno tersenyum bangga sambil menatap lurus ke dalam aula sekolah, dimana ada banyak siswa yang berkumpul disana. Duduk di kursi dan mendengarkan pidato kepala sekolah yang berdiri dibalik podium. Ada yang mendengarkan dengan tenang, ada pula yang asik berbincang pelan dengan teman sebelahnya.
Diantara itu, tepatnya di barisan nomor 4 dari depan, ada objek yang sedaritadi menarik perhatian Jeno. Bocah lelaki dengan perawakan tinggi dan kurus, yang sedang memperhatikan depan dengan wajah bosan yang menurut Jeno sangat menggemaskan. Tangan yang ia lipat di dada benar-benar menggambarkan karakter si bocah itu.
Bocah itu Lee Jisung, adik Jeno satu-satunya. Hari ini baru saja menginjakkan kaki di bangku Sekolah Menengah Atas, dan adik kebanggan Jeno itu berhasil masuk ke sekolah favourite yang sama dengan Jeno. Sama-sama dengan jalur beasiswa, karena kecerdasan Jisung tak berbeda jauh dengan Jeno. Yang berbeda hanyalah respon kedua orangtua mereka. Bersikap tak peduli ketika Jeno menyampaikan kabar gembira dulu, tapi begitu antusias dan sangat bangga hingga memamerkannya ke tetangga ketika itu Lee Jisung.
Lagi-lagi teringat hal yang tak menyenangkan.
-SEBAGIAN DIHAPUS UNTUK KEPERLUAN PENERBITAN-