"Hidup tenang seperti apa yang kamu maksud? Hidup sendirian tanpa orang lain?"
"Coba jelasin kenapa kamu bisa nggak ingat aku! Apa yang terjadi sama kamu sebenarnya?" tanya Alexa setelah berhasil menarik Devon ikut ke rooftop bersamanya. Mereka berdua sama-sama terlihat kacau akibat debu dan pasir yang mengotori mereka, terutama rambut mereka jadi lengket dan kaku.
"Memangnya aku harus ingat siapa kamu?" kata Devon, membuat Alexa terkejut. Ia tidak menyangka ucapan Devon membuatnya kecewa dan sakit.
Devon menjambak rambutnya sendiri lalu berkata, "Maaf. Aku tidak bermaksud. Kalau begitu bisa tolong ceritakan padaku apa yang terjadi? Kenapa kita bisa bersama?"
"Tidak ada yang perlu diceritakan!" kata Alexa ketus lalu membalikkan badan, hendak pergi dari situ.
Devon menahan tangan Alexa. "Tunggu!"
Jujur Alexa merasa ada yang aneh dengan dirinya. Bukannya Alexa tidak suka karena Devon selalu mengganggu hidupnya? Tapi kenapa dia harus kesal dan kecewa karena Devon tidak mengingatnya, apalagi momen tidak sampai dua belas jam yang lalu di bawah langit dan bintang-bintang itu.
"Apa lagi?" kata Alexa ketus.
"Mau ke mana?"
"Mau pulang!"
"Jangan ke mana-mana! Duduk dulu!" kata Devon lalu menarik Alexa hingga mereka berdua terduduk berhadapan.
Devon menarik nafas dalam-dalam sebelum mulai berkata. "Aku tidak ingin seperti ini. Kadang aku bangun dalam keadaan tidak ingat apa-apa. Tolong kasih tahu aku apa yang terjadi! Kamu harus membantuku mengingatnya. Aku yakin kita melewati sesuatu bersama."
"Kamu benar lupa ingatan? Kenapa bisa...?"
Devon mengangguk. "Aku tidak bisa menceritakannya sekarang."
"Okay. Akan kutagih nanti!"
"Jadi apa kamu pacarku?" tanya Devon dengan tatapan menyelidik.
"Mimpi!"
"Lalu kamu siapa? Kenapa kita bisa bersama?"
"Aku Alexa. Dan kamu menguntitku sampai di Bromo," katanya dengan tegas.
"Bromo? Ngapain?"
Alexa pun menceritakan semuanya sejak Devon diam-diam masuk ke dalam bisnya hingga mereka pulang, kecuali pengakuan Devon tentang perasaannya.
"Aku sungguh melakukan itu?" tanya Devon tidak percaya.
Alexa berdecak kesal. "Untuk apa aku mengada-ada? Memangnya aku mau diikuti olehmu?"
Devon menyeringai. "Mungkin saja!"
***
Melihat Devon masuk ke dalam rumah, mamanya langsung berdiri dari sofa dan menghampiri Devon dengan cemas.
"Devon! Kamu dari mana saja? Kenapa handphone kamu tidak bisa dihubungi? Mama khawatir sama kamu. Kamu nggakpapa kan?" tanya mamanya sambil memegang Devon, memastikan anaknya baik-baik saja.
Devon mengulas senyum di wajahnya yang terlihat lelah. "Tenang aja, Ma! Devon baik-baik aja. Devon ke kamar dulu, ya. Capek banget."
"Yang benar? Kamu sudah dua kali nggak pulang, bikin mama khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget You
Ficção AdolescenteMenderita short term memory loss syndrome, membuat Devon selalu membawa handycam miliknya untuk merekam hal yang tidak ingin ia lupakan. Ketika ia bertemu dengan Alexa, cewek pirang pemilik earphone biru muda itu, ia merasakan hal baru yang tidak ia...