3.2 Mimpi Siang Bolong

5.9K 1.2K 74
                                    

Muti tidak pernah membayangkan jika bolosnya kali ini akan berakhir bersama perempuan cantik yang duduk di sampingnya. Bahkan bermimpi bisa satu mobil pun dengan bu Violet, ia tidak berani!

Violet dan Erlangga Widjaya selalu menjadi raja dan ratu Bakti Bangsa. Kemesraan mereka sudah terkenal ke seantero penjuru sekolah dan beberapa sekolah lain. Semua orang mengenal mereka berdua, juga keluarga mereka yang sangat bahagia dan harmonis.

"Lagi ada masalah di sekolah?" Violet bertanya dengan lembut.

Muti menoleh dan mengangguk ragu. "Bukan masalah sih, Bu. Cuma lagi males aja di sekolah."

"Bisa panggil Tante aja nggak? Aku merasa terlalu tua dipanggil 'bu'."

Muti terkekeh pelan. "Maaf, Bu, tapi ibu kan pemilik sekolah."

"Bukan aku yang punya sekolah. Erlangga yang punya."

"Iya, tapi ..."

"Tante," potong Violet tegas. "Atau mau panggil Mama kayak Damar juga boleh," lanjutnya sambil tersenyum manis.

Muti tersenyum kikuk. Sebenarnya, ia penasaran kenapa Damar memanggil mereka dengan sebutan itu. Namun untuk bertanya, ia tidak berani.

Meskipun ia dan Damar berteman, Muti cukup tahu jika level keluarga mereka berada jauh di atas keluarganya. Karena itu, ia tidak pernah berusaha untuk mengenal Damar lebih jauh. Akan lebih baik jika mereka tetap seperti ini.

"Ini rumah siapa, Bu?" Tanya Muti saat mobil berhenti di sebuah rumah sederhana, tetapi tampak asri dan tertata rapi.

"Neneknya anak-anak. Kita nggak mungkin jalan-jalan dengan kamu pakai seragam sekolah. Aku yang dilaporin nanti."

Seorang wanita tua keluar dari rumah dan menyambut mereka. Violet mencium tangan wanita itu kemudian memeluknya sekilas.

"Muti, ini Bu Ratna, neneknya anak-anak. Bu, ini Muti, teman sekolah Damar."

Muti meraih tangan wanita itu dan menciumnya.

"Ayo, ayo, masuk. Ibu baru aja selesai masak," ajaknya dengan ramah.

"Vio nggak lama, Bu. Cuma mau ambil baju Ola buat Muti. Mba Mutia ke mana, Bu?"

"Lagi jemput Nadia. Kalian makanlah dulu. Ibu masak sayur asem tuh."

Violet menoleh dan menatap Bu Ratna dengan pura-pura kesal. "Ibu curang! Ibu tahu kalau sayur asem ibu selalu bikin Vio nggak bisa nolak."

Bu Ratna tertawa dan mereka bertiga berakhir di ruang makan menyantap sayur asem yang tidak pernah bisa ditolak Violet itu.

"Muti, kamu ganti baju dulu. Aku rasa tinggi kamu sama Ola hampir sama." Violet menyerahkan sepotong pakaian padanya setelah mereka selesai makan.

Muti menerimanya dengan ragu. Itu rok terusan pendek motif bunga-bunga, dan seumur hidupnya, Muti benci memakai rok selain rok sekolah. Rok membuatnya tidak bebas bergerak.

"Maaf, Tante, ada celana sama kaus aja nggak?"

"Oh, ney, ney, ney!" Violet menggeleng tegas. "Kamu nggak boleh pakai celana."

"Tapi, Tan, Muti nggak pernah pakai rok selain ini." Ia menunjuk rok abu-abunya yang lebar.

Violet mendorongnya pelan ke kamar untuk berganti pakaian. Muti cemberut menatap baju yang digenggamnya itu. Baju itu sangat cantik. Gadis berwajah biasa seperti dirinya tidak akan pantas memakai baju secantik ini. Sambil menghela napas, Muti melepas seragamnya dan berganti pakaian tanpa menoleh ke kaca stelah itu langsung keluar dari kamar.

"Nah kan, ukurannya pas!" Seru Violet saat ia keluar kamar.

Rok itu memang sangat pas di badannya. Bahannya juga sangat nyaman dikenakan hingga membuat Muti berharap memiliki satu saja rok seperti ini. Namun tentu saja ia tahu jika harga rok ini sangat mahal.

(Not) An Ugly Duckling (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang