7.1 Pergi

4.1K 1K 99
                                    

Liburan datang!!

Muti tidak bisa menahan senyum lebarnya ketika akhirnya ujian hari itu berakhir. Ia benar-benar merasa terbakar soal-soal selama hampir satu minggu ini. Dan yang ingin dilakukannya setelah ini hanya satu. Bangun siang!

Teman-temannya yang lain mengusulkan untuk liburan bersama sebagai pelepas stress. Menginap di Puncak atau Anyer. Akan tetapi, Muti sedang tidak ingin bergabung dengan mereka. Ia benar-benar hanya ingin mengisi liburan ini dengan bermalas-malasan di rumah. Titik!

"Marmuuutt!! Makaaan yuuuukk!!"

Teriakan itu kembali memunculkan senyum lebar dari bibir Muti. Rasanya sudah lama sekali ia tidak mendengarkan ajakan menyenangkan seperti itu. Yang ia dengarkan selama hampir satu minggu hanyalah, 'ayo belajar' atau 'x ditambah y sama dengan..'. Oh, ia benci kata-kata itu.

Muti dengan sigap segera berlari ke kantin dan duduk di samping Agam. Ia sudah siap memesan satu mangkuk bakso urat spesial favoritnya sebelum ada tangan meraih kerah lehernya.

"Jangan kebanyakan makan bakso. Nggak baik buat kesehatan."

"Cuma semangkuk," jawabnya tanpa menoleh.

"Nggak boleh, Mutiara. Ayo pulang, aku beliin makanan sehat di jalan."

Muti cemberut dan bangkit dari duduknya diiringi tatapan iba dari para dermawan yang tidak jadi menyedekahkan semangkuk bakso untuknya.

"Aku bosen makan daun mulu," gerutu Muti saat ia diseret oleh Nero menjauh dari kantin.

Sudah hampir satu minggu ini ia diet. Kata Nero, ia terlalu bulat untuk ukuran gadis dengan tinggi kurang dari seratus enam puluh sentimeter.

Tadinya Muti menolak tentu saja. Seumur hidupnya, ia adalah cewek pemakan segala dan tidak pernah merasa gendut walaupun memang ia tidak bisa disebut langsing juga. Namun hal itu tentu saja malah membuat mereka ribut. Dan Muti sudah lelah bertengkar dengan Nero untuk hal-hal yang tidak penting seperti itu.

Sekali waktu, setelah pertengkaran mereka, ketika ia kabur ke rumah Damar untuk belajar saat itu, ia pernah meminta putus. Cowok itu menolak mentah-mentah dan mengancam akan bunuh diri jika Muti meninggalkannya.

Fix, cowok itu memang lebay maksimal. Ia sempat mencibir tentu saja. Namun, ketika Nero benar-benar ke dapur dan mengambil pisau milik Mama lalu mengiris pergelangan tangannya, Muti tidak bisa berkata apa-apa.

Mama membawa Nero ke rumah sakit dengan panik sementara ia memilih kabur ke rumah Damar dengan alasan untuk belajar. Ia tidak bisa menceritakan kejadian itu pada Damar karena cowok itu hanya akan semakin kasihan padanya dan menganggap Nero gila.

Yah, Muti akui Nero memang gila. Ia tidak merasa perbuatan itu dilakukan Nero karena cowok itu sangat menyukainya. Tidak. Ada motif lain. Dan motif itu yang sedang Muti selidiki sekarang. Oleh karenanya ia tidak boleh lagi bertengkar dengan Nero sebelum tahu tentang cowok itu lebih jauh.

"Aku ada langganan bakso vegan enak banget di deket rumah. Nanti kita mampir ke sana."

"Mampir ke rumah kamu juga?" tanya Muti dengan antusias.

Beberapa waktu berpacaran, Nero tidak pernah membawanya ke rumah cowok itu. Pun tidak dengan mengenalkannya pada orangtua Nero. Dan hal itu hanya semakin membuat Muti curiga jika memang ada yang tidak beres dengan Nero. Muti hanya bilang jika orangtuanya ada di New York. Itu saja.

"Kita nonton aja habis makan. Katanya kamu pengen nonton Maleficent."

"Aku nggak suka nonton di bioskop," jawab Muti sewot. Nero selalu bisa mencari cara agar ia tidak ke rumah cowok itu.

(Not) An Ugly Duckling (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang