14. An Open Ending

8K 839 144
                                    

VERSI LENGKAP  LANJUTANNYA SUDAH BISA DIBACA DI KARYAKARSA YA!

...

Apa yang Damar takutkan nyatanya benar-benar terjadi. Muti menjauh darinya bahkan tanpa mengucapkan kata-kata perpisahan atau penolakan. Damar siap jika Muti menolaknya, meski tidak sesiap itu, tetapi itu lebih baik daripada Muti melakukan ini padanya.

Astaga, apa ia membutuhkan jawaban Muti secepat itu? Tidak! Ia akan bahagia, sangat!, jika Muti menerimanya. Akan tetapi, tidak menjadi masalah juga jika Muti menolaknya. Asal gadis itu tidak menjauh darinya!

Muti bahkan tidak mau menerima telepon mama Violet. Damar juga pernah sekali ke rumahnya, untuk pamit, tetapi Muti tidak mau menemuinya.

Seburuk itukah konsekuensi menyukai sahabatmu sendiri?

Tante Dina menemuinya dan Damar mengatakan yang sebenarnya. Tentang perasaan yang sudah ia simpan untuk Muti selama bertahun-tahun. Tante Dina menangis dan memeluknya, tetapi itu tidak membuat hatinya tenang. Ia hanya butuh bertemu Muti dan bicara pada gadis itu bahwa Muti tidak perlu menjauh darinya.

Penolakan apapun yang Muti katakan padanya, ia akan menerimanya. Damar hanya akan tetap di samping gadis itu seperti dulu. Seperti saat Muti tidak mengetahui perasaannya. Itu tidak menjadi masalah bagi Damar. Sama sekali tidak masalah asal ia bisa tetap menjadi sahabat Muti.

Urusan hati akan ia simpan sendiri, Muti tidak perlu merasa tidak enak atau tidak nyaman. Ia masih Damar yang sama, demi Tuhan!

Namun, gadis itu tidak pernah memberinya kesempatan untuk bicara. Muti pergi bahkan sebelum ia memiliki kesempatan untuk menjelaskan. Damar tahu jika Muti adalah gadis keras kepala, tetapi kenapa dia harus menjadi keras hati juga? Apa Muti tidak mengenal dirinya sebaik itu? Bahwa Damar bukan orang seperti itu??

Oke, jika Muti memilih menghapusnya dari hidup gadis itu. Damar akan menerimanya dan menikmati hidupnya sendiri. Sebisa yang bisa ia lakukan untuk bahagia. Meskipun ia tahu itu tidak akan pernah sama. Muti telah menjadi dunianya selama bertahun-tahun. Bukan hal yang mudah untuk mengubah itu. Untuk menjalani dunianya sendiri. Tanpa ada Muti di dalamnya.

Damar mendesah dan menarik kopernya. Hari ini, ia akan pulang ke Jepang, menyelesaikan pendidikannya, dan mungkin melanjutkan kuliah di sana. Dulu, ia memang ingin kembali untuk bersama Muti, tetapi sekarang untuk apa ia kembali? Bukankah akan lebih mudah melupakan jika Damar tidak ada di sisi Muti setiap waktu?

Ia melarang keluarganya mengantar ke bandara. Tidak, ia tidak ingin menangis di hadapan mamanya. Sudah cukup buruk beberapa hari ini ia memasang wajah 'baik-baik saja' di depan semua orang. Meskipun semua orang itu juga tahu ia tidak baik-baik saja, tetapi setidaknya itu membuat mama menutup mulutnya rapat-rapat.

Seiring waktu, Damar yakin dirinya akan baik-baik saja. Ia akan melupakan Muti, mungkin, dan bisa bernapas tanpa memikirkan gadis itu. Damar hanya butuh sedikit waktu. Lalu setelah itu, ia bisa bertemu lagi dengan Muti dengan senyum yang sama seperti dulu. Ya, ini hanya soal waktu kan?

Time will heal. Bad times don't last.

Akan ada masanya ia akan tersenyum mengingat hari ini. Atau hari ketika Muti meninggalkannya setelah berkata tidak bisa. Hatinya akan baik-baik saja suatu saat nanti.

Indeed, what is to come will be better for you than what has gone by.

"Jadi kamu akan pergi begitu saja, lagi!, seperti seorang pengecut?"

Damar menoleh dan melihat Nero berdiri tidak jauh darinya dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celananya. Ia mendekat pada Damar yang bergeming dari tempatnya. Jika ada satu orang yang tidak ingin ia temui, jelas Nerolah orangnya. Namun, cowok itu justru ada di sini menemuinya.

(Not) An Ugly Duckling (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang