12.1 Pengecut

3.9K 776 72
                                    

"Damar! Ini aku. Nero"

Damar menjauhkan ponsel dan melihat nomor yang tertera di layar. Benar, itu nomor Muti kok. Kenapa bisa Nero yang menjawabnya?

"Mana Marmut gue?? Kenapa lo jawab telepon dia sembarangan??"

Tadi cewek, sekarang Nero. Memangnya ponsel Muti itu bolpoin yang bisa berpindah pemilik dengan sangat cepat?

Dan lagi, kenapa Muti masih bersama Nero sampai semalam ini? Apa yang mereka lakukan? Ini sudah malam, astaga! Kenapa cewek itu masih berkeliaran di luar rumah?

"Marmut gue? Sejak kapan dia menjadi milik kamu?"

"Nero siniin nggak hape gue!!"

Damar mendengar teriakan Muti."Kasih ke dia sekarang ponselnya, Nero!" Bentak Damar dengan kesal.

Ya Tuhan, dia hanya ingin bicara dengan Muti. Kenapa sulit sekali???

"Kita harus bicara, Dam. Tentang Muti," kata Nero tanpa menghiraukan permintaan Muti maupun Damar.

Damar menghela napas. "Apalagi? Gue tahu dia cewek lo, tapi dia temen gue. Gue kenal dia sejak orok. Lo nggak bisa larang-larang dia temenan sama gue!"

"Aku ..."

"Dam!"

Damar menarik napas lega ketika akhirnya suara Muti terdengar. "Kenapa sih hape lo bisa dioper-oper begitu? Lagi buat kasti? Hah? Itu privasi lo! Jangan dipinjemin orang sembarangan!"

"Kok lo nyolot sih?? Kalau cuma mau ngomel, nggak usah nelpon gue! WA aja biar nggak usah gue bales! Males gue sama lo!"

Tut ... tut ... tut ...

Ini apa-apaan sih?? Kenapa malah jadi Muti yang marah-marah? Seharusnya dia kan yang marah? Damar menghubungi nomor Muti lagi dan langsung ditolak dalam sekali dering.

Ya Tuhan! Apa memang benar dia tidak boleh bersama Muti?? Banyak sekali cobaan yang dia dapatkan hanya untuk bicara pada cewek itu.

Ponsel Damar bergetar dan itu Nero.

"Kenapa?" tanyanya dengan ketus. Mengetahui Nero menghabiskan waktu lebih banyak bersama Muti membuatnya cemburu. Seharusnya ia yang ada di sana bersama Muti. Bukan cowok itu.

"Jangan telepon-telepon dia lagi. Kamu hanya membuatnya semakin susah."

Semakin susah?? Apa maksud Nero?

"Kita sudah kelas tiga. Dia harus belajar ekstra keras untuk masuk perguruan tinggi negeri. Kita berdua tahu bagaimana kemampuannya, dan aku, mulai saat ini tidak akan mengijinkan dia semakin banyak bersenang-senang. Jadi tidak usah menelepon dulu untuk sementara waktu."

Bersenang-senang? Apa Muti terlalu banyak bermain daripada belajar? Memang ia tahu bagaimana kemampuan Muti. Muti tidak memiliki prestasi menonjol ataupun memiliki otak yang brillian. Namun, Muti tidak bodoh.

Gadis itu sebenarnya pintar, hanya saja ia terlalu tenggelam dalam pemikirannya bahwa dirinya hanya gadis biasa-biasa saja. Bahwa ia adalah itik buruk rupa dan itu sudah ada di otak Muti sejak ia masih kecil. Sulit sekali meyakinkan Muti bahwa gadis itu luar biasa. Bahwa Muti sempurna apapun bentuk fisiknya.

"Kamu sendiri yang memilih pergi dan menjauh, Damar. Kamu yang memilih untuk melepaskan tangannya dan melempar gadis itu padaku."

"Gue nggak ngelempar dia ke elo! Lo yang maksa dia jadi cewek lo!"

Nero terkekeh. "Dia bisa saja menolak saat itu. Atau pilihan lainnya, kamu bisa saja jujur tentang perasaanmu pada Muti dan dia akan memilihmu. Tetapi kalian tidak melihat peluang itu. Dia memilih untuk menyetujui permintaanku dan kamu memilih kabur."

(Not) An Ugly Duckling (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang