06

452 86 16
                                    

'Aku tak tau seberapa sakit yang kau rasa. Tapi melihatmu kesakitan, membuat ribuan pisau menyayat hati.'

°°°

Nayeon merutuki kecerobohannya, dengan mengaitkan anak rambut yang terjatuh pada daun telinganya. Nafasnya masih menderu, akibat aksinya beberapa menit yang lalu. Tanpa sadar, ia mengaitkan jemari tangannya di depan tubuh. Dalam hati ia menyalahkan Jungkook yang membuat fokusnya teralihkan.

Nayeon masih berusaha mengusir getaran yang memenuhi seluruh tubuhnya, ketika mendengar suara rendah yang terkesan datar milik Suga.

"Kau baik-baik saja?"

Nayeon tersentak dari pikiran tentang nasib buruk yang mungkin akan menimpa dirinya.

"A-aku, ba-baik saja." balasnya dengan menelan ludah, tak berani menatap mata tajam yang kini ada di depannya.

"Untunglah." Nayeon kembali tersentak akan satu kata yang dikeluarkan oleh pria berkulit susu itu.

Apa ia tak salah dengar? Bukankah seharusnya saat ini yang ia terima adalah omelan, bentakan, atau setidaknya teguran dari bosnya.

Belum genap dua jam bekerja tapi ia telah melakukan dua kesalahan yang cukup merugikan. Pertama dengan tak sengaja gadis bergigi kelinci itu menyenggol kaleng penyimpan bubuk kopi hingga jatuh berserakan.

Kedua, masih belum hilang rasa bersalahnya ia harus mengulang kembali kecerobohannya saat hendak membuat french fries pesanan pengunjung Cafe. Karena tiba-tiba kompor yang ia gunakan mati, iapun memindahkan wajannya ke kompor lainnya. Namun naas ia malah menjatuhkan wajan yang berisikan minyak panas hingga berceceran bersamaan dengan kentang di atas lantai. Beruntung minyak dan wajannya tak mengenai dirinya.

Sepertinya dewi fortuna memang sedang tak berpihak kepadanya hari ini. Nayeon yang sempat ke kampus tadi pagi harus mendapatkan sedikit omelan dari dosen pembimbingnya. Analisis jurnal yang harusnya ia bawa untuk ia presentasikan, ternyata tertinggal di rumahnya.

Ia paham jika dirinya memang ceroboh, tapi tak pernah seceroboh ini. Sebenarnya ia tahu kenapa ia kehilangan fokus. Hanya satu alasannya yaitu Jungkook.

Tindakan Jungkook yang tiba-tiba mencium dahinya, membuatnya tak bisa tidur semalaman. Bahkan dirinya tetap terjaga hingga petang ini, ia belum merasakan lelapnya tidur.

Sejak semalam bayang-bayang pria itu terus menghantui Nayeon. Ia kira dengan menyibukkan diri di kampus dan juga bekerja di Cafe akan menghilangkan Jungkook dari pikirannya. Namun semakin membuat dirinya jauh dari kata beruntung.

"Pulanglah dan istirahatlah." suara datar Suga kembali menyadarkan Nayeon dari lamunannya.

"O-oppa, apa a-aku dipecat?" dengan memberanikan diri ia menatap ke arah bosnya yang terkenal dengan wajah datarnya.

"Aku tidak bilang memecatmu."

"Tapi kenapa kau menyuruhku untuk pulang?"

"Kau terlihat sedang tidak baik-baik saja, karena itu kubolehkan kau pulang cepat."

"Aku baik-baik saja, maaf aku mengaku bersalah atas tindakan cerobohku hari ini." Nayeon menundukan kepalanya melihat jemarinya yang saling memilin.

"Wajahmu terlihat pucat dan lihatlah kantung matamu terlihat sangat tebal dan menghitam Nay."

"Tapi aku baik-baik saja."

"Kuperhatikan hari ini kau sering melamun. Jika kubiarkan kau bekerja, aku tak yakin kau tak akan menumpahkan yang lainnya. Atau malah membuat masalah dengan pelanggan." Bosnya itu memang selalu to the point.

DANDELION [inyXjjk] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang