🎬 7 💊

901 177 33
                                    

Kecanggungan menyelimuti selama Kim Jennie menyantap shabu-shabu di dalam ruangan kelas VIP tersebut. Ruangan serba tertutup itu hanya diisi dua insan yang tak saling membuka percakapan selama sekitar 15 menit yang lalu.

Kim Hanbin sibuk memainkan ponselnya. Meninggalkan Kim Jennie yang menyantap makan siang sendiri seperti seorang hantu.

Menaruh sumpit diatas meja, Jennie mulai berdehem keras untuk memberi kode kepada Kim Hanbin agar segera menghentikan aktivitas induvidualnya tersebut.

Melirik ke arah Jennie, Kim Hanbin mulai menyadari kode tersebut sembari menatapnya datar, "ada apa?".

Kembali kikuk, Jennie mulai kembali meraih sumpitnya dan menyuapkan makanan tersebut kedalam mulutnya hingga benda tersebut terkunyah dan berhasil tertelan.

"Kita.. sedang makan berdua, kan? Tapi kau memperlakukanku seperti seorang hantu".

Bergeming, Hanbin malah menyunggingkan senyum miring seraya meletakkan ponselnya itu ke atas meja. Dagunya Ia tumpukan dengan punggung tangannya, "jadi kau ingin aku seperti apa? Katakan".

Jennie terdiam. Menatap netra Kim Hanbin yang tak memiliki ekspresi sedikitpun, "aku.. hanya ingin kita makan bersama. Kau.. membuatku seperti seorang patung", jawabnya dengan sedikit kikuk.

Kembali tersenyum usil, Hanbin kembali menatap mata gadis itu nakal sembari meraih tangannya enteng, "itu bukan jawaban. Katakan apa yang ingin aku lakukan untukmu", pintanya lagi.

Jennie menenggak salivanya. Melirik tangannya yang kini sudah digenggam oleh Kim Hanbin diatas meja tersebut. Jujur, Ia gugup. Tapi Ia tak ingin melepaskan genggaman itu. Demi apapun. Ia ingin tangan Kim Hanbin terus mengait tangannya.

Namun karena hatinya yang berdetak semakin tidak normal, Kim Jennie mulai melepaskan tautan tangannya dengan tangan Kim Hanbin untuk kembali menghindari kecanggungan, "mari.. kita lanjut makan", ucapnya lagi.

Bergeming, Kim Hanbin kembali menampilkan sunggingan khasnya. Pria itu mulai bangkit dari duduknya. Mencondongkan badan kedepan hingga tiba-tiba bibirnya sedikit mengecup ujung bibir Kim Jennie disana.

Wanita itu melebarkan mata. Menatap wajah Kim Hanbin yang berada beberapa senti saja darinya.

Maksudnya. Pria ini baru saja mengecup bibirnya. Di luar skenario film. Apa tujuan Kim Hanbin melakukan itu?

"Kau.. menciumku?", Jennie mendongak dengan wajah kaget ketika menemukan Kim Hanbin yang masih dalam posisi awal.

"Kau menyukainya? Ingin melakukannya lagi?".

Jennie bergeming sebentar menatap netra Kim Hanbin yang masih belum lepas darinya.

Tak berselang kemudian, pria itu kembali mengecup pipi Kim Jennie dengan halus. Berkali-kali menggeser posisinya hingga bibirnya telah mencapai daun telinga sang gadis.

Pria itu melirik tas selempang yang wanita itu bawa. Menemukan ponselnya yang terselip disana. Hanbin segera mengambil benda tersebut sembari membisikkan sesuatu pada telinga wanita itu.

"I'll save my number. Call me whenever you want a happiness. I'm here", bisiknya kembali dengan sunggingan kecil di ujung bibir.

Pria itu mulai menjauh dari Kim Jennie dan kembali duduk. Menatap Jennie yang masih speechless dengan hal yang baru saja Kim Hanbin lakukan padanya.

"Kau bingung mengapa aku melakukan ini?".

Jennie lagi-lagi harus bergeming mendengar setiap ucapan Kim Hanbin yang mengalir begitu saja.

Wanita bermata kucing itu secara refleks mengangguk, "I... guess".

Kembali menyunggingkan senyum, pria itu kembali bangkit untuk memposisikan badannya pada posisi awal ketika dirinya tengah mengecup gadis itu.

HEROINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang