Part 12: Bintang

12 4 0
                                    

"Bintang takkan pernah meninggalkan bulan, bintang akan selalu ada disetiap gelap maupun terang. Meski terkadang keberadaan bintang tak pernah terlihat kala terang telah datang dalam hidupmu"

--Rayyan

                                ***
Fikrah menatap kosong ke arah depan, ia sedang berpikir dan terus bertanya tentang perasaannya saat ini. Ini adalah hari ke-5 dirinya dan Tama bertemu dan dekat hingga sekarang.

Meski saat ini Fikrah tengah menghindar darinya dan berusaha sekuat mungkin untuk melupakannya sebelum rasa itu tumbuh lebih besar lagi padanya.

Rayyan: "Kenapa sih? Kok ngelamun?" tanya Rayyan tiba-tiba hingga membuat Fikrah sedikit terkejut karena mendengar suara renyah kakak sulungnya itu

Fikrah: "Nggak papa kok kak" jawab Fikrah sedikit ragu

Radit: "Udahlah Fik.. Cerita aja, kita siap dengerin kok, iya kan?" tanya Radit yang baru saja bergabung bersamaan dengan Riyan dikamarnya Fikrah

Fikrah: "Nggak papa kok" ujar Fikrah dengan senyuman yang terlihat dipaksakan

Riyan: "Adikku sayang, malaikat kecilku tercinta.. Kamu harus tau kalo perempuan yang ditanya kenapa terus jawabnya 'Nggak papa' itu artinya ada apa-apa.. Udah cerita aja, kita siap nyimak dan ngasih saran kalo itu diperlukan" ujar Riyan membujuk Fikrah agar ingin bercerita.

Karena ketiga kakaknya melihat Fikrah sudah dua hari tidak terlalu banyak bicara dan terus melamunkan sesuatu yang tak pernah mereka tahu apa penyebabnya yang membuat Fikrah seperti itu.

Fikrah tersenyum gembira sekaligus terharu ingin meneteskan airmatanya yang sudah berada diujung matanya pertanda airmata yang sudah siap untuk terjun dengan deras

Mereka yang melihat Fikrah seperti hendak menangis, dengan sigap mengahampiri sang adik lebih dekat lagi dan memeluknya penuh kasih.

Fikrah: "Aku bersyukur banget.. Punya kakak kayak kalian, yang selalu ngertiin aku kayak gimana dan hibur aku disaat aku ngerasa beban hidup terasa berat" ujar Fikrah ketika dirinya sedang dipeluk oleh ketiga kakaknya

Rayyan melepas pelukannya begitupun kedua saudaranya pun mengikuti apa yang Rayyan lakukan. Sedetik kemudian Rayyan memegang tangan Fikrah dan mengisyaratkan agar dirinya berdiri dan hal itu dilakukan oleh Fikrah yang masih dengan airmata harunya.

Rayyan membuka jendela kamar Fikrah, dilihatnya diatas langit yang sangat indah serta dihiasi oleh bulan dan bertebaran bintang diatas sana. Fikrah melihat Rayyan menatap langit dengan senyuman begitupun kedua kakaknya yang lain. Dirinya bingung, tetapi ia akan bersabar menunggu apa maksud kakaknya.

Riyan: "Kamu liat langit itu Fik! Apa yang kamu liat disana?" ujar Riyan dengan senyuman

Mendengar hal itu seketika Fikrah menoleh ke arah langit

Fikrah: "Langit yang dihiasi oleh bulan dan bertebaran bintang yang gemerlap penuh cahaya" jawab Fikrah

Radit: "Ya.. Kamu tau apa maksudnya Fik?" tanya Radit dan dijawab dengan gelengan kepala, pertanda bahwa dirinya tidak tahu apa yang mereka maksud

Rayyan: "Lihat bulan itu.. Dia adalah kamu Fik.. Dan bintang adalah kami.. Dan langit adalah pondasi hidup kita, yaitu keluarga" ujar Rayyan

Fikrah: "Kenapa?"

Riyan: "Kamu tau Fik? Bintang sebenarnya tak pernah meninggalkan langit, hanya saja keberadaannya yang terkadang tak pernah terlihat karena terangnya langit disiang hari"

Fikrah: "Ya.. Aku tahu" jawab Fikrah masih tidak mengerti arah pembicaraan mereka saat ini

Rayyan: "Itulah kenapa kita mengibaratkan kamu adalah bulan, kita adalah bintang dan keluarga adalah langit.

Kita nggak akan pernah ninggalin kamu Fik.. Dalam keadaan apapun kita selalu ada buat kamu, seperti halnya bintang yang tak pernah meninggalkan bulan. Bintang akan terus menunggu datangnya malam untuk bisa menemani sunyinya malam bersama bulan. Meski terkadang, keberadaan bintang tak pernah terlihat tetapi percayalah bintang selalu ada meski dalam keadaan terang.

Begitupun kita Fik.. Kita selalu ada buat kamu, meski terkadang kita tidak ikut serta dalam bahagiamu.. Tapi kami akan terus ada disampingmu suka maupun duka, tangis maupuan tawa.. Kita ada buat kamu Fik.." jawab Rayyan dengan tutur kata yang lembut dan hal itu membuat Fikrah kembali menangis

Riyan menghampiri Fikrah dan memeluk sepenuhnya tubuh Fikrah dan mengecup puncak kepala Fikrah penuh kasih sayang

Radit dan Rayyan pun memeluk mereka berdua, larut dalam kesedihan yang Fikrah rasakan. Meski sebenarnya mereka tidak tahu apa masalah yang telah menimpa sang adiknya itu.

Radit: "Jadi, kamu kenapa Fik?" tanya Radit memastikan kembali

Fikrah menghela nafas berat seperti ada sesuatu yang mengunci mulutnya agar dia tetap diam dan larut dalam perasaan yang membingungkannya saat ini.

Fikrah: "Aku cuma bingung kak" ujarnya sembari menundukkan pandangannya tak ingin melihat tatapan introgasi dari ketiga kakaknya

Riyan: "Bingung kenapa?" tanya Riyan

Fikrah: "Emm.. Bingung karena, ada sedikit rasa aneh yang aku rasain saat aku deket sama.." ucapnya menggantung dan membuat ketiga kakaknya penasaran

Rayyan: "Sama...?"

Fikrah kembali menghela nafas berat,

Fikrah: "Sama kak... Tama" ujar Fikrah merasa malu dan berhasil membuat pipinya merona karena telah mengakui perasaannya yang sebenarnya

Radit: "Ohhh.. Jadi kamu jatuh cinta?"

Fikrah: "Kata siapa?" tanya Fikrah heran

Radit: "Kata adit kan barusan" katanya santai

Fikrah: "Ihhh kakak serius dong!" kesalnya

Rayyan: "Iya maksud Radit itu, kayaknya kamu lagi jatuh cinta sama Tama" jelas Rayyan

Riyan: "Tapi gye setuju aja sih kalo si ade sama si Tama, kan dia baik" kata Riyan tanpa pikir panjang terlebih dahulu

Fikrah: "Masih ragu" ucapnya dingin serta ketus

Radit: "Ya iyalah ade masih ragu.. Orang kalian nggak ada apa-apa. Adit ngomong kayak gini bukan berarti Adit ngijinin Fikrah pacaran loh ya.." ucap Radit

Fikrah: "Apaan sih kak, aku tuh nggak akan pacaran lagi.. Aku pengen hijrah,  dan saat ini ujian hijrahnya itu kak Tama ;(" ujar Fikrah dengan bibir yang cemberut

Rayyan: "Emangnya kamu ragu kenapa?" tanya Rayyan

Fikrah: "Ragu, karena Fikrah gak mau jatuh cinta lagi.. Takut kayak dulu" jawabnya teringat masa silam bersama Barra

Rayyan: "Fik.. Jangan samakan Barra dengan Tama, karena mereka berdua itu berbeda.. Buka sedikit hati kamu, kalo kamu emang suka sama dia.. Dan yang terpenting seharusnya kamu melibatkan Allah dalam setiap situasi yang kamu alami saat ini ataupun nanti dan sampai kapanpun, cintai seseorang sewajarnya dan cintai Allah sepenuhnya.. Karena, jika kamu bisa seperti itu Allah nggak akan buat hati kami sesakit hari kemarin" jelas Rayyan

Fikrah tersenyum dan memeluk sang kakak merasa senang karena telah mendapatkan jawaban yang selama ini ia cari.

Fikrah: "Makasih kak Rayyan, kak Riyan, kak Radit.. Kalian selalu ada buat aku"

Radit: "Sama-sama" ujar Radit dan Riyan yang mengelus puncak kepala sang adik yang masih berada dipelukan Rayyan


Assalamu'alaikum semuanya.. Maaf nggak sesuai jadwal, tapi sekuat tenaga ntar diperbaiki jadwalnya.. Maaf juga kalo gk nyambung atau mungkin bnyak yg typo ataupun kesalahan² lainnya maaf ya.. Aku blm sempet cek lagi soalnya.. Tapi pesen aku cuma satu jangan lupa vomentnya ya😊🍃

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setitik RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang