Lara Ber-asa

9 2 0
                                    

"Hara, bunga matahari yang kau tanam sudah layu tak seindah dulu. Seperti kita yang telah berlalu." si anak muda menatap nanar bunga matahari sebagai satu-satunya pengganti kehadiran Hara yang telah pergi.

Kedai kopi langganan sudah buka kembali setelah tutup sementara. Si anak muda duduk di sudut kedai. Menyenangkan bisa melihat gerimis dari kejauhan.

"Kau kembali sepertiku." pak tua tersenyum. "Sepertinya kita adalah pertemuan yang diharuskan, pak tua." si anak muda tersenyum. "Kopi susu, pak tua?" si anak muda menawarkan.
"Ku kira kau suka drama, anak muda." pak tua duduk menghadap si anak muda. "Tidak baik menebar kesedihan kepada orang lain, pak tua. Biar saja luka disimpan rapat. Bukan sok kuat, hanya saja tidak adil menambah pikiran mereka yang sudah banyak bebannya." si anak muda menatap ke luar kedai.

"Gerimisnya sudah berhenti. Aku rasa emosimu sudah lebih baik, anak muda." pak tua tersenyum lebih lebar.
"Kau membawa surat rumah sakit, pak tua?" si anak muda baru menyadari. "Ini milik cucuku." pak tua nampak gusar sesaat. "Semoga dia lekas sembuh, pak tua." si anak muda menggenggam tangan pak tua. "Aku harap begitu. Terima kasih." pak tua menatap dengan haru si anak muda.

'Luka yang kau dapat, membuatmu lebih besar sabarnya. Membuat dewasamu tumbuh lebih cepat dari biasanya.'

WORDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang