Duka

7 0 0
                                    

Isak tangis menyelimuti kediaman megah pak Susanto. Keluarga besarnya tidak mengetahui penyakit yang diderita pak Susanto selama ini. Hanya anak pertama saja yang datang untuk mengurus pemakaman. Sesal tidak tertahan saat anak pertamanya melihat wajah sang ayah yang sudah tertutup kain putih.

Si anak muda datang ke rumah duka. Buket bunga mawar putih ia berikan kepada salah seorang kerabat. Si anak muda tidak melihat Hara. "Aku tidak melihat anak bungsunya." ucap salah seorang tamu. "Dia tidak akan datang karena sedang hamil besar." salah satu tamu menjawab.

Pemakaman berjalan lancar. Para tamu dan keluarga besar sudah pergi kecuali anak pertama. Tangisnya pecah tidak ditahan lagi. "Ayah.." si anak pertama memeluk nisan pak Susanto.
Lemas tubuhnya terisak keras. Janjinya belum ia penuhi untuk membahagiakan. Penyesalannya dalam teramat. Waktu terlalu jahat.

Sepeninggalan anak pertama, barulah si anak muda mengunjungi pak Susanto. Ia sentuh nisan yang baru tertancap itu. "Akan kuingat nasihatmu. Maafkan aku yang belum meperkenalkan diri sampai saat ini. Maafkan aku yang terlambat mengetahui kebenaranmu. Kau tetap menjadi pak tua yang bijak bagi anak muda ini." si anak muda menaruh setangkai mawar putih di atas makam pak Susanto.

"Kau tetap pak tua bagiku.
Mari  kita bertemu lagi nanti."

WORDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang