TERUNTUK KAMU

9 0 0
                                    

Teruntuk kamu yang sedang bersama temanku, ada yang ingin kuberitahu.
Jalan cerita hidup ini tidak ada yang tahu. Kala ku dipertemukan seseorang, ia akan menempati posisi teman, pasangan atau hanya untuk menjadi kenang. Aku, kamu atau mereka tidak bisa memilih akan menjadi apa di kehidupan seseorang. Peristiwa yang terjadi membuat kita mengalami setidaknya dua kali atau lebih mendapatkan pengalaman bersama seseorang. Pengalaman seru atau dosa baru. Semua bergantung pada jalan apa yang ditawarkan.

Senang, saat aku punya teman. Tidak perlu lagi lelah melewati semuanya sendirian. Bersama teman, semua menjadi lebih mudah. Bebanku terangkat ketika teman mengulurkan telapak tangan. Seakan menemukan rumah baru untuk aku bagi segala bahagia dan duka. Genggamanku menguat, aku tidak bisa membalas baiknya dengan apapun selain selalu berada di sisinya. Seakan-akan kami terikat untuk berkeluh kesah beradu tawa bersama.

Meresmikan pertemanan adalah dengan pergi bersama, dekat kemana saja, sampai saling berbagi cerita masa lalu hingga pahitnya cinta. Kebersamaan terlalu banyak untuk dilupa, rahasia terlalu lebur untuk dijaga, hati saling sayang namun terselip curiga. Kala berpisah karena peristiwa berbeda yang harus kami lalui diwaktu yang sama, akhirnya kami terpaksa tidak bersama.

Akhirnya arah berbeda yang kami kunjungi. Lingkungan yang tidak sama, jarak semakin merentangkan sayapnya, tanda kami sudah tidak lagi menciptakan semuanya untuk berbagi masa. Kami berpisah dan aku kembali menjadi sendiri. Tidak ada yang menempati posisi teman dan aku lelah mencari seseorang. Kukira, sendiri itu dibutuhkan juga. Manusia bisa menjadi sosial dalam forum. Lalu, berubah dalam sekejap menjadi individu yang tidak suka melibatkan manusia lain.

Teruntuk kamu yang dekat dengan teman (ku), aku titip pesan. Jangan saling memberi kecewa di setiap pengalaman yang kalian ukir bersama.
Tolong beri teman (ku) ruang cerita. Ingatkan mereka  jika salah mengambil langkah. Tempat kami kini berbeda dan kamulah manusia yang paling dekat dengan mereka. Aku tidak bisa lagi menjadi teman seutuhnya. Beradaptasi membuatku membatasi diri. Hal apapun yang dialami sudah tidak lagi menjadi bahan perbincangan saat malam hari. Walau begitu, aku tetap menanti satu kalimat menyenangkan yang terdengar hangat di hati.

"Dulu, kita begini."
"Hahaha iya kita dulu melakukan ini."
"Kita sukanya begini."
"Sekarang kita masih mau melakukan ini?"
"Lucu sekali mengingat ini hahaha."

Semoga, kita dipertemukan lagi suatu hari nanti dengan bahagia terpancar mempesona langit pagi.

WORDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang