19 - Momo

186 34 0
                                    

Momo bersiap sebelum pertandingannya di mulai. Dari pinggir lapangan indoor yang dipakai untuk pertandingan taekwondo, Momo bisa melihat banyak orang yang duduk di tribunnya. Salah satu penonton adalah teman-temannya. Yuta, Johnny dan Sana sudah pasti ada dan beberapa teman satu ekskul taekwondo yang tidak ikut turun bertanding pun juga ikut menonton.

Pertandingan final putri dengan kelas berat yang berbeda baru saja selesai. Berarti sekarang adalah giliran Momo untuk bertanding.

Momo berusaha merilekskan tubuhnya sambil menghirup dan membuang nafas dalam ritme yang teratur.

Ia harus sudah siap bertanding dan sudah siap untuk menang.

- - - - -

"Itu beneran lawannya Momo kelas beratnya sama ya?" Yuta terus mengoceh begitu melihat Momo dan lawannya masuk ke dalam arena. Memang benar sih dari luar terlihat lebih gagah lawannya dibanding Momo sendiri.

"Ya gak mungkin lah Yut kalo beda bisa tanding final gini, gak fair namanya." Sana sudah keki sendiri mendengar Yuta secerewet Mamanya. Perasaan kemarin-kemarin Yuta masih sok cuek terhadap Momo.

"Lo kan udah biasa liat Momo tanding Yut?" Johnny menyahuti, tak dipungkiri lelaki itu juga sebal mendengar temannya mengoceh tanpa henti.

"Gak tau, sekarang kayak ngilu aja kalo liat dia kena pukul." jawab Yuta sambil menyilangkan telapak tangan kanannya di atas dada.

"Lebay!" sahut Sana lagi.

"Udah-udah diem, liat Momo tanding aja itu." Jika tidak dihentikan Johnny yakin pembicaraan ini akan semakin panjang dan akan membuat dirinya juga Sana semakin sebal.

Yuta akhirnya diam. Fokus memperhatikan Momo sampai tidak sadar bahwa orang yang ia khawatirkan sejak pagi ternyata berada di tempat yang sama walau hanya berbeda deretan tempat duduk.

- - - - -

Momo menghela nafasnya berat. Hari ini dia gagal menjadi juara di pertandingan finalnya. Ia mengakui tadi dirinya kurang siap untuk bertanding, sekarang ia merasa tidak enak badan. Sepertinya karena efek datang bulan.

"Gak usah sedih gitu." kata Sana menyemangati.

Usai upacara penutupan, Yuta, Johnny dan Sana memang langsung menghampiri Momo.

"Tapi gue kalah San." Momo menjawabnya dengan lesu.

"Gak usah sedih, karena hari ini lo udah berusaha dengan baik. Gue traktir deh! Gimana?" Melihat wajah Momo yang benar-benar lesu, Johnny berinisiatif mencairkan suasana.

"Momo!"

Belum sempat mendapatkan jawaban dari Momo, ada suara yang mereka kenal dan membuat mereka menoleh ke orang itu.

"Eh Kenta?" sapa Momo heran. Pasalnya ia benar-benar tidak tahu kalau Kenta bisa datang ke pertandingan finalnya.

"Selamat ya, walaupun gak berhasil menang tapi lo udah bisa sampai final." Kenta mengulaskan senyumnya membuat Yuta melirik malas.

Momo sih malah senang, kan tumben dia bisa dapat kata hiburan selain dari teman-teman dan pelatihnya.

"Ohh iya Kenta, kenalin ini ada sepupu gue namanya Sana. Sana, ini Kenta temen satu ekskul Yuta dan temen satu kelasnya Johnny."

"Oh, halo Kenta?"

"Hai, Sana?"

- - - - -

Acara makan kali ini memiliki personil baru. Selain Sana, ada Kenta yang juga secara tidak disengaja ikut ditawari untuk bergabung oleh Momo.

Sudah jelas Johnny tidak mau ada Kenta, apalagi Yuta. Namun karena Momo yang menawarkan mau tidak mau mereka menerima.

"Karena hari ini gue gak bisa jadi juara, makan hari ini gue yang traktir!" Begitu mereka semua duduk di kursi kafe, Momo bersuara.

"Loh?" Kenta terlihat bingung.

Momo mengulaskan senyumnya. "Kayanya gue kalah karena kurang sedekah, jadi gue sedekah ke kalian aja ya."

Yuta mau ketawa. Beneran. Yang Momo omongin itu menurutnya lucu. Cuma gabisa, dia gengsi, ada Kenta soalnya.

"Hahahahaha bisa aja sih Mo." Kenta langsung tertawa.

Johnny mau tidak mau juga ikut tertawa begitu juga Sana. Hanya Yuta yang masih menahan tawanya. "Garing banget." cibir Yuta setelah tawa mereka reda.

Momo mendelik. "Lo bayar sendiri ya Yut."

Yuta otomatis tersenyum. "Hahahaha lucu banget Mo ya ampun perut gue sampai sakit."

- - - - -

"Terima kasih banyak Moooooo." Selesai makan Johnny mengulaskan senyum lebar pada Momo sambil mengusap-usap perutnya.

"Gue bayar dulu deh." Momo beranjak dari kursinya dan bergegas membayar makanan mereka.

"Gue mau ke toilet bentar ya." Sana ikutan pamit menuju toilet.

"Mau lo duluan atau gue duluan yang cuci tangan?" tanya Kenta pada Yuta dan Johnny.

"Lo duluan aja Ken. Gue masih belom bisa bergerak nih, nurunin makanan dulu. Lo juga duluan aja Yut." jawab Johnny sembari menyender pada kursi.

"Iya deh, sekalian gue mau ke toilet juga."

Akhirnya Yuta dan Kenta masing-masing pergi menuju toilet dan tempat cuci tangan. Yuta sempat berpapasan dengan Sana saat ingin memasuki pintu toilet pria.

"San gue ke toilet dulu jangan ditinggal!" setelah berseru, Yuta buru-buru masuk ke dalam.

- - - - -

Di dalam mobil Johnny hanya terdengar suara pemutar musik. Salah satu alasannya karena Momo tidur. Hanya berselang beberapa menit masuk mobil dan sempat mengobrol heboh, Momo tiba-tiba tidur dan keadaan mobil jadi tenang.

Sana sendiri tidak terlalu banyak bicara daritadi. Johnny fokus menyetir sementara Yuta harus diam karena Momo tertidur di pundaknya.

"Bentar lagi mau sampe, bangunin atau lo gendong sampe dalem?" Johnny melirik spion tengah untuk berbicara pada Yuta di belakang.

"Bangunin, ni anak habis nambahin berat badan. Patah tangan gue kalau gendong dia." balas Yuta cepat.

Sana akhirnya melirik Yuta dan Momo dari spion tengah. "Kalian kenapa gak jadian aja sih Yut?"

Johnny terkekeh mendengar pertanyaan Sana. Kalau Johnny sih sudah lelah menanyakan hal seperti itu pada Yuta.

"Sepupu lo gak peka." jawab Yuta.

Johnny terkejut. Tumben sekali Yuta menjawab pertanyaan tersebut dengan benar, apalagi persis di sebelahnya ada Momo yang tidak bisa dijamin seratus persen gadis itu masih tertidur atau tidak.

"Usaha lo masih kurang mungkin Yut?"

Yuta menyeringai miris. "Percuma kalau hati dia lagi diganggu sama orang lain. Waktu cuma ada gue dia aja gak peka, apalagi sekarang ada Kenta."

Jawaban Yuta akhirnya menjadi penutup dari perbincangan tiba-tiba di dalam mobil itu karena Sana tidak lagi berkata hal apapun.

- - - - -

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang