Langit sudah menggelap. Siap menurunkan milyaran tetes air kesedihannya. Anak perempuan berusia 5 tahun tampak menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari seseorang.
Tes!
Air hujan telah turun dengan derasnya, mengenai kepala anak perempuan tadi. Rambut panjang nya tampak lepek. Ia mulai sesegukkan.
"Arsya takut, Askar," lirihnya. Matanya menangkap sekelebat cahaya berwarna putih.
Duar!
Petir berseteru. Menandakan kemarahan. Anak perempuan menutup telinganya rapat-rapat. Air matanya tersamarkan oleh air hujan.
"Askar udah dong main petak umpetnya. Arsya takut!" pekiknya. Tangisnya makin menjadi seiring derasnya hujan dan kerasnya petir.
DUAR!!
Kali ini petir menyambar dengan hebatnya. Gemuruh berteriak memekakkan telinga. Anak perempuan itu menjerit ketakutan dan berlari tanpa arah.
"ASKAR, TOLONGIN ARSYA!" jeritnya sambil terus melangkah.
"ASKAR MENANG. AYO KELUAR ASKAR!" panggil anak perempuan itu. Tubuhnya menggigil kedinginan. Bibirnya bergetar. Matanya tak henti melihat ke sembarang arah. Daerah itu tampak asing baginya. Tadi, ia bermain petak umpet bersama anak laki-laki yang ia terus sebut namanya. Namun, saking senangnya, ia tak menyadari bahwa kakinya telah melangkah sangat jauh.
Hujan semakin deras saja. Matahari tampaknya sudah lelah menyinari bumi. Cahayanya terhalangi oleh awan gelap yang sedang bersedih. Kaki anak itu bergetar hebat. Sampai akhirnya, ia terjatuh. Anak itu mencoba berdiri. Tapi, kakinya sudah tak mampu lagi bergerak . Saking kedinginanannya, berefek pada kaki anak itu. Kakinya terus bergetar dengan sendirinya.
Tangis anak perempuan itu teredam oleh suara hujan. Bibirnya sudah mulai kebiruan. Badannya menggigil hebat. Kakinya terus bergetar.
"ASKAR!" pekik nya.
"Askar tolongin Arsya. Arsya takut," panggilnya merendah.
"Askar disini," sebuah suara berhasil menghentikan tangis anak perempuan itu. Ia mendongak mendapati anak laki-laki sedang memayunginya.
"Askar," ucap anak perempuan itu sambil berusaha untuk berdiri. Namun, nihil. Kakinya masih bergetar. Makin bergetar kakinya makin lemas.
"Kaki arsya kenapa?" tanya anak laki-laki itu panik. Ia memegang kaki anak perempuan itu yang terus bergetar.
"Gak tau Askar. Tiba-tiba kaki Arsya gini. Lemas Askar. Gak bisa berdiri," kata anak perempuan itu terengah-engah. Napasnya tak teratur. Patah-patah.
Anak laki-laki itu membuang payung sembarangan. Ia memeluk anak perempuan itu dengan lembut. "Maafin Askar. Seharusnya, Askar gak sembunyi jauh-jauh. Maaf."
"Askar gak salah. Ini salah Arsya yang jalannya kejauhan."
Anak laki-laki itu berjongkok di depan anak perempuan itu. "Arsya naik ke punggung Askar aja. Biar Askar gendong sampe rumah. Ayo!" pintanya.
Anak perempuan itu menggeleng, "Arsya berat Kar. Nanti Askarnya capek."
"Askar kuat kok. Ayo naik!"
Akhirnya, dengan hati-hati anak perempuan itu naik. Ia mengalungkan tangannya di leher anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu berdiri dan menggendong anak perempuan itu.
"Arsya berat ya?"
"Gak kok. Arsya enteng kayak angin," tukas anak laki-laki itu. Anak perempuan itu cemberut.
"Askar kok bisa nemuin Arsya?" tanyanya akhirnya.
"Askar tadi keliling cari Arsya sambil lari-lari. Mama Arsya panik banget makanya Askar cari sambil lari-lari. Gak tau kenapa bisa nemuin Arsya disini."
Anak perempuan itu terkekeh. Ia mengeratkan pelukannya."Arsya sayang deh ama Askar. Askar itu heronya Arsya."
"Oh ya?"
"Iya, Askar itu mirip hero. Rela cari Arsya sambil lari-lari. Terus mau gendong Arsya sampe rumah. Mirip banget sama Hero di kartun-kartun itu loh!"
Anak laki-laki itu tertawa. "Kalo gitu Askar akan jadi hero buat Arsya selamanya. Askar akan jagain Arsya dari siapapun yang mau jahatin Arsya. Supaya bisa jadi hero beneran!"
Anak perempuan itu tersenyum lalu berkata, "Kalo gitu Arsya mau jadi istrinya Askar aja deh!"
Anak laki-laki itu mengernyit heran. "Loh? Kenapa mau jadi istri Askar?"
"Kan kata Askar mau jadi hero Arsya selamanya. Kalo gitu Arsya jadi istri Askar aja supaya Askar bisa selalu jagain Arsya. Askar mau kan kalo Arsya jadi istri Askar?"
Anak laki-laki itu mengangguk senang, "Askar mau. Nanti Askar jadi suami Arsya ya?"
Anak perempuan itu mengangguk. "Kalo Arsya udah jadi istri Askar, nanti Askar beliin Arsya boneka panda yang banyak ya?"
"Iya pasti. Askar janji sama Arsya akan selalu jadi hero seperti yang Arsya bilang. Hero yang akan selalu ada untuk Arsya selamanya."
"Kalo gitu Arsya akan jadi wonder woman juga. Supaya bisa dampingi Askar yang jadi hero. Wonder woman yang akan selalu menemani heronya selamanya."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Laskarsya
Teen Fiction"Dia itu ibarat jantung gue. Sumber detak kehidupan gue. Dia paru-paru gue. Sumber napas gue. Kalo dia kalah, sama aja gue mati."-Laskar "Selagi kosong dan gak menyakitkan, kenapa gak?"-Arsya