🐼00.00🐼

213 68 94
                                    


Hero always comes late

Serangkaian kata itulah yang diteriaki oleh seorang cewek kepada cowok yang hanya diam di depannya. Air mukanya cewek itu tak bersahabat.

"Gara-gara lo gue kena hukum! Sebel tau gak sih!" cercanya.

"Kok gara-gara gue sih, Sya?" bela cowok itu.

"Gak nyadar sih bego!"

Cowok itu mendengus pelan. Melawan cewek yang sedang PMS sama saja mempercepat diri ke neraka. Sebenarnya, ini salah cowok itu juga. Ia berjanji akan mengambil buku PR cewek itu yang ketinggalan. Tapi malah terlambat.

"Gue kan udah bilang. Pake motor temen lo aja gak usah pake mobil. Jadi gini kan! Lo bukannya jadi pahlawan malah jadi lawan!"

"Ya gue kan gak tau kalo macet, Sya."

"Gak tau apa! Lo sebenernya udah berapa lama tinggal di Jakarta hah?! Masa gak tau kalo jam tujuh ke atas suka macet. Alibi lo keren deh!" sengit cewek bernama Arsya.

Laskar diam dan menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak gatal. Sedangkan Arsya mencak-mencak sambil mengabsen hewan yang ada di kebun binatang. Arsya tak terima ia harus masuk jebakan Bu Elsa-guru cantik, muda, tapi menyebalkan setengah mati.

"Ya udah deh Sya, udah kelanjur juga. Gimana lagi?" tenang Laskar.

"Lo bukannya nenangin malah bikin naik darah tau gak?!" sarkas Arsya memukul lengan Laskar kuat, hingga menimbulkan suara keras. Laskar mengaduh. Kekuatan cewek PMS bertambah 10 kali lipat. Kuat sekali.

"Udah-udah Sya, sakit," ucap Laskar menahan tangan Arsya yang siap memukulnya lagi. "Pulang sekolah nanti kita ke mall. Gue beliin boneka panda yang besar dua. Mau?"

Seketika mata Arsya berbinar. Ia mengangguk lalu memeluk Laskar.

"Mau. Lo emang pahlawan gue."

Laskar mendengus.

***

Laskar masuk kelas dengan muka kusut. Teman-temannya menatap heran. Curiga. Arfin, salah satu sahabat Laskar mendekat.

"Lo kenapa, Kar? Muka udah kek pantat singa aja!" sarkas Arfin. Laskar mendengus kasar lalu duduk dengan tampang kusut.

"Arsya."

"Kenapa Arsya? Marah lagi sama lo?" tebak Arfin. Laskar mengangguk. "Dia marah gara-gara gue telat ambil buku pr dia."

"HAHAHAHAHA!" tawa Arfin meledak dan membahana. Sampai-sampai Arfin memegang perutnya. Laskar melotot lalu menendang kaki Arfin kuat .

"Pasti buat nenangin Arsya, lo beliin dia dua boneka panda yang besar," tebak Arfin ketika tawanya berhenti.

Laskar mengangguk.

"Terus, uang yang digunain buat beli boneka pasti uang buat ngajak gebetan lo jalan," tebak Arfin lagi.

Laskar mengangguk lagi.

"Terus uang lo habis, gak jadi jalan sama gebetan, PDKT batal, ngenes lagi deh lo!"

Skakmat.

Tepat sasaran.

Ragu-ragu Laskar mengangguk lagi.

"HAHAHAHAHA!!" Arfin tertawa lagi. Bahkan lebih keras dan heboh dari tadi. Hingga mengundang perhatian anak-anak di kelas. Laskar menunduk. Pasrah.

"Sekali-kali coba lo lawan Arsya, Kar. Masa kalah mulu sih?" saran Arfin walau tawanya masih ada sedikit.

Laskar menggeleng. "Gue gak bisa." Arfin mengernyit bingung, "Kenapa?"

"Arsya itu jantung gue. Sumber detak kehidupan gue. Dia paru-paru gue. Sumber napas gue. Kalo dia kalah, sama aja gue mati."

***

Arsya bersenandung pelan sambil memasukkan buku ke dalam tas. Airin a.k.a Ririn menatap Arsya geli. Senandung Arsya mirip sekali suara radio rusak di rumah nya.

"Bahagia banget keknya lo," ucap Ririn sambil menahan tawanya. Arsya menoleh dan tersenyum lebar. Saking lebarnya Ririn sampai ngeri bakal robek.

"Gak usah senyum gitu deh. Ngeri tau gak. Kalo robek gimana?"

Seketika muka Arsya menjadi datar. Ia menggendong tasnya lalu berlalu pergi. Ririn gelagapan. "Tungguin woy! Main tinggal aja lo. Dasar baperan!"

"Siapa yang baperan?" tanya Arsya yang masih stay dengan senandungnya.

"Ya lo. Dibilang gitu aja udah kabur."

"Gue gak kabur."

"Terus?"

"Gue mau cepet-cepet ke parkiran. SOALNYA LASKAR MAU BELIIN GUE BONEKA PANDA!!" pekik Arsya girang. Suaranya besar sekali. Ririn sampai harus menutup telinganya demi menghindari kopokan.

"Suara lo toa banget sih," keluh Ririn sambil meniup telingannya. Arsya mengabaikan ucapan Ririn lalu berlari kencang ke parkiran. "Bye Airin ku sayang. Gue duluan ya! Gak sabar mau meluk boneka."

Ririn menggelengkan kepalanya jengah. Lalu berjalan ke luar gerbang menunggu angkot. Arsya sudah sampai di parkiran. Ia segera melangkah ke mobil Laskar. Ternyata cowok itu sudah di mobil. Dengan gesit Arsya masuk.

"Ayo Kar cepetan! Gak sabar nih!"

"Hmm,"gumam Laskar menjalankan mobilnya keluar dari sekolah. Selama perjalanan Arsya tak henti-hentinya tersenyum. Sekitar 10 menit mobil Laskar sudah terparkir manis. Arsya segera menarik Laskar untuk segera memasuki mall dan mendatangi stand penjual boneka.

"Pelan-pelan Sya, nanti jatuh," ingat Laskar. Ia melihat tali sepatu Arsya lepas. Laskar manarik tangan Arsya hingga cewek itu berhenti.

"Ken-"

Belum selesai Arsya ngomong, Laskar sudah berjongkok dan mengikat kembali tali sepatu Arsya. "Tuh tali sepatu lo lepas. Kalo jatoh gimana?"

"Hehehhe," kekeh Arsya. Kemudian ia menarik kembali tangan Laskar dan menggandengnya ke toko boneka yang sudah di depan mata.

***

Hai, epribadeh!!!!

Ketemu lagi sama aku dicerita yang baru. Ini baru awal. So, jgn lupa, buat vote, comment, Follow, and share ya!

See you next part

AL

LaskarsyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang