“Aku pikir tak apa jika sedikit tersakiti meski aku yakin kau takkan pernah menjamah ini. Tapi karena itu dirimu, maka aku mampu bersabar lebih lama.”
Kedua orang laki-laki dengan setelan jas kantornya tengah berdiri sambil menyandarkan punggung mereka di pembatas pinggiran balkon. Baik Jullian atau pun Jean sama-sama terdiam di tempatnya. Tak ada satu pun suara yang keluar dari bibir kedua lelaki jangkung itu. Keduanya memilih menyandarkan tubuh mereka pada pembatas pagar balkon lantai dua rumah Rea.
Jean yang hanya bisa terdiam berdiri disamping laki-laki asing ini menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Baginya menghisap benda nikotin itu adalah pelariannya. Mungkin hanya dirinya yang merasa bahwa permasalahannya begitu rumit. Diluar sana pasti yang mendengar kisahnya akan menganggap ia adalah laki-laki yang berlebihan. Terlalu berperasaan dalam menghadapi semua masalah yang ada. Namun dirinya yang tak biasa terlibat masalah seperti ini, akan sangat sulit menghadapinya. Bahkan saat kehilangan Martha dulu, ia tak begini.
“Terkadang aku berharap Arnetta akan marah melihatku merokok.”
Suara laki-laki bernama Jullian terdengar di sampingnya. Jean pun membuang putung rokoknya dan menginjaknya dengan sepatunya.
“Istrimu?” Tanya Jean. Terdengar kekehan yang berasal dari mulut pria itu. Akan tetapi yang didengar oleh Jean hanyalah tawa hambar tak bermakna. Pria itu tak benar-benar ingin tertawa.
“Dia tak pernah menjadi istriku. Dia hanya wanitaku.” Jelasnya. Terlihat jelas senyuman miris dari lelaki itu. Tatapannya menyendu kala memandangi awan diatasnya.
Jean tertegun. Mata kelabunya terangkat memandang wajah tegas pria itu. Semula ia pikir bahwa lelaki yang berada dihadapannya adalah salah satu contoh dari pria kuat yang tahan menemani istrinya, yang memilih hidup seperti mayat. Kenyataannya, berbeda. Wanita itu bukanlah istrinya. Tapi apapun itu, Jean tak ingin mencampurinya.“Well, maaf sedikit menyinggungmu.” Ucap Jean datar.
“Tidak apa.” Jullian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Tatapannya menengadah ke atas, memperhatikan sudut atap yang menutupi balkon dari teriknya sinar matahari. “Pasti kau berpikir jika aku adalah suami yang sangat pengertian.”
Ya, memang benar. Jean yang bodoh, menyamakan semua yang ia pikirkan dengan yang ia lihat. Jean terbiasa menyamaratakan semua hal yang ia anggap benar. Baginya tak penting mendengar apa kata orang lain tentangnya. Dirinya hidup untuk berdiri diatas kakinya sendiri. Orang lain dan yang lainnya tak memiliki kepentingan apapun dengannya, sama sekali tak berguna.
“Aku sudah terbiasa dengan anggapan itu. Kenyataannya aku adalah laki-laki bajingan yang harusnya dibunuh oleh wanita itu.” Jullian tersenyum pedih mengatakannya. Pandangannya pun mulai mengabur. Ia selalu begini, berakhir seperti laki-laki cengeng setiap kali menceritakan tentang Revana. Tapi mungkin ini adalah salah satu wujud dari hukuman abadi atas semua kesalahannya dulu.
Jean merasakan kesedihan pria itu. laki-laki bernama Jullian itu mungkin terlihat kuat, namun sebenarnya ia hanya laki-laki yang merindukan sosok yang dicintainya. Hal yang sama, yang pernah dirasakannya dahulu ketika ibunya meninggal. Rasa sesal karena sempat menjadikannya objek yang paling ditakutinya. Siapa yang menyangka dihari yang sama, sang ibu pun pergi meninggalkannya untuk selamanya.
“Rea sudah bercerita banyak tentangmu. Aku tak menyangka jika Jean yang dia maksud adalah kau, Jeanattan.” Ucap Jullian mengalihkan pembicaraan yang ada. Laki-laki sangat menghindari pembicaraan mengenai wanita itu.
Seketika rahang Jean pun menegang. Entah apa yang diceritakan Rea tentangnya pada Jullian. Yang jelas, Jean akan membuat perhitungan pada wanita itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/194833480-288-k164364.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Broken Marriage ( COMPLETED in GOOD NOVEL)
Любовные романыOdelia, wanita itu hanya tahu bagaimana caranya mengasihi. Dalam hidupnya, ia begitu mempercayai kekuatan cinta. Bahkan meskipun dibenci, Odelia tetap mencintai orang tersebut. Namun bagaimanakah jika orang yang paling menginginkan penderitaanya jus...