"Bunga terakhir, kupersembahkan kepada yang terindah. Sebagai satu tanda cintaku untuknya..."
Siang itu mungkin menjadi hari yang panas, penuh kepenantan dan kelelahan. Matahari yang terik membasahi bumi tanpa ampun. Tak membiarkan siapa pun lolos dari cengkramannya. Nampak beberapa orang yang berlalu lalang di jalanan sana tanpa pelindung, mengeluh kesah karena kekejaman sang cahaya.
Namun tidak pada sosok yang saat ini masih senang berkeliaran disekitar area taman bermain. Dengan riang wanita itu berlari kesana kemari hingga membuat lelaki yang setia mengikutinya dari belakang berteriak kencang mengingatkannya. Wanita yang mengenakan dress kuning tanpa lengan itu tak hentinya bersorak gembira saat pertama kali menginjakkan kakinya ditempat ini. Tak peduli seberapa keras protes yang diarahkan Jean kepadanya.
"Jangan berlari seperti itu, Lia." Imbuhnya yang langsung menangkap lengan sang istri saat wanita itu hendak kembali melangkahkan kakinya berlari ke tempat area bermain lainnya.
"Memangnya kenapa? Kau tidak suka?" tanyanya dengan bibir memberenggut.
Jean tak tahan untuk tidak tersenyum menanggapi wanita itu. Ia memberikan senyum terbaiknya untuk wanita tercintanya itu. Odelia adalah dunianya, bagaimana dirinya tidak menyukai wanita itu.
Ia sungguh mencintainya.
Bahkan, dirinya tergila-gila pada wanita itu.
"Jean, Ayo!" Panggilnya. Odelia dengan semangat ingin menaiki semua wahana yang ada disana. Bahkan, wanita itu hampir tak menyadarkan dirinya sendiri dengan keadaan pertunya yang sudah mulai membuncit itu.
"Odelia!' Jean berlari dengan kaki-kaki oanjangnya menyusul kepergian sang istri. Dari belakang ia dengan setia mengikuti kemana langkah wanita itu pergi.
Hari ini, mungkin akan menjadi hari yang sangat istimewa baginya. Ia sengaja mengajak Odelia ke tempat wahana hiburan pada hari kerja. Selain karena ia lebih bisa menghabiskan waktu berdua, Jean sudah memikirkan jika pada hari jam kerja, tentu pengunjung yang datang akan lebih sedikit dari biasanya. Ia bisa sedikit lega mengetahui Odelia takkan merasa sesak dengan pengunjung yang terkadang berjubel mendatangi tempat ini.
Dari belakang, mata kelabunya memastikan keadaan wanita itu baik-baik saja. Pandangannya terus memperhatikan gerak-gerik wanita itu dengan baik. Odelia banyak tersenyum hari ini. Ia senang, wanita itu lebih bisa menghibur dirinya sendiri. wanita itu bahkan sudah melupakan pertanyaannya tentang apa yang ia bicarakan dengan ibunya saat mereka berdua berada di ruang kerjanya.
Ibunya
Seketika wajah tampan pria itu pun berubah murung. Ia tak tahu bagaimana caranya mengakhiri penderitaan ini. Ia tak mengerti dengan perasaannya sendiri. ia takut untuk berkata, ia takut untuk melangkah. Jean hanya berharap jika ini semua hanyalah mimpi, seperti biasanya ia akan selalu terbangun dalam pelukan wanita itu. Sungguh, hanya membayangkan wanita itu pergi dari sisinya sudah membuat dadanya terasa sesak.
"Jean...."
Pria bermata kelabu itu segera tersadar ketika suara itu memanggil namanya. Jean segera merubah wajahnya yang semula murung, menjadi cerah seperti biasanya. Ia tak mau menampilkan apapun selain kesenangan pada istrinya.
Siapa yang akan tahu sampai kapan semua ini akan bertahan.
"Kau mau naik apa sekarang?" Jean langsung merangkul pundak istrinya itu. Ia membawa wanita itu mendekat. Tanpa disadari oleh Odelia, Jean tengah merekam segala memori indah saat bersama wanita itu. Ia tak ingin lagi menyesali perbuatan yang ia tahu takkan pernah bisa berubah. Setelah semua ini, mungkin hanya sebuah tangisan yang bisa mengisi harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Broken Marriage ( COMPLETED in GOOD NOVEL)
RomanceOdelia, wanita itu hanya tahu bagaimana caranya mengasihi. Dalam hidupnya, ia begitu mempercayai kekuatan cinta. Bahkan meskipun dibenci, Odelia tetap mencintai orang tersebut. Namun bagaimanakah jika orang yang paling menginginkan penderitaanya jus...