BAB 64

11.1K 940 55
                                    


Maafkan aku yang telah meninggalkanmu. Maafkan aku karena menumpukkan semua kesalahan kepadamu. Peganglah tangan ini, mari kita berjalan beriringan. Aku dan dirimu, hanya kita berdua yang akan melalui ini.

"Kau yakin ingin melakukannya?"

Thomas sudah menghentikan mobil sedannya didepan pekarangan sebuah rumah megah yang ada dihadapannya. Rumah itu kentara sekali dimiliki oleh seorang konglomerat yang biasanya mahir menyimpan simpanan mereka dimana saja. kelihatannya saja dari luar suasana rumah itu jauh dari keramaian. Hanya beberapa penjaga berwajah asing yang berjaga disekitar luar bangunan itu.

Odelia hanya terdiam. Ini seperti de javu, pikirnya. Perasaan terasing seperti ini saat melihat sebuah bangunan megah kembali mengingatkannya akan sosok pria yang pernah melakukan hal yang sama dengannya. Jean. Entah mengapa bangunan asing itu memiliki daya magis yang mampu memutarkan bayangan pria itu dalam benaknya.

Setelah menyetujui permintaan Rea yang telah keluar dari mobil yang dikendarainya didepan sana, wanita itu membawanya ke tempat asing ini. Sebuah pekarangan ang jauh dari jalan raya dan harus melewati ratusan pepohonan yang membentuk hutan kecil rindang itu.

"Aku sudah membuat keputusan."

Thomas hanya bisa menghela napasnya. Ia tak bisa berbuat banyak lagi. Odelia sudah bulat untuk datang ke tempat ini dengan sukarela. Rea tidak memaksa mereka, hanya memastikan bahwa apa yang ada didalam sana tidaklah berhubungan dengan Jean.

"Kalau begitu berhati-hatilah."

Thomas keluar dari mobilnya. Pria itu berjalan memutari sisi depan kendaraannya. Ketika ia sampai tepat disisi pintu dimana Odelia duduk, pria itu membukaka pintu mobil dan membantu Odelia bangkit dari tempatnya.

Pemandangan itu tak luput dari pantauan Reanna. Ia tahu ada sesuatu yang membuat kedua orang itu begitu dekat. Salah satunya adalah rasa tertarik yang ditunjukkan mantan orang suruhan keponakannya itu pada Odelia. Ia sampai tak habis pikir bagaiman Thomas bisa jatuh hati pada sosok yang selama ini menjadi objek intaiannya. Sudah sejak lama pria itu mengetahui kegilaan Jean pada istrinya sendiri.

"Apa kedatangan kami hanya untuk menjadi bahan tontonan untukmu?" Tanya Odelia ketus yang langsung menyentak Rea dari pikirannya.

Wanita itu segera tersadar begitu melihat Odelia sudah berdiri tegak dihadapannya. Tubuh wanita itu sedikit membungkuk karena perut buncitnya yang sudah mencapai kebesaran maksimal.

"Baiklah, silahkan masuk." Katanya. "Dan, kau Thomas. Tetaplah diluar sampai aku memanggilmu nanti."

Bagaikan robot yang begitu patuh, Thomas menghentikan langkahnya membuntuti Odelia masuk ke dalam rumah itu. Ia termenung di tempat memperhatikan punggung sempit wanita pujaannya yang semakin jauh dari jangkauannya. Entah mengapa perasaannya berkata bahwa setelah ini Odelia akan semakin sulit diraihnya. Ada suatu rasa yang meragukan usahannya mendekati wanita itu kembali.

Entah, apakah itu tentang Jeanattan....

Odelia berjalan memasuki sebuah rumah yang terasing di salah satu sudut kota Bandung. Ia tak tahu mengapa perasaannya berubah gamang ketika kakinya menginjakkan kakinya untuk kali pertama diatas lantai marmer yang tak menyenangkan ini. Berbagai lukisan yang tergantung diatas dinding berwarna putih disekitarnya tidak membantu menghilangkan rasa itu. Malah semuanya seperti memelototinya seperti orang tercela.

"Disana." Rea berucap. Langkahnya pelan menyusuri jalan ke tempat yang sudah tiga bulan ia datangi ini. Wanita itu tahu benar lokasi persisnya kemana ia akan membawa wanita yang sudah hamil tua ini. Ia tahu sebuah resiko membawa Odelia mendatangi tempat ini, namun hanya ini satu-satunya jalan menghentikan semua kegilaan ini. Ia sudah cukup muak menutupi segalanya dari dunia luar. Ia sudah muak melihat orang-orang yang memilih untuk menutupi mata dan telinga mereka dari semua ini.

A Broken Marriage ( COMPLETED in GOOD NOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang