2

1.5K 279 24
                                    

           Pernah denger omongan atau pernyataan yang bilang kira-kira begini,

Nakal boleh bego jangan.

Percaya gak? Kalo Joan sih percaya aja, soalnya emang faktanya begitu. Senakal apapun teman-teman cowoknya itu termasuk dia juga sih, mereka emang gak pernah absen untuk dapet nilai yang bagus di kelas walaupun ga masuk ke dalam jajaran siswa berprestasi yang menyumbang ratusan piala untuk sekolah.

Tapi ada satu orang yang bikin siapapun memaklumi dari sikap dan tampilannya. Orang itu Teddy, si cowok tengil yang mirip Joan tapi bedanya sedikit tolol.

Enggak-enggak, manusia di dunia ini tidak ada yang diciptakan dengan otak bodoh, hanya saja kemalasan selalu menguasai, seperti Teted ini.

Tiap disuruh untuk pergi beli minuman, pergi nemenin ke kantin, bahkan sekedar geser duduk aja jawabannya selalu sama, mager katanya.

Tapi tenang, ada hal yang Teted tidak pernah absen dengan alasan mager.

1. Game
2. Joan

Jadi, kalau kamu mau jadi kekasih hati pendamping hidupnya, kamu harus rela berada di urutan ketiga. Tapi gak tahu juga kalau sudah resmi jadi istri, tetep aja pasti istri diatas segalanya kan setelah Tuhan dan orangtua.

Seperti hari ini saat tahu Joan gak masuk karena keterlambatan Sergio yang telat menjemputnya, membuat Teddy sedikit kesal dan menegur Sergio. Seharusnya saat Sergio yakin tidak bisa datang, dia meneleponnya, dengan senang hati dirinya akan tancap gas untuk menjemput Joan walaupun dia sudah sampai gerbang sekolah sekalipun.

Bukan apa-apa, hari ini ujian matematika, siapa lagi yang bisa dia andalkan jika bukan Joan si teman sebangku dan partner solid dirinya? Teddy juga sedikit khawatir mengingat hari ini hari pertama Joan datang bulan.

Jadi setelah jam istirahat pertama berbunyi, dirinya hanya mengambil handphone dan beberapa benda penting lainnya ke dalam saku jaketnya, meninggalkan tas berwarna navy itu di bangku.

"Cabut nemenin Joan?" tanya Chandra seolah tahu tujuan Teddy yang terlihat tergesa-gesa itu.

Teddy hanya mengangguk tanda jawaban. "Ntar tas gua tolong bawa balik ya, sekalian ijinin hehe."

Jeffrie menggeleng heran. Teddy memang seperhatian itu soal Joan. Padahal punya kakak cantik seperti Alina, tapi tetap saja kalau soal Joan dia lebih protektif.

"Teh Alin kan udah gede, udah bisa jaga diri. Joan mah selama nya bocah kecil, jadi harus dijaga."

"Ulangan lo gimana?" tanya William khawatir.

Soal Joan yang susulan sih tidak mengkhawatirkan mengingat Joan bisa untuk mengerjakan soal, tapi untuk lelaki yang berencana bolos ini sungguh mengkhawatirkan. Sistem susulan sekolah mereka sedikit berbeda, siswa yang susulan akan mengerjakannya di ruang guru dan jangan harap kesempatan untuk mencontek akan terbuka lebar.

"Sans lah, kan nanti kalian kasih tau juga contoh soalnya. Sabi lah pasti, kalo pun jelek juga udah biasa dapet 60 ini." sahutnya asal membuat teman-temannya kecuali Sergio menggeleng heran.

Diamnya Sergio membuat Teddy sedikit usil untuk bertanya. "Kenapa? Sakit gigi apa sakit hati?"

"Sakit mata gua ngeliat lo bela-belain madol."

"Buset dah, sekarang selain jadi netijen si Johan lo juga jadi netijen gua? Serius? Wah, dunia akan kiamat. Jangan sampe suka sama gua ya Ser, masih suka lobang wanita bukan lobang pria."

Sebuah kotak pensil melayang indah mendarat di kepala Teddy telak. Sudah bisa menebak siapa yang melempar kan?

"Najis," umpat Sergio mentah-mentah membuat Teddy terbahak puas.

"Perasaan si Joan yang pms, kok lo yang sensitif? makanya pake bye-bye fever biar ga sensi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perasaan si Joan yang pms, kok lo yang sensitif? makanya pake bye-bye fever biar ga sensi. Udah ah, cowok ganteng dunia akhirat pamit undur diri ya umbi-umbian." pamitnya membuat teman-temannya ingin ikut melempar kotak pensil rasanya.

Namanya juga Teddy, kalau gak receh dan tengil bukan Teddy namanya.

The BodyguardsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang