DUA

441 62 10
                                    

Bukan purnama,
Menyusup terang dalam petang membekap.
Bukan angin,
Yang berhembus rindu merasuk kalbu.
Bukan pula api,
Berkobar dalam gairah cinta membara.

Tapi senyum mu,
Melunturkan karang beku rasaku.
Semburat kasih memancar gairah cintaku.
Berkobar dalam bara semu belaiku.
Menancap dalam relung terdalamku.

Suteraku menghampar,
Membelai halus balutan asmara terhampar.
Bungaku semerbak,
Harum terasa kasih seribu wangi memancar.
Benangku terajut,
Menyatu genggam dalam tali cinta terpatri.

Jiwaku adalah rasamu.
Ragamu adalah rinduku.
Tetaplah genggam kasih dalam relungmu.
Karna cintaku tak luntur dari ruang dan waktu.

....... Mean Phiravich......

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ruang tamu yang megah telah disulap sedemikian rupa agar nampak mewah nan elegan. Warna biru yang mendominasi seluruh ruangan. Sesuai dengan selera warna seseorang yang spesial bagi keluarga phiravich.

Putra satu-satunya selaligus penerus  perusahaan phiravic corp. Mean phiravich. Dialah orang yang saat ini akan disambut dengan mewah oleh keluarga, rekan dan tentunya kedua orang tua.

Hidangan telah tersaji dengan mewah. Karpet merah telah terhampar dengan indah. Hanya satu yang belum. Kedatangan sang tuan muda.

" Apakah masih lama pa? ". Tanya anna dengan suara lembut tepat disamping tuan phiravich, suaminya.

" Tunggu lima menit ma ". Kata tuan phiravich yang tetap memandang pintu dari dalam.

" Ok, mama pengen cepet-cepet segera ketemu mean pa ". Kata anna antusias.

" Makanya mama sabar ".

" Dasar perempuan ". Lanjut sang suami lirih tapi masih terdengar samar-samar.

Anna yang mendengar itu langsung memelototi tuan phiravich dengan aura yang yang mempesona layaknya pesona kucing yang melihat tikus menggigil. Atau lebih tepatnya pesona iblis yang membawa bara api dengan tombak mengkilat yang siap ia hujamkan pada phiravich, suaminya.

Tuan besar phiravich yang menyadari jika sang istri memelototi dirinya mendadak blank. Nyalinya mendadak ciut. Tubuh yang tadinya tegap berwibawa seketika menunduk dengan sedikit senyum yang dipaksakan.

" Sorry ma, maksud papa tadi ya e-emang emang seperti itu perempuan. Suka khawatir terhadap keluarga. Ya kan ma. Hehe...". Cengir tuan phiravich dengan sedikit gugup. Atau memang sedang gugup.

Deru suara mesin mobil memasuki halaman rumah besar nan mewah itu. Senyum mengembang pada seluruh orang yang tengah menyambutnya sedari tadi.

Keluarlah sesosok remaja tampan dan gagah yang terlihat sangat masculin. Pujaan setiap wanita manaapun, tak terkecuali itu.

MEAN PHIRAVICH. Nama sang pemilik wajah tampan dan maskulin itu. Usianya kini baru beranjak tujuh belas tahun. Atau lebih tepatnya sweet seventeen, masa-masa manis dengan beragam ukiran cerita dan sejuta masa indah diwaktunya.

Tahun ini ia berencana pindah sekolah di indonesia. Sebelumnya mean sempat mengenyam pendidikan di HS Internasional bangkok. Namun entah karna dorongan apa, mean berniat meneruskan jenjang pendidikanya di indonesia.

Sejak umur sepuluh tahun, mean tinggal bersama kakek nenek nya dari pihak sang ayah. Bukan tanpa alasan mean tinggal bersama sang kakek dan meneknya. Tuntutan pekerjaanlah yang menyebabkan tuan phiravich dan anna yang memutuskan agar keduanya menitipkan sang putra tampanya untuk tinggal bersama kakek neneknya.

Bukanya tidak sayang atau tidak perhatian. Tapi semua ini dilakukan demi sang putra. Perusahaan yang membawa kejayaan nama keluarga besar Tn. Phiravich pun yang selama bertahun-tahun dikelola dengan susah payah hingga sperti saat ini semuanya tak luput demi dan untuk mean seorang. Maka jangan katakan jika Tn. Phiravich dan anna gila kerja toh juga semua ini demi mean. Dan ujung-ujungnya untuk mean seorang.

" Selamat datang anak mama yang ganteng. Duh... Mama sudah kangen berat sama anak mama yang super ganteng ini ". Hambur anna kepelukan sang putra tang lebih tinggi darinya.

" Ma, sudah lah ma jangan gitu. Malu dilihat orang ". Mean memajukan bibirnya kesal terhadap sang ibu yang selalu mencubit gemas pipi mean.

" Habis mau gimana lagi. Mama kangen berat. Apalagi sekarang anak mama yang paling ganteng ini sudah berubah jadi seorang laki-laki yang tampan ". Kata anna bangga.

" Iya, tapi jangan lupakan papa ma. Ketampanan mean kan turunan dari papa ". Puji sang ayah pada dirinya sendiri.

" Papa..".

Hanya dalam sekali mengucap kata papa, seketika Tn. Phiravich bungkam kembali.

Mean yang melihat sang papa menciut karna ulah anna langsung tertawa. Yah, tertawa. Tawa mean hanya dapat dilihat oleh orang terdekatnya saja. Orang tua, kakek neneknya dan para sahabatnya saja. Selain itu hanya aura dingin yang ia tunjukan pada orang lain.

Sang papa yang melihat dirinya ditertawakan oleh anaknya sendiri kemudian memelototi mean dengan delikan tajam. Tapi, jangan panggil mean jika ia takut dengan hal seperti ini. Justru tawanya semakin dalam saat ia menunduk.

Anna kemudian berbalik memelototi sang suami dan berbisik tepat disamping indra pendengaran Tn. Phiravich.

"  Jika Papa melotot sekali lagi maka, sofa di luar nanti malam jadi tempat tidur buat papa. Ok ?? ". Bisik anna lirih tapi terdengar seperti sayatan pisau di telinga tuan phiravich.

Buru-buru tuan phiravich menggelengkan kepalanya. Takut jika istrinya benar-benar marah dan menyuruhnya tidur di ruang tamu. Apa kata orang jika melihat dirinya tengah tidur di ruang tamu hanya karna sang istri.

Tuan phiravich adalah tipe STI atau suami takut istri. Siapa sangka dibalik sikap nya yang sangat berwibawa, banyak disanjung orang dan disegani. Tapi jika berhadapan dengan istrinya akan luntur wibawa itu.

Kembali ke mean.
Dirinya saat ini tengah bergabung dengan keluarga besarnya dan sahabat karibnya. Godt, mew, jenie dan rose. Malam ini mereka berempat tak membawa kekasih masing-masing. Sebab yang akan ditemui adalah mean. Si tuan muda dingin.

" Kenapa kalian tidak membawa bass, art, alex dan kim ? ". Tanya sang tuan muda yang masih sibuk mengunyah.

" Kita takutnya nanti kekasih kita pada takut liat aura es TUAN MUDA MEAN ". Ucap rose menekankan kata tuan muda yang diangguki oleh tiga godt, mew dan jenie.

Mean hanya mengedikan bahunya acuh. Seperti itulah keempat sahabatnya.

" Sepertinya sekarang masih belum ada yang mampu meluluhkan hati tuan muda kita ". Kini giliran mew yang berceletuk.

" Iya, mau sampai kapan mean kamu sendiri terus seperti ini ". Kini jiwa keibuan jenie muncul.

" Dasar cerewet kalian semua ". Ucap mean.

Mendengar sang tuan muda kesal membuat keempat sahabatnya tertawa. Tidak ada yang berani mengerjai atau sekedar meledek mean kecuali godt, mew, jenie dan rose.

Waktu telah menunjukan angka dua belas malam. Sudah sejak sejam lalu keempat sahabatnya pulang. Tapi malam ini mean masih belum bisa memejamkan matanya. Entah ada apa.

Serasa hatinya kosong saat ini. Kosong dari rasa cinta. Mean tak tahu mengapa setiap malam hendak memejamkan mata, selalu saja rasa ini muncul. Terlalu risau, hampa dan tak berisi. Apa mungkin karna sifat dinginya dengan orang lain ?. Entahlah mean juga tak tahu itu.

" Kenapa selalu saja rasa ini yang muncul setiap malam ".

Monolognya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC.
.
.
.
.
.
.

Hallo kawan. Aku balik lagi nih bawa cerita gaje ku.
O iya dichap ini dan sebelumnya baru bahas latar belakang mereka berdua. So di next chap, mean bakaln ketemu sama plan.
Penasaran ????

Jangan lupa vote dan komen kalian ya.

Terimakasih

Buat semua kakak2 ku di MOCA CLUB.



AGAPE ( MEANPLAN STORY  ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang