TIGA

349 61 42
                                    

Sudut mataku menemukan bias purnama.
Tatap awal ku menarik sukma dalam percik senyumnya.
Detik berhenti kala putaran waktu memenuhi parasnya.
Embun membeku,
Saat kilatan sejuknya senyuman merekah.
Terik memudar kala tatapan teduh maniknya menatap.

Hai jiwa.
Tenggelamkah dalam awal tatapnya.
Menekan cinta semburat pesonanya.

Hai sukma.
Layukah relung cinta terdalam mu.
Membekap hati dalam awal cinta menyeru.

Hai angan.
Tak sadarkah jika belenggu cinta menghadang.
Meraup gairah syahdu menatap kasih dalam bayang.

Bekap rasaku,
Semburat kasih menggebu.
Meliuk raga terpatri cinta membelenggu.
Bersamamu lah,
Bersemayam cinta dalam hakekat cinta ku.

( Mean phiravich to plan rathavit )

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mentari menyusup dalam celah embun pagi. Semburat goresan ufuk timur menghampar bias rona jingga. Alam masih pekat akan hitamnya warna subuh. Kokokan sang cengger merah telah riuh disetiap sudut tempat.

Disaat orang lain masih sibuk akan alam hayal mimpinya, plan beserta ibu dan kakak nya telah bangun sebelum waktu subuh tiba. Tiada alasan bagi mereka untuk tak bangun lebih awal.

May tengah mengaduk adonan kue yang akan ia jual nantinya. Jangan kalian anggap jika kue buatan may adalah kue yang mahal. Hanya berupa kue tradisional yang masih lekat akan kata tradisional.

Soal rasa ?. Jangan kalian tanyakan. Bahkan rasa kue yang dibuat may dan plan jauh lebih nikmat dibanding kue setara brownies, pancake atau semacamnya. Maka tak heran jika daganganya selalu habis terjual.

Lalu apakah plan dapat membuatnya sendiri ?. Jangan tanyakan pula hal itu. Tangan indahnya dapat menyulap berbagai jenis bahan masakan menjadi sesuatu yang nikmat siapapun yang mencicipinya. Sosok plan bukan lagi sempurna. Lebih dari sempurna.

" Plan, nanti sekalian bawa kue nya nak ". Ucap may sedikit berteriak dari arah dapur.

" Iya bu. Nanti plan bawa sekalian ". Jawab plan semangat.

Membawa kue dagangan dan menitipkanya pada bi Noe adalah rutinitas sehari-hari plan sebelum berangkat sekolah. Hal ini karna sekolah plan dengan warung bi noe satu arah. Sedangkan tempat kerja may dan rezy, sang kakak berbeda arah.

Jika kalian tanya dimana rezy ?. Jangan kalian fikir rezy masih terlelap. Salah. Rezy di pagi buta sudah berangkat ke pasar tradisional untuk membeli kebutuhan dapur. Ini rezy lakukan karna saat subuh harga kebutuhan dipasar masih terbilang miring dibandingkan saat siang. Itu mengapa pagi buta dirinya sudah berada dipasar. Selain itu untuk memangkas biaya kebutuhan dapur yang ahir-ahir ini melonjak tajam.

Jam sudah menunjukan pukul 06:30 pagi. Ini saatnya bagi plan untuk segera bergegas berangkat sekolah.

Rezy yang sudah dari tadi sampai pun juga akan berangkat. Sedangkan may sejak selesai membuat kue dirinya langsung menuju tempat kerjanya. Mengingat tempat majikan may cukup jauh maka dirinya sebisa mungkin pagi buta harus sudah berangkat.

Jalanan yang telah ramai dipadati roda empat dan roda dua. Rutinitas masyarakat dimulai pagi ini. Terlebih saat ini telah menunjukan pukul tujung kurang lima belas menit. Plan mempercepat langkah. Nampan yang berisi kue telah ia titipkan pada bi noe membuat langkahnya semakin ringan.

Bibir ranumnya melengkung membuat gambaran sabit yang cantik. Seperti biasa. Plan selalu disapa oleh pak joe, satpam sekolah. Pak joe terlalu ramah pada plan. Bukan. Tapi hanya pada plan. Selain energik, plan juga sangat sopan kepada yang lebih tua. Selain itu faktor utamanya adalah karena plan siswa yang paling Smart alias terpintar. Itu sebabnya baik pak joe maupun para guru hingga kepala sekolah sekalipun sangat menyukai plan.

AGAPE ( MEANPLAN STORY  ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang