*4

17 0 0
                                    

Seoul, 2019

Kim Hyun Sung terperangah begitu membuka mata, pasalnya hal yang pertama kali dilihatnya pagi ini adalah seraut wajah cantik Lee Hye Ri yang sedang tertidur pulas. Namun sejak kapan gadis itu berpindah ke tempat tidur Kim Hyun Sung? Bukannya kemarin Lee Hye Ri bersikeras ingin menempati kamar pemuda tampan itu?

"Apa sudah pagi?"

Sebelum Kim Hyun Sung usai berpikir tentang kekonyolan Lee Hye Ri, gadis itu mendadak membuka sebelah matanya dan bergumam lirih. Dia belum tersadar sepenuhnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" balas Kim Hyun Sung tak ingin mengganti posisi. Kepalanya masih lekat di atas bantal menghadap wajah Lee Hye Ri. "Kau tidak bisa tidur semalam?"

"Uhm." Lee Hye Ri menggumam kembali.

"Apa kau mimpi buruk lagi?" tanya Kim Hyun Sung tak bisa menyembunyikan kecurigaannya.

"Tidak."

"Lalu?"

"Aku hanya ingin berada di dekatmu."

Kim Hyun Sung menelan ludah. Bukan tanpa alasan jika Lee Hye Ri mengatakan hanya ingin berada di dekatnya. Dia hanya akan mengatakan hal itu karena beberapa alasan. Pertama, gadis itu merasa tidak nyaman dengan lingkungan sekitarnya. Alasan kedua, karena dia mimpi buruk, dan yang terakhir adalah dia merasa kesepian.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Kim Hyun Sung hati-hati. Selain terkadang bertingkah konyol, Lee Hye Ri termasuk orang yang tertutup. Terhadap Kim Hyun Sung sekalipun. Pemuda itu sudah hapal sifat Lee Hye Ri.

"Tidak ada."

"Benarkah?"

Lee Hye Ri membuka kedua matanya dan menggeliat pelan.

"Kapan kita pulang?" tanya gadis itu masih menatap lurus wajah pagi Kim Hyun Sung. Seberkas harapan terpancar dari sinar matanya.

Kim Hyun Sung bergeming. Pemuda itu tidak bisa memutuskan kapan akan kembali ke Kanada. Rapat pemegang saham kemarin mengharuskannya tetap tinggal di Korea untuk sementara waktu. Seseorang harus menggantikan posisi Direktur Jo yang sekarang kosong karena laki-laki itu terbukti menggelapkan uang perusahaan untuk kepentingan pribadinya.

"Aku tidak tahu." Kim Hyun Sung mengalihkan pandangan matanya ke langit-langit kamar. Menghindari sorot mata Lee Hye Ri yang terus menerus menelusuri wajahnya dengan tatapan menusuk.

"Apa maksudmu tidak tahu?" Gadis itu bangun dan mengguncang tubuh Kim Hyun Sung. "Bukannya rapat pemegang saham sudah selesai kemarin?"

"Ya, tapi mereka memintaku menggantikan posisi Direktur Jo untuk sementara." Kim Hyun Sung ikut bangkit dan menatap wajah tegang Lee Hye Ri. Sedikit rasa takut menghias wajah cantik gadis itu.

"Tapi kau bisa menolaknya ..."

"Mana bisa aku berbuat seenaknya seperti itu? Kau tahu, Ayah bisa membunuhku kalau aku menolak keputusan para pemegang saham."

Lee Hye Ri terdiam. Meski rautnya berubah kecewa, namun sama sekali tak ada protes yang keluar dari bibirnya.

"Apa kau baik-baik saja?" tegur Kim Hyun Sung menelengkan kepalanya mencermati wajah Lee Hye Ri.

"Apa aku kelihatan tidak baik-baik saja?"

Kim Hyun Sung membuang napas jengah. Pembohong kecil seperti Lee Hye Ri apa bisa dipercaya? Wajahnya sama sekali tak menunjukkan kalau dia baik-baik saja, tapi bibir gadis itu selalu saja mengatakan yang sebaliknya.

"Aku tidak tahu."

Barulah Lee Hye Ri mengembangkan senyum sedetik setelah bahu Kim Hyun Sung mengedik.

"Selama aku tidak terluka, aku baik-baik saja," tegas Lee Hye Ri. "Kau mengerti?"

Astaga, jerit Kim Hyun Sung ikut tertawa menyaksikan tingkah lucu Lee Hye Ri. Gadis itu melototkan kedua mata besarnya pada Kim Hyun Sung persis di depan wajahnya, mengurai ketegangan yang sempat tercipta di tengah-tengah mereka berdua.

"Pembohong," desis Kim Hyun Sung dengan mengukir senyum miring di bibirnya.

"Hei, sejak kapan aku jadi pembohong, hah?" Meski pelan, suara Kim Hyun Sung bisa terdengar oleh telinga Lee Hye Ri dan membuat gadis itu seketika mengajukan protes keras.

"Aku harus mandi sekarang. Hari ini adalah hari pertamaku menjadi Direktur." Kim Hyun Sung segera turun dari atas tempat tidur, sengaja menghindar sebelum gadis itu menyerangnya dengan aksi protes.

"Hei, Hyun Sung! Berhenti!"

Lee Hye Ri melompat dari atas tempat tidur dan berlari menyusul langkah Kim Hyun Sung. Gadis itu menarik lengan Kim Hyun Sung kuat-kuat.

"Apa?" tanya Kim Hyun Sung malas.

"Apa aku tampak seperti pembohong buatmu?"

Kim Hyun Sung tercekat. Pemuda itu membelalakkan sepasang matanya yang tak lebih lebar dari milik Lee Hye Ri. Bukankah mereka sedang bercanda tadi? Namun pertanyaan Lee Hye Ri terdengar sangat serius.

"Dasar kekanakan," maki Kim Hyun Sung pelan. "Aku harus mandi sekarang. Atau kau mau mandi bersamaku?"

Giliran Lee Hye Ri yang tercekat sekarang. Gadis itu buru-buru menghempaskan lengan Kim Hyun Sung tanpa basa basi.

"Aku keluar dulu," pamit Lee Hye Ri seraya memutar tubuh lalu melangkah pergi dari hadapan Kim Hyun Sung. Sementara pemuda tampan itu merekahkan senyum senang di bibirnya. Astaga, ternyata Lee Hye Ri bisa malu juga, batin Kim Hyun Sung geli.

•••

Winter In Her Eyes (Fiksi Korea) #Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang