*39

0 0 0
                                    

"Kau belum tidur?" sapa Kim Hyun Sung ragu. Pemuda itu melangkah masuk ke dalam kamar Lee Hye Ri dengan perlahan seolah tak ingin membuat suara sedikitpun. Sejam yang lalu Han Hyu Jin memberitahu jika Lee Hye Ri ingin bertemu dengannya. Jam hampir menunjuk angka sepuluh saat Kim Hyun Sung mengangkat panggilan dari ibunya.

Lee Hye Ri yang sedang duduk di atas kursi roda seketika menoleh ke arah Kim Hyun Sung. Raut gadis itu terlihat pucat dan sama sekali tak ada yang terbaca dari ekspresi wajahnya kecuali kesedihan.

Kim Hyun Sung bergegas mendekat dan berjongkok di depan kursi roda yang kini menopang tubuh Lee Hye Ri. Gadis itu tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya, saat semuanya masih baik-baik saja.

"Maaf, aku baru datang. Tadi siang aku... "

Kalimat Kim Hyun Sung terhenti ketika tanpa diduga tangan Lee Hye Ri melayang dengan kecepatan rendah dan mendarat di pundaknya. Amarah jelas terpancar dari sorot mata gadis itu.

Pemuda itu terdiam. Sungguh, dia tidak pernah menduga akan mendapat kejutan semacam ini dari gadis yang dicintainya.

"Kau sudah datang ke sini, tapi tidak menemuiku. Apa kau marah padaku?" Suara Lee Hye Ri terdengar rendah, namun sarat dengan kecewa. Gadis itu menatap lurus ke dalam mata Kim Hyun Sung.

"Aku memang ingin menemuimu, tapi kulihat kau bersama Kak Min Hyuk. Aku tidak ingin mengganggu kalian," tandas Kim Hyun Sung menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi tadi siang.

"Apa?" Gadis itu sampai terbelalak mendengar penjelasan konyol Kim Hyun Sung. "Memangnya kita siapa? Kita tumbuh bersama selama 18 tahun ini, Hyun Sung. Apa kau tidak menganggapku sama sekali?"

"Bukan seperti itu, Hye Ri." Kim Hyun Sung kebingungan melihat reaksi gadis itu. Mungkin tadi siang sebaiknya dia menunggu sampai Lee Hye Ri kembali ke kamar. Mungkin juga sebaiknya dia tidak pernah datang ke rumah sakit.

"Aku merindukanmu, Hyun Sung."

Pemuda itu menatap sepasang mata Lee Hye Ri yang tiba-tiba berkabut. Seperti ada musim dingin yang tersembunyi di sudut mata gadis itu.

"Aku juga merindukanmu, Hye Ri." Kim Hyun Sung buru-buru meraih kedua tangan gadis itu lalu menggenggamnya erat. Namun, tetesan air mata malah jatuh merebak di pipi Lee Hye Ri.

"Kau tidak tahu aku sangat ketakutan, Hyun Sung." Mendadak gadis itu terisak. Peristiwa itu kembali melintas di kepalanya. "Laki-laki itu ingin membunuhku. Dia sengaja mengarahkan mobil itu ke jurang... "

"Laki-laki itu sudah mati, Hye Ri. Tidak akan ada yang bisa menyakitimu lagi," ujar Kim Hyun Sung berusaha menenangkan sekaligus meredakan tangis Lee Hye Ri. Gadis itu terlihat kacau dan ketakutan. "Aku ada di sisimu, aku janji." Kim Hyun Sung mengusap air mata yang terlanjur mengalir di pipi gadis itu.

Lee Hye Ri tampak berusaha keras meredakan luapan rasa takut dan kecemasan yang melanda dirinya. "Ya, kau benar," ucapnya setengah bergumam. "Tidak akan ada yang bisa menyakitiku lagi." Lee Hye Ri sedang meyakinkan dirinya sendiri. Laki-laki itu sudah tidak ada lagi. Dia tewas dalam kecelakaan yang disebabkan oleh ulahnya sendiri. Dan memang itu yang diinginkannya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kakimu masih sakit?" Kim Hyun Sung mencoba mengalihkan topik perbincangan perlahan.

Gadis itu mengangguk pelan sembari mengumbar senyum tipis di bibir pucatnya. Raut kesedihan masih terlukis di wajahnya. "Apa aku terlihat sangat buruk di atas kursi roda ini?"

"Tidak juga. Kau masih terlihat cantik seperti biasa. Lagipula itu hanya sementara. Apa kau ingin berbaring?"

Lee Hye Ri menggeleng. Dia masih ingin berbincang dengan Kim Hyun Sung beberapa saat lagi. "Apa kau yang memberiku ini?" Gadis itu mengangkat tangan kirinya ke udara, bermaksud menunjukkan sebuah cincin berdesain sederhana yang melingkar di salah satu jarinya. Ketika membuka mata benda itu sudah ada di sana.

"Oh, itu?" Kim Hyun Sung terlihat gugup dan seketika memutar bola mata. Pemuda itu berdiri setelah berjongkok di depan kursi roda Lee Hye Ri beberapa menit lamanya. "Ya, aku membelinya untukmu. Apa kau menyukainya?" Dia mengusap tengkuknya dengan sikap salah tingkah.

"Ya, apapun yang kau berikan untukku, aku suka. Tapi aku tidak sedang berulang tahun, Hyun Sung." Lee Hye Ri kembali mengamati benda mungil yang melingkar di jarinya.

"Apa harus menunggu ulang tahun baru boleh memberi hadiah?"

"Tapi cincin bukan hadiah biasa. Benar kau tidak memiliki maksud apapun?" delik Lee Hye Ri sembari memicingkan sepasang mata sayunya.

Kim Hyun Sung tertohok. Ini saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaan, tapi apa dia memiliki keberanian sebagai seorang laki-laki yang ingin menyatakan cintanya pada seorang wanita? Bagaimana jika Lee Hye Ri menolak? Dia juga perlu meminta restu kedua orang tuanya.

"Hyun Sung?"

Kim Hyun Sung tersadar dari lamunan ketika gadis itu mengguncang tangannya. "Ah, sudah malam. Sebaiknya kau tidur sekarang," ucap pemuda itu. Dia bergegas mengangkat tubuh Lee Hye Ri dari atas kursi roda lalu memindahkannya ke tempat tidur. "Istirahatlah," suruhnya sambil membentangkan selembar selimut tebal ke atas tubuh gadis itu. Pada akhirnya Kim Hyun Sung tahu jika dia belum siap untuk menyatakan perasaannya. Entah kapan keberanian itu berhasil dikumpulkannya.

"Bibi sudah mengatakan semuanya padaku," ucap Lee Hye Ri seketika menghentikan gerakan kaki Kim Hyun Sung yang baru saja mengayun pelan ke arah pintu keluar. Pemuda itu memutar bahunya dan menatap Lee Hye Ri dengan heran. Sebuah tanda tanya besar menggantung di pikirannya.

"Maksudmu?"

"Bibi sudah mengatakan padaku kalau kau ingin menikah denganku," tandas Lee Hye Ri membuat tubuh Kim Hyun Sung membeku di depan pintu.

"Apa?!" Pemuda itu benar-benar terkejut dan tak bisa menahan diri untuk tidak berteriak. "Ibu... ibu sudah mengatakan padamu... "

Lee Hye Ri mengangguk.

"Itu... "

"Aku mau menikah denganmu, Hyun Sung," ucap Lee Hye Ri di saat Kim Hyun Sung dilanda kebingungan yang membuatnya salah tingkah. Namun, pernyataan gadis itu seolah meruntuhkan segenap kebimbangan yang nyaris membuatnya tidak percaya diri.

"Benarkah?" Sepasang mata Kim Hyun Sung melotot. "Kau mau menikah denganku?" Pemuda itu segera mendekat dan meraih kedua tangan Lee Hye Ri. Dan gadis itu kembali mengangguk disertai senyuman menghias wajah cantiknya.

•••

Winter In Her Eyes (Fiksi Korea) #Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang