*19

9 1 0
                                    

"Yang ini bagus, kan? Bagaimana? Apa kau suka?" Lee Hye Ri mengangkat sebuah mantel berwarna hijau tanah untuk ditunjukkan ke hadapan Kim Hyun Sung yang sedang tertegun menatap tingkah polah gadis itu.

Sesuai permintaan Lee Hye Ri, setelah menyelesaikan ke-dua puluh kuku milik gadis itu, mereka berdua bergegas meluncur ke butik langganan keluarga Kim yang nyatanya sudah memajang pakaian musim dingin. Tapi, bukannya memilih pakaian untuk dirinya sendiri, Lee Hye Ri malah memilih sebuah mantel hangat untuk Kim Hyun Sung. Di mana letak kewarasan gadis itu?

"Hyun Sung!" Akhirnya gadis itu berteriak kesal karena Kim Hyun Sung masih tertegun tanpa memberikan respon apapun. "Apa kau tidak suka?"

"Bodoh," desis Kim Hyun Sung dengan mengalihkan pandangan ke sudut lain. "Bukannya kau yang mengharapkan musim dingin segera datang?" Pemuda itu memasang wajah kesal karena beberapa orang dan pelayan butik itu menatap ke arah mereka berdua.

"Kau tidak suka musim dingin?" Meski Kim Hyun Sung sengaja bersikap menyebalkan, tapi Lee Hye Ri tetap acuh. Gadis itu masih memegang mantel pilihannya.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena kau mirip beruang saat musim dingin," jawab Kim Hyun Sung sambil mengerucutkan bibir.

"Apa?!"

"Ya, bukankah kau lebih suka tidur saat musim dingin tiba?" Kim Hyun Sung melebarkan kedua matanya.

"Tapi mana ada beruang yang cantik sepertiku?" balas Lee Hye Ri tak mau kalah.

"Terserah," gerutu Kim Hyun Sung malas. Memang tidak ada beruang yang memiliki kuku berwarna merah muda dan berwajah cantik seperti Lee Hye Ri. Lalu untuk apa hal semacam itu diperdebatkan?

Lee Hye Ri menyunggingkan senyum di bibirnya manakala melihat ekspresi kekalahan tergambar jelas di wajah Kim Hyun Sung. Dan gadis itu tidak akan meminta pendapat Kim Hyun Sung lagi soal mantel musim dingin.

"Nona, aku ambil yang ini," seru Lee Hye Ri pada pelayan butik usai mengambil dua potong lagi mantel dengan model berbeda. Padahal dia belum sempat memilih pakaian musim dinginnya.

Kim Hyun Sung hanya bisa menggeleng pelan melihat tingkah Lee Hye Ri. Gadis itu membelikan tiga potong pakaian untuknya padahal di dalam lemari Kim Hyun Sung ada begitu banyak pakaian untuk semua musim. Tapi pemuda itu hanya tertegun menyaksikan perbuatan Lee Hye Ri ketimbang mengajukan protes.

"Apa aku akan cantik memakai ini?" Suara Lee Hye Ri membuat Kim Hyun Sung tersentak dan mengemasi lamunannya sendiri. Sebuah mantel wanita berwarna merah marun menggantung di hadapannya.

"Apa kau benar-benar akan memakainya saat hibernasi nanti?"

"Hyun Sung!" Teriakan Lee Hye Ri bersamaan dengan sebuah tepukan yang mendarat tepat di lengan kiri Kim Hyun Sung. Meski lumayan sakit, tapi tak membuat pemuda itu bereaksi. "Harusnya aku tidak pernah menyusulmu ke Korea," gerutu gadis itu seraya mengembalikan mantel itu ke tempatnya semula dengan memasang wajah cemberut.

"Kau menyesal datang ke sini?" Kim Hyun Sung menarik pundak Lee Hye Ri sehingga gadis itu harus memutar tubuhnya. "Kau marah, hah?"

"Ya, aku marah." Gadis itu tampak enggan menatap ke wajah tampan di hadapannya.

"Apa aku harus mengantarmu pulang ke Kanada?" Kim Hyun Sung menyondongkan tubuhnya dan menelusuri setiap lekukan yang terpahat di wajah Lee Hye Ri. Jika biasanya Kim Hyun Sung hanya berani melakukan hal itu saat Lee Hye Ri terlelap, tapi kali ini adalah pengecualian. Namun tetap saja pemuda itu mendapati degup jantungnya berantakan, tak beritme, seolah ingin meledak saat itu juga.

"Kau ingin aku pergi?" Lee Hye Ri setengah terbata. Gadis itu mengerjapkan kedua matanya sebagai perlindungan diri terhadap tatapan tajam Kim Hyun Sung padanya. Rasanya sorot mata itu ingin menusuk ke dalam jantungnya.

"Kalau kau ingin pergi, aku tidak akan melarangmu." Senyum kecil terkulum di bibir Kim Hyun Sung. Pemuda itu menarik tubuhnya dan segera mengendalikan degup jantungnya.

"Kau tahu aku tidak bisa hidup tanpamu, Hyun Sung ..."

Aku tahu, batin Kim Hyun Sung.

"Kalau kau tidak bisa hidup tanpaku, kenapa marah padaku, hah?" seru Kim Hyun Sung dengan memasang wajah memelas. Sekali ini saja dia ingin mengerjai Lee Hye Ri.

"Karena kau menyebalkan, kau tahu?"

"Kalau aku menyebalkan jangan pernah dekat-dekat denganku, mengerti? Jadi menjauhlah dariku."

"Bodoh." Gadis itu mendesis pelan lalu memutar tubuhnya. Lebih baik mengabaikan Kim Hyun Sung dan memilih pakaian untuk musim dingin nanti karena pemuda itu mulai menyebalkan.

Sedangkan Kim Hyun Sung hanya tertawa riang di balik punggung Lee Hye Ri.

Drrtt.

Ponsel milik Kim Hyun Sung bergetar dan memaksa pemuda itu menghentikan tawa dan tatapannya ikut teralihkan dari punggung Lee Hye Ri.

"Ya?" Kim Hyun Sung melangkah sedikit menjauh dari tubuh Lee Hye Ri agar gadis itu tidak bisa mendengar percakapannya. Laki-laki yang disuruhnya untuk menyelidiki Kang So Hee menelepon di saat yang tidak tepat, namun Kim Hyun Sung sangat membutuhkan informasi tentang wanita itu. Sebab beberapa hari yang lalu dia gagal mengorek keterangan dari suster di panti asuhan. Sebenarnya ada satu jalan yang paling sederhana untuk mengetahui latar belakang Lee Hye Ri, tapi Kim Hyun Sung tidak akan pernah melakukannya, yaitu bertanya langsung pada gadis itu. Dia takut Lee Hye Ri akan terluka jika harus mengingat kembali masa lalunya yang tidak menyenangkan. "Apa kau sudah menemukan sesuatu?"

"Ya, Tuan Kim. Kang So Hee pernah menikah dengan Lee Dong Man dan mempunyai seorang putri, namanya Lee Hye Ri. Menurut tetangga lamanya, wanita itu pergi dengan laki-laki lain dan meninggalkan suami dan putrinya. Dan setelah wanita itu pergi, suaminya yang seorang pemabuk sering menyiksa putrinya. Bahkan dia pernah nyaris membunuh putrinya sendiri karena mabuk berat."

Kim Hyun Sung menghela napas  cukup panjang. Mendengar cerita laki-laki itu membuat dadanya terasa nyeri dan sesak.

"Lalu di mana laki-laki itu sekarang?"

"Tidak ada yang tahu pasti di mana keberadaannya. Hanya saja setelah laki-laki itu hampir membunuh putrinya, dia dilaporkan ke polisi."

"Baiklah." Kim Hyun Sung tak ingin mendengar kelanjutan cerita itu. Dia segera menutup sambungan telepon setelah menjanjikan sejumlah uang yang tidak sedikit pada laki-laki yang sudah berjasa mencari tahu latar belakang kehidupan Lee Hye Ri. Kasihan gadis itu, batinnya. Kenapa hal seburuk itu harus menimpanya?

Hye Ri?

Kim Hyun Sung tersentak ketika menoleh dan tak menemukan sosok Lee Hye Ri tidak ada di tempatnya semula. Pemuda itu seketika panik saat tak mendapati Lee Hye Ri di sudut manapun di dalam butik. Bahkan pelayan di sana juga mengaku tak tahu ke mana perginya gadis itu karena sedang sibuk mengurusi transaksi pembelian pengunjung lain.

"Ini belanjaannya, Tuan. Nona itu sudah membayarnya." Seorang pelayan menghadang langkah Kim Hyun Sung saat dia ingin berjalan keluar butik untuk mencari keberadaan Lee Hye Ri yang seolah hilang ditelan bumi.

Apa dia masih marah? batin Kim Hyun Sung sembari menyambar kantung-kantung belanjaan milik Lee Hye Ri dari tangan pelayan butik. Atau dia sengaja bersembunyi untuk mengerjai pemuda tampan itu?

"Hye Ri!"

•••

Winter In Her Eyes (Fiksi Korea) #Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang