Arsa.
Layar handphone-nya masih terang berdenyar di tengah ruang kamarnya yang kini gelap, hanya ada lampu tidur redup yang terpasang di meja yang bersebrangan dengan kasurnya. Entah sudah beberapa kali Arsa menghela nafas beberapa menit belakangan, kantuknya sudah terusir dan dadanya seakan sesak tiba-tiba.
Pembicaraan awal dimulai oleh Ryan, chat pertama ia terima saat malam sudah melarut dan Arsa baru saja mencuci muka bersiap untuk tidur. Ryan mengingatkan bahwa besok lusa merupakan hari ulang tahun Marcel, yang merupakan teman mutual mereka. Dan kebetulan Tata ingin merayakan ulangtahun kekasihnya itu tepat pada jam 12 malam dan meminta tolong pada Ryan untuk ikut merayakan sembari menggelar panggung dadakan. Untuk itu, Kala dan juga Adam sudah punya lampu hijau bagi Ryan dan juga Arsa untuk menggelar show di luar jadwal, yang Ryan iya-kan segera.
Namun sesaat kemudian Ryan memberi informasi tambahan.
'Galih bakal dateng juga.'
Harusnya Arsa tidak heran, namun kalimat itu daritadi ada di kepala Arsa. Ia tak habis pikir dengan dirinya sendiri yang overthinking pada hal-hal yang remeh.
Hal-hal yang berhubungan dengan Galih.
Entah sudah beberapa lama Arsa termenung, handphone-nya kembali bersuara tanda pesan kembali masuk.
Briyananda
Sa, gimana? Bisa?
Kalo lo nggak mau juga nggak apa-apa sih. I'll make an excuse.
Arsa menghela nafas panjang. Ia ingin sekali bertemu Galih, ia rindu. Sungguh, rindu sekali, mengingat dia masih sibuk dengan pendidikan strata duanya di Depok dan hanya mengunjungi Bandung beberapa kali di weekend jika dia sempat.
Itupun kebanyakan dia habiskan waktunya untuk kekasihnya.
Sekali lagi dia mengingatkan diri sendiri, siapalah Arsa dalam hidup Galih selain teman biasa.
Tapi Arsa punya rasa tak siap dalam hati. Bagaimana jika dia tidak bisa menghentikan perasaannya sendiri yang melimpah ruah dan berakhir terisak sendiri saat bertemu dengan Galih? Bagaimana dia bisa menyanyi dengan perasaan yang ia batasi jika yang didalam hatinya menggelegak ingin tumpah? Bagaimana ia bisa merayakan ulangtahun Marcel jika pusat perhatiannya berada di tempat yang berbeda?
Tapi apakah akan ada kecurigaan bila Arsa tidak ikut merayakan bersama mereka nanti?
Kepala Arsa sakit tiba-tiba.
Arsa
Nggak apa-apa, gue ikut. Gue takut mereka malah nyangka macem-macem, berhubung waktu kumpul kemarin gue nggak ikut.
Briyananda
Oke, thanks, Sa.
Setlist boleh gue yang atur atau lo aja?
Gue takut malah nyinggung lo wkwk
"Kampret." Arsa mengumpat kecil dengan tawa yang tidak bisa dia tahan.
Arsa
Sialann
Santai aja sih, gue juga nga bakal nangis gara-gara setlist yang lo bikin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scio
Fiksi PenggemarRahasia Arsa hanya untuk Ryan, tanpa tahu Ryan punya satu juga yang sebenarnya ingin dibagi namun ragu dengan apa yang dihadapinya nanti.