09

6.7K 479 162
                                    

Mata Namjoon terbuka perlahan, ia mengamati seluruh penjuru ruangan yang putih dan bersih ini. Seluruh badannya hampir tidak bisa ia gerakkan, bibirnya terasa sangat perih saat ia hendak ingin memanggil seseorang.

Ia mengamati seseorang yang sangat ia kenal sedang tertidur di atas sofa kamar yang sesak ini, Namjoon berusaha bersuara namun suaranya sangat pelan bahkan ia sendiri hampir tidak mendengarnya.

Tangan kanan Namjoon ia gerakkan perlahan mengambil gelas pada meja di sebelahnya, kemudian ia membantingnya dengan keras untuk memanggil orang yang masih terlelap di mimpinya.

Praannkk

Bunyi yang di hasilkan dari gelas itu cukup nyaring, dan saat itu juga orang yang tengah tertidur itu terlonjak kaget kemudian ia bangun dengan kondisi setengah emosi.

Ia mengelus dadanya sendiri sembari mengatur nafasnya, "Dasar manusia bodoh, apa kau tidak punya mulut untuk memanggilku tanpa memecahkan gelas." ucapnya kesal pada Namjoon.

Namjoon memutar bola matanya malas, andaikan dia tau, dia sebenarnya lebih bodoh darinya, apakah kedua matanya tidak melihat jika bibir Namjoon bengkak dan yang pasti ia sulit untuk berbicara.

"Ada apa?" ucapnya seraya mendekati Namjoon yang masih terbaring lemah di atas bangsal rumah sakit.

Namjoon menggerakkan perlahan bibirnya, "Bagaimana bisa aku ada di sini?"

Hoseok menghela nafas panjang, ia mulai lelah dengan sahabatnya yang pintar ini namun akhir-akhir ini ia sangatlah bodoh.

"Apa kau pikir semua orang akan membiarkan seseorang yang nyawanya akan hilang tergeletak tak berdaya di jalanan?"

Namjoon berdecak kesal, dasar Hoseok sialan. Apa gunanya mulutnya selain menjelaskan hal yang tidak penting.

"Mau minum?" tawar Hoseok pada Namjoon.

Namjoon menggelengkan kepalanya, tenggorokkannya memang terasa kering, bahkan saat ini tenggorokkannya terasa tercekat akibat masalah kemarin malam.

Bajingan itu benar-benar tidak main-main dengan perkataannya. Ia hanya takut masa lalunya akan terulang kembali.

Namjoon menggelengkan kepalanya kuat, ia mencoba membuang pikiran-pikiran negatifnya itu.

"Dia sudah keterlaluan Namjoon-ah, kita tidak bisa tinggal diam," ucap Hoseok serius.

Namjoon menoleh ke arah Hoseok.

"Kita harus balas perbuatan dia." sambung Hoseok kembali.

Namjoon mengadahkan kepalanya ke atas, ia melihat langit-langit kamar berwarna putih itu. Apa yang Hoseok katakan ada benarnya, ia harus memberi pelajaran kepada pengecut itu dan jika perlu ia akan memusnahkannya dari muka bumi ini.

Tak terasa tangan Namjoon mengepal kuat, tangannya benar-benar rindu memukul wajah pengecut itu.

---

Seorang pria terlihat menyesap rokok dan memainkan asapnya dengan penuh kenikmatan.

Bibir atasnya terangkat, ia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Berlian Kim Namjoon sudah ia dapatkan, ia hanya perlu membunuhnya sebentar lagi.

Ia bangkit dari kursi putarnya, ia membuka laci yang menjadi tempat di mana alat-alat membunuhnya di simpan.

Ia mengambil benda berwarna hitam, kemudian ia memainkannya dengan memutar-mutar benda itu sesekali ia menciumnya. Aromanya begitu khas dan menyeruak keluar dari benda itu.

Ia rindu, rindu menggunakan benda ini untuk menembak isi kepala seseorang.

Target sudah ia dapatkan, ia hanya perlu menembakkannya pada kepala orang itu dan selesai sudah hidup seorang Kim Namjoon.

Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang