Part 1. Cemburu?

37.6K 1.1K 24
                                    


"Mas En, Tunggu! Aku bisa jelasin! Semua nggak seperti yang Mas lihat!" teriak Lavanya.

Serta merta Lavanya bangkit dari duduknya, ketika menyadari ada sepasang mata yang menatap, dari arah luar dinding kaca. Ia meninggalkan pemuda yang sedang menyesap es kopi di hadapannya. Danes.

"Va, tunggu! Mau kemana?!" Danes yang tadi duduk, kini ia bangkit dan mengejar.

Lavanya tak menghiraukan panggilan itu, dan terus mengayun langkah. Tergesa, gadis itu melintasi deretan kursi yang tertata rapi, dalam kedai kopi yang berada dalam pusat perbelanjaan. Sesekali, kakinya terantuk pada kaki kursi, yang menimbulkan bunyi nyaring. Namun gadis itu terus melangkah.

"Mas En, tunggu!"

Teriakan Lavanya yang membahana, sontak menjadi perhatian dari beberapa pengunjung pusat perbelanjaan sore itu. Namun sekali lagi, gadis itu abai dan terus mengejar sosok yang ia panggil.

Ia tak menyangka, bahwa Syailendra akan datang ke tempat yang sama, dan memergokinya sedang berduaan dengan seorang pemuda.

Seharusnya Lavanya bisa bersikap biasa, tetapi saat melihat tatapan tajam Syailendra dengan rahang mengeras, nyali gadia itu menciut. Merasa bersalah dan harus memberi penjelasan. Tak ingin terjadi kesalahpahaman.

Lavanya terus berusaha mengejar langkah pria yang berjalan dengan cepat di depannya. Beberapa kali tangan gadis itu berusaha menggapai, tetapi tak bisa. Jarak Syailendra masih terlampau jauh.

"Mas En, tunggu!" Lagi, gadis itu berseru.

Kini, untuk menyejajarkan diri, ia setengah berlari. Langkah lebar pemuda jangkung itu tak bisa ia gapai dengan berjalan saja.

Sebenarnya, ia berhasil meraih lengan Syailendra yang dikejarnya. Namun, lelaki itu menepis dengan kasar, sehingga tubuhnya kehilangan keseimbangan, dan terjatuh.

"Aduh!" pekik gadis itu kemudian.

Ia terduduk, sambil merintih memegangi kakinya. Wedges yang ia kenakan, membuat ia terkilir. Hal itu membuat lelaki yang ia kejar menghentikan langkah, tetapi tak berbalik.

"Mas En, tunggu! Dengerin dulu kenapa, Mas! Ahh .... " Suara gadis itu sedikit mengiba.

Mendengar itu, sang lelaki berbalik. Menatap Lavanya yang merintih memegangi kaki. Ia mendekat dengan tatapan sebal.

"Kenapa lari-larian gitu sih,! Kaya anak kecil aja!" ketus Syailendra.

"Hah? Mas nyalahin aku? Bukannya Mas yang jalannya cepet banget?! Aduuh .... "

"Siapa yang nyuruh kamu ngejar aku?"

"Kenapa ngga jadi masuk ke coffee shop?"

"Males aja! Kenapa emang?"

"Aduh ...!"

Lagi Lavanya merintih. Meminta perhatian pria di hadapannya. Kali ini dengan mimik wajah dibuat-buat. Namun, ia tak berbohong karena kakinya sungguh terasa sakit.

"Sakit?" Syailandra menurunkan tubuh, bertumpu pada satu lututnya.

"Iyaa," jawab gadis itu, dengan nada manja dengan memajukan bibirnya.

Ini adalah kesempatan bagi Lavanya menghapus kesalahpahaman, membuat Syailendra mau mendengar dan memperhatikannya. Bagaimana pun, lelaki itu akan tetap bersikap baik selama di depan umum.

"Va, kamu ngga apa-apa?" Seorang  pemuda datang diantara mereka. Ia adalah orang yang sama, yang duduk di kedai kopi bersama Lavanya tadi.

Syailendra mendengkus kesal, memalingkan wajah dari mereka berdua. Tak lama, ia bangkit membuat wajahnya sesajar dengan Danes, melayangkan tatap tajam, tak suka. Begitu pun Danes yang melakukan hal sama. Tatapan mereka saling mengunci di udara. Sementara Lavanya masih terduduk di lantai. Kini, mereka bertiga menjadi perhatian beberapa orang yang melintas.

KEKASIH BAYARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang