18

4.9K 422 13
                                    


Hari ini adalah kemoterapi kedua yang akan di jalani oleh Adinata. Ditemani oleh sang Kakak perempuan, Adinata sudah siap di ruang Kemoterapi.

Sebenarnya ini bukanlah pertama kalinya dia menginjakan kakinya di ruangan ini, namun tetap saja dia merasa sangat gugup dan sedikit takut.

"Takut?"

Adinata menggeleng ragu. "Gue gak tau Kak, sebenernya ini bukan pertama kali gue ngelakuin kemo, cuma tetep aja gue gugup."

Shanin tersenyum. "Enggak apa-apa, tenang aja. Ada gue disini. Gue bakalan nemenin lu."

"Makasih Kak.."

Tidak lama kemudian Adi datang bersama seorang perawat yang membawa beberapa obat untuk Adinata.

"Siap Kemo Nat?"

"Siap Om.."

Adi menyuruh sang perawat untuk menyiapkan beberapa keperluannya. Sebuah suntikan ia suntikan ke dalam selang yang sudah terpasang di punggung tangan Adinata, Cairan yang tidak di ketahui apa namanya oleh Adinata hanya terus memperhatikan Adi yang tengah menyuntikan obat ke dalam selangnya, begitu pun Shanin.

"Om bakalan balik kesini sejam lagi, jaga Nata. Kalo dia pengen muntah, suruh dia muntahin aja. Disini bakalan ada perawat Eli yang bakalan nemenin kamu Sha."

Shanin mengangguk. "Makasih Om.."

Tidak lama setelah Adi keluar, Shanin dapat merasakan jika genggaman tangan Nata di tangannya mengerat. "Sakit ya? Tahan ya? Gue tau kok kalo lu pasti bakalan kuat. Lu pasti bisa ngelawan monster itu."

Kedua mata sayu milik Adinata terus menatap tepat di kedua mata yang hampir sama dihadapannya sambil sesekali meringis saat merasakan jika badannya terasa ngilu dan seperti akan remuk begitu saja.

Shanin tidak dapat menahan kesedihannya, dia akhirnya meneteskan air matanya. "Gue tau lo kuat...hiks..Nat..hiks.."

Adinata mengangguk. "Ber..berapa la..lama K..Kak?"

"Satu jam oke? Lu harus nahan rasa sakit lu selama satu jam. Gue yakin lu bisa, tahan itu dab kawan rasa sakitnya. Lu boleh jambak gue, lu boleh cubit gue, lu boleh pukul gue."

"Boleh peluk?"

Shanin menolehkan kepalanya ke arah Suster Eli. "Sus, apa boleh saya meluk adik saya?"

Suster Eli mengangguk sambil tersenyum. "Silahkan Mbak, tapi harus hati-hati sama selangnya."

Shanin mengangkat tubuh adiknya perlahamln dibantu oleh Suster Eli. Perempuan cantik itu memeluk tubuh adiknya dengan cukup erat. "Gue sayang sama lu, Kak.."

Shanin mengangguk. "Gue tau, gue juga sayang sama lu. Jadi bertahan ya? Kita berjuang bersama."

Dapat Shanin rasakan jika belakang bajunya di pegang dengan erat oleh sang adik. Bahkan telinganya masih dapat mendengar sang adik yang terus meringis sambil mengatakan 'gue sayang lu Kak'. Shanin hanya bisa mengangguk dan mengusap pelan punggung adiknya.

Hingga akhirnya Shanin di buat kaget ketika menyadari jika sang adik terbatuk cukup hebat. "Batukin aja Nat, jangan ditahan. Pengen muntah?"

Adinata mengangguk.

Dengan terburu-buru Shanin meminta tolong Suster Eli mengambilkan tempat untuk muntahan sang adik. "Muntahin aja Nat.."

Hoeekk

Hoeekk

Hoeekk

Uhukk Uhukk

ADINATA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang