"Hentikan, Ayah. Tugas Ayah sudah selesai saat mendidik aku dan Itachi. Biar aku dan Sakura yang mendidik anak kami."
Ia hanya bisa duduk kaku saat suaminya mengatakan itu. Secara tidak langsung Sasuke tengah membelanya. Sungguh malam ini akan bertambah buruk, jika Sasuke dan ayah Fugaku yang memiliki sifat sama-sama keras, adu mulut.
Rahang ayah mertuanya mengeras, tidak suka pada ucapan suaminya.
"Uchiha Group adalah perusahaan keluarga kita. Sudah menjadi tugas generasi selanjutnya untuk meneruskan ini. Apa kau pikir Ayah tidak memiliki hak atas cucuku? "
"Ayah merasa mempunyai hak atas anakku?" Sasuke berdecih dan mengatakannya dengan raut sinis.
"Setiap pria Uchiha memang harus mengambil sekolah bisnis untuk memimpin perusahaan Uchiha. Tentu aku mengharap cucuku mengikuti tradisi ini."
Suara berat mertuanya rasanya tidak mampu mengintimidasi suaminya saat ini. Ia menoleh ke arah ibu mertuanya yang sudah duduk sama tegangnya dengan dirinya. Sepertinya adu mulut ayah dan anak ini akan berakhir lebih buruk dari biasanya.
"Jika Ayah ingin cucu yang bisa Ayah atur, silahkan minta pada Itachi dan Yugao,"
Matanya melebar, terkejut dengan ucapan suaminya. Ia merasa Sasuke sedikit keterlaluan kali ini. Tapi ia tidak bisa menahan suaminya mengatakan itu. Terlebih Yugao sempat memprovokasinya sebelum makan. Begitu pula perlakukan berbeda terang-terangan dari ayah mertuanya.
"Suamiku," panggilnya pada Sasuke dengan suara pelan setengah bergumam. Kepalanya menggeleng kecil pada Sasuke yang sudah beralih menatapnya. Pria itu mengatupnya rahangnya kuat.
Ia menelan ludahnya cepat. "Maafkan aku, Ayah. Aku─"
"Tidak," potong Sasuke. "Jangan minta maaf." Pria itu meletakkan alat makannya ke piring lebih kuat. Menghasilkan bunyi benturan cukup kuat.
"Aku bukan pemimpin Uchiha Group. Mengapa meminta anakku untuk menjadi pemimpin Uchiha Group di masa depan? Tugas itu harusnya diemban Itachi."
Ia bisa melihat tangan ayah mertuanya terkepal kuat di atas meja makan.
"Kalian adalah Uchiha. Tidak ada perbedaan siapapun yang memimpin," ujar Ayah Fugaku dingin.
Tidak ada perbedaan
Mungkin itu kalimat terakhir yang paling diingat Sasuke─maupun dirinya, seperti membodohi diri sendiri.
"Tidak ada perbedaan?" Ia tahu dengan jelas Sasuke pasti akan mengulang kalimat itu.
"Bisa Ayah sebutkan bagian mana tidak ada perbedaan? Mungkin aku hampir lupa apa yang dimaksud dengan tidak ada perbedaan."
Tangan ayah mertuanya menggebrak meja. "Cukup, Sasuke! Kau benar-benar merusak acara makan malam keluarga yang seharusnya damai."
Matanya hampir terbelalak, tidak percaya. Ia hampir saja mewakili suaminya untuk bersuara tidak terima. Bagaimana bisa sekarang Sasuke yang disalahkan karena merusak acara makan malam keluarga?
Suaminya berdiri dari kursinya dengan cepat, menghasilkan bunyi derit kursi yang kuat. "Baiklah, jika sudah cukup. Sarada, Hiro, Ken, ayo pulang." Mata Sasuke jelas-jelas mengarah padanya saat memanggil anak-anak mereka. Suaranya dingin dan tidak terbantah.
Ia serba salah. Kepalanya menoleh pada ayah dan ibu mertuanya bergantian. Ekspresi mereka berdua jauh berbeda. Ibu mertuanya terlihat sedih dan tertekan pada kondisi ini. Hampir sama dengan keadaannya sekarang. Tapi berbeda dengan raut ayah mertuanya yang dipenuhi kemarahan.
"Tunggu apalagi?!" Sasuke kembali bersuara, bersiap keluar dari ruang makan.
"Berhenti!"
Suara keras Ayah Fugaku hampir membuatnya terkejut. Sasuke berbalik dan memandang ayahnya lurus. Matanya tajam dan menantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken Felicity #1 ✔
FanficDi Ise City kau harus hidup bahagia, walau mungkin tidak pada kenyataannya. Hidup disana penuh tekanan. Berpura-pura adalah hal paling mahir yang harus kau lakukan. Sasuke adalah suami arogan. Keangkuhannya membumbung tinggi hingga ke langit-langit...