Ia mengatakan pada Ino, tentang suaminya yang tidak bisa hadir di undangan makan malam keluarga Uzumaki minggu depan. Sasuke akan pergi urusan bisnis selama sepekan. Dan tanpa ia sangka, Hinata tidak keberatan mempercepat rencana itu menjadi besok.
Ino menyampaikan pesan itu pada Hinata.
Sepertinya Nyonya Uzumaki itu benar-benar ingin bereuni dengan anggota Kansai lain, hingga tidak mempermasalahkan jadwal makan malam yang harus dipercepat. Dari kakak iparnya pula ia tahu, bahwa Itachi juga akan ke Korea minggu depan.
Ternyata kakak beradik itu memiliki urusan yang sama ke sana.
Ia berharap Hinata menggeser rencana makan malam tidak hanya karena suaminya. Melainkan karena anggota lain Ise City yang juga tidak bisa hadir minggu depan. Spekulasi berlebih hanya akan membuat pikirannya penuh dengan hal tidak penting.
Ia sedang berada di kamar Ken, membereskan pakaian putranya karena besok─bersama Sarada dan Hiro, akan menginap di rumah utama Uchiha. Ia menyiapkan beberapa potong pakaian yang akan digunakan selama dua malam disana. Dan rumah ini hanya akan menyisakan dirinya dan Sasuke di akhir pekan.
"Ken, kau sedang apa?" tanyanya pada putranya yang sedang berada di meja belajar.
"Menggambar."
Ia berjalan mendekati Ken dan bersandar di meja belajar itu. Putranya sedang serius menggambar menggunakan pensil.
Terkadang ia bingung darimana Ken bisa mendapat bakat ini. Ia tidak mempunyai jiwa seni, tidak bisa menggambar, apalagi melukis. Begitupula suaminya, sepertinya. Ia tidak pernah melihat Sasuke menggambar atau ibu mertuanya bercerita bahwa pria itu bisa menggambar. Jadi ia cukup terkejut dengan bakat Ken yang satu ini.
Gambaran putranya cukup bagus untuk anak seusianya. Dia tidak menggunakan krayon, hanya pensil biasa dan pensil warna.
"Apa yang kau gambar, sayang?"
Dia terlihat berpikir sebelum menjawab. "Kita."
Matanya memperhatikan hasil gambar Ken. Itu seperti halaman yang luas, dengan rumput dan danau. Lalu mereka duduk seperti sedang piknik karena anak itu menggambar makanan di tengah-tengah mereka.
Sungguh menggemaskan.
"Kau ingin kita pergi piknik?"
Putranya menoleh ke arahnya dengan cepat. Wajahnya mendongak dengan iris gelap berbinar. Hitam mengkilap seperti milik Sasuke.
"Kita bisa, Bu?" tanyanya antusias. Mata itu membulat penuh harap.
Ia tersenyum. "Seperti saat kau TK dan kita piknik di danau Ise?" godanya lagi.
Ken mengangguk cepat. Sungguh berharap mereka bisa kesana lagi.
Danau Ise ada di tengah-tengah perumahan Ise City, tidak jauh tentu saja. Namun karena kesibukan setiap orang di rumah ini, rasanya sungguh sulit bahkan hanya untuk pergi bersama ke tempat yang dekat.
"Bisa saja. Ibu akan katakan pada Ayah dan kakakmu kapan-kapan."
Wajah Ken berubah merengut. Pipinya yang bulat, menggelembung, kecewa dengan jawabannya. Jujur saja, ia tidak bisa berjanji dalam waktu dekat. Karena semua orang terlihat sedang sibuk.
"Kita pasti akan pergi lagi. Hanya saja waktunya yang Ibu tidak tahu."
Anak itu meletakkan pensilnya lemas. Sepertinya ia sudah menghancurkan mood putranya menggambar.
"Aku mau main sepeda dulu dengan Ryo."
Ryo adalah teman sekolah Ken. Anak itu tinggal di blok sebelah, tapi biasanya mereka akan bertemu di taman dan hanya bermain sepeda berputar-putar di sekitar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken Felicity #1 ✔
Fiksi PenggemarDi Ise City kau harus hidup bahagia, walau mungkin tidak pada kenyataannya. Hidup disana penuh tekanan. Berpura-pura adalah hal paling mahir yang harus kau lakukan. Sasuke adalah suami arogan. Keangkuhannya membumbung tinggi hingga ke langit-langit...